15 input, harga jual dan human error. Variabel sumber risiko tersebut diduga menjadi
sumber risiko pada usahatani cabai merah keriting dalam penelitian ini.
2.3. Metode Pengukuran Risiko Agribisnis
Pengukuran risiko dilakukan untuk mengukur pengaruh sumber-sumber risiko terhadap suatu kegiatan bisnis melalui penggunaan suatu alat analisis
tertentu. Salah satu alat analisis yang digunakan dalam pengukuran risiko adalah koefisien variasi coefficient variation, ragam variance dan simpangan baku
standard deviation. Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain, jika nilai ketiga indikator tersebut semakin kecil maka risiko yang dihadapi kecil.
Ketiga alat analisis ini digunakan oleh Safitri 2009, Wisdya 2009 dan Ginting 2009 dalam penelitiannya masing-masing yang berjudul Analisis Risiko
Produksi Daun Potong di PT Pesona Daun Mas Asri Bogor, Analisis Risiko Anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat
dan Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Pada penelitian Utami 2009 juga menggunakan alat
analisis koefisien variasi, ragam dan simpangan baku yang ditambah dengan analisis regresi berganda.
Berbeda dengan Sari 2009 dan Herviyani 2009 masing-masing menganalisis risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar, dan risiko
harga kubis dan bawang merah di Indonesia. Menggunakan alat analisis yaitu model ARCH-GARCH dan perhitungan VAR Value at Risk. Berdasarkan hasil
analisis ARCH-GARCH yang dilakukan oleh Herviyani dan Sari menunjukkan bahwa tingkat risiko harga kubis dan bawang merah, dan harga cabai merah
keriting dan cabai merah besar dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga satu hari sebelumnya dan selanjutnya dilakukan perhitungan Var.
2.4. Strategi Pengelolaan Risiko Agribisnis
Strategi pengelolaan risiko perlu dilakukan untuk menekan dampak yang ditimbulkan risiko. Menurut Darmawi 2004 sesudah manajer risiko
mengidentifikasikan dan mengukur risiko yang dihadapi perusahaannya, maka ia harus memutuskan bagaimana menangani risiko tersebut. Ada dua pendekatan
dasar untuk itu:
16 1.
Pengendalian risiko, menghindari risiko, mengendalikan kerugian, pemisahan, kombinasi atau poling dan pemindahan risiko.
2. Pembiayaan risiko, pemindahan risiko melalui pembelian asuransi, dan
menanggung risiko. Menurut Wisdya 2009 strategi penanganan risiko produksi anggrek
Phalaeonopsis pada PT EGF dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi
pada lahan yang ada. Alternatif untuk menangani risiko produksi dapat dilakukan dengan diversifikasi portofolio pada lahan yang berbeda dan secara tumpang sari
tetapi dalam waktu yang sama. Alternatif lain untuk meminimalkan risiko produksi adalah kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen dan usaha
pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot untuk menampung hasil produk yang reject.
Tarigan 2009, menganalisis resiko produksi pada sayuran organik. Strategi pengelolaan risiko adalah spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang dianalisis
pada spesialisasi adalah brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting sedangkan kegiatan portofolio adalah tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan
brokoli. Berbeda halnya dengan Lestari 2009 mengemukakan strategi preventif risiko pada usaha pembenihan udang vannamei yang dilakukan PT. Suri Tani
Pemuka untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan persiapan bak pemeliharaan,
pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan dan pengepakan benur serta pelatihan sumber daya manusia
serta dengan melakukan kontrak pembelian dengan pemasok pakan. Strategi mitigasi risiko yang dilakukan perusahaan melalui kegiatan pengendalian penyakit
dan pengadaan dan perlakuan induk yang tepat. Pada penelitian ini alat analisis yang digunakan sama dengan penelitian
terdahulu Safitri 2009 menggunakan koefisien variasi, ragam dan simpangan baku dan diversifikasi. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan
penelitian ini adalah komoditas yakni menganalisis risiko produksi pada usaha cabai merah keriting kelompoktani Pondok Menteng.
17
III. KERANGKA PEMIKIRAN