69 diberikan untuk jenis akarisida, namun diberikan oleh tenaga kerja untuk jenis
insektisida. Hal ini menyebabkan hama dengan jenis akarisida tidak dapat dibasmi, sehingga hama tetap menyerang tanaman tersebut, yang kemudian
membuat tanaman menjadi mati. Kasus kesalahan pemberian obat-obatan yang dilakukan oleh tenaga kerja ini
disebabkan kurangnya pengawasan dari pengawas mandor kepala bagian maintenance,
selain itu karena kecerobohan yang dilakukan oleh tenaga kerja yang sebagian besar pendidikan tenaga kerja hanya lulusan SD-SMP. Tenaga
kerja yang melakukan kesalahan tersebut diberi teguranperingatan oleh kepala pengawas mandor agar melakukan pekerjaan dengan cermat dan tidak
mengulangi kesalahan, jika melakukan kesalahan lagi maka tenaga kerja tersebut akan dikeluarkan dari perusahaan. Selain dari kesalahan saat pemberian obat-
obatan, tenaga kerja juga pernah melakukan kesalahan seperti terlambat dalam melakukan penanaman setelah pucuk dipangkas dari setiap indukannya stek
pucuk. Perusahaan belum menerapkan SOP dalam menjalankan seluruh kegiatannya,
hal ini dikarenakan biaya untuk pembuatan SOP dalam perusahaan tidaklah sedikit. Namun demikian, dalam seluruh kegiatan perusahaan lebih menerapkan
job description untuk masing-masing karyawan di setiap bagian. Sehingga tanpa
adanya SOP, perusahaan dapat menjalankan seluruh kegiatannya dengan baik.
6.2 Analisis Risiko Produksi Dipladenia crimson
Setelah mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang terdapat pada perusahaan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran risiko dengan
varians, standar deviasi dan koefisien variasi. Sebelum melakukan pengukuran risiko dengan varians, standar deviasi dan koefisien variasi, terlebih dahulu
menghitung expected return. Expected return merupakan nilai penerimaan yang diharapkan dapat diperoleh perusahaan setelah memperhitungkan risiko yang ada.
Expected return dihitung berdasarkan jumlah dari nilai yang diharapkan terjadinya
peluang pada tanaman hias Dipladenia crimson. Hasil penilaian risiko produksi tanaman hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi Tara dapat dilihat
pada Tabel 12 dan untuk hitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4.
70 Tabel 12. Hasil Penilaian Risiko Produksi Tanaman Hias Dipladenia crimson
pada PT Istana Alam Dewi Tara
No. Ukuran
Nilai
1 Expected Return
19.493.750 2
Variance 75.197.472.680.000
3 Standard Deviation
8.671.648 4
Coefficient Variation 0,445
Penilaian risiko produksi tanaman hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi Tara berdasarkan nilai coefficient variation Tabel 12 diperoleh hasil
sebesar 0,445. Artinya, untuk setiap satu satuan rupiah yang diperoleh PT Istana Alam Dewi Tara dari kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson,
maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 0,445. Usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson
di PT Istana Alam Dewi Tara mengalami risiko yang cukup besar, hal ini menunjukan risiko yang dihadapi dalam perbanyakan Dipladenia
crimson lebih besar jika dibandingkan dengan nilai risiko produksi bunga potong
mawar yang dilakukan oleh Permana 2011 pada PT Momenta Agrikultura dimana nilai coefficient variation yang diperoleh sebesar 0,23 yang artinya, dalam
proses budidayanya PT Momenta Agrikultura mengalami risiko ataupun peluang terjadinya kerugian sebesar 0,23 dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan dalam
produksi bunga potong mawar. Perusahaan tersebut melakukan strategi penanganan risiko untuk menghindari terjadinya risiko dengan menerapkan
strategi preventif. Pada penelitian yang dilakukan di PT Istana Alam Dewi Tara, straegi yang diterapkan adalah strategi preventif yang sama dengan yang
dilakukan oleh Permana 2011. Akan tetapi, tingkat risiko produksi yang diperoleh untuk tanaman hias Dipladenia crimson 0,445 lebih tinggi
dibandingkan dengan bunga potong mawar 0,23. Kondisi ini disebabkan oleh, tanaman hias Dipladenia crimson memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dalam
teknik budidaya dibandingkan dengan bunga potong mawar. Selain itu, tanaman hias Dipladenia crimson membutuhkan tenaga kerja yang ahli dan trampil, serta
jenis tanaman ini mudah terserang hama dan penyakit tanaman sehingga mempengaruhi jumlah produksi dan kualitas hasil.
Setiap kegiatan perbanyakan diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi pelaku usahanya, dimana secara ekonomi keuntungan yang diharapkan
71 adalah berupa pendapatan atau keberhasilan produksi serta produktivitas usaha.
Seperti halnya pada PT Istana Alam Dewi Tara, pemilik mengharapkan adanya umpan balik dari kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson yang
diusahakan. Sebagai pelaku usaha, pemilik PT Istana Alam Dewi Tara mengharapkan umpan balik yang positif, yaitu adanya keuntungan berupa
pendapatan yang dihasilkan dalam perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson
. Untuk mengetahui hasil perolehan pendapatan tertinggi, normal dan terendah dapat dilihat pada Lampiran 5.
Dalam melakukan penilaian risiko produksi di PT Istana Alam Dewi Tara dapat diukur besarnya pendapatan yang diharapkan dari kegiatan perbanyakan
tanaman hias Dipladenia crimson. Besarnya pendapatan yang diharapkan dapat dilihat dari nilai expected return yang diperoleh. Expected return atau nilai
harapan merupakan perolehan atau pengembalian yang diperkirakan akan didapatkan kembali dari kegiatan usaha perbanyakan. Expected return dihitung
berdasarkan penjumlahan dari hasil perkalian untuk setiap nilai perentase keberhasilan yang tertinggi, terendah dan normal dengan peluangnya masing-
masing dalam memperoleh keberhasilan tertinggi, terendah dan normal tersebut. Berdasarkan hasil penilaian risiko produksi pada kegiatan perbanyakan
tanaman hias Dipladenia crimson diperoleh nilai expected return sebesar 19.493.750. Artinya, usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson dapat
mengharapkan perolehan hasil sejumlah 19.493.750,- rupiah untuk setiap kondisi dalam proses perbanyakan yang telah diakomodasi oleh perusahaan. Hal tersebut
menunjukan bahwa kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson memberi harapan perolehan hasil produksi sebesar 19.493.750,- rupiah untuk
setiap periode dalam produksi. Dengan mengetahui harapan pendapatan yang diperkirakan akan didapatkan
kembali dari kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson berdasarkan perhitungan risiko produksi, maka hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan
untuk kelanjutan usaha ataupun sebagai perencanaan untuk menentukan langkah yang akan diambil dalam perkembangan usaha di PT Istana Alam Dewi Tara.
Adanya risiko produksi yang dialami dalam menjalankan kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson menimbulkan kerugian bagi pihak
72 PT Istana Alam Dewi Tara. Kerugian tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah
hasil produksi, karena risiko yang ada dapat menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan produksi atau dapat menyebabkan kematian pada tanaman hasil
perbanyakan sehingga hasil yang diperoleh akan berkurang. Jika hasil produksi berkurang maka penerimaan usaha juga ikut berkurang karena jumlah yang dijual
menjadi lebih sedikit dengan harga jual yang konstan pada harga Rp 50.000. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan langkah penanganan yang sesuai untuk dapat
menghindari atau memperkecil risiko yang dihadapi.
6.3 Strategi Pengelolaan Risiko Produksi