Agribisnis Cabai Merah TINJAUAN PUSTAKA

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agribisnis Cabai Merah

Cabai merah Capsicum annuum merupakan tanaman hortikultura sayur- sayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap masakan dan penghangat badan. Cabai adalah komoditas sayuran penting yang dibudidayakan dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat Indonesia, baik sebagai komoditas yang dikonsumsi di dalam negeri dan ekspor. Jawa Barat adalah salah satu dari beberapa propinsi di Indonesia yang menjadi produsen cabai yang menyebar dibeberapa Kabupaten yakni Ciamis, Tasikmalaya, Bandung, Garut, Sukabumi, Cianjur dan Bogor. Menurut Kustiari, dkk 2009 konsumsi cabai merah cenderung meningkat dari 0,65 juta ton pada tahun 2002 menjadi 1,18 juta ton pada tahun 2006. Sekalipun ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan terhadap cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari masih berfluktuasi, yang disebabkan oleh fluktuasi harga di pasar eceran. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga di pasar eceran, yaitu faktor yang mempengaruhi sisi permintaan dan faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal inilah yang mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Demikian pula terjadi sebaliknya sehingga harga sangat rendah. Saat ini produksi cabai belum mampu memenuhi jumlah permintaan hal ini mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi dalam proses budidaya cabai. Dari sisi penawaran menunjukkan bahwa proses penyediaan produksi dan distribusinya cabai merah belum sepenuhnya dikuasai para petani. Faktor utama yang menjadi penyebab adalah bahwa petani cabai merah adalah petani kecil-kecil yang proses pengambilan keputusan produksinya diduga tidak ditangani dan ditunjang dengan suatu peramalan produksi dan harga yang baik. 3 3 www.agribisnis.deptan.go.id Usaha cabe merah diakses 12 april 2011 13 Kebutuhan terhadap komoditas cabai ini semakin meningkat sejalan dengan semakin bervariasinya jenis dan menu makanan yang memanfaatkan produk ini. Selain itu, cabai merah sebagai rempah-rempah merupakan salah satu komoditas yang dapat mendatangkan keuntungan bagi petani dan pengusaha. Karena selain dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga mempunyai peluang pemasaran ekspor yang sangat baik. Dalam era perdagangan bebas persaingan akan produk-produk pertanian menjadi semakin kompetitif, khususnya untuk produk cabai. Produk cabai lokal akan bersaing ketat dengan produk negara lain, baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. Petani harus mampu meningkatkan daya saingnya agar mampu bersaing melalui upaya peningkatan efisiensi usahatani, peningkatan kualitas produk dan menghasilkan produk ramah lingkungan dengan mengurangi kandungan residu pestisida pada cabai yang dihasilkan. Menurut E Sujitno dan Mulyani 2005 untuk meningkatkan produktivitas cabai yang ramah lingkungan kandungan residu rendah diperlukan berbagai teknologi diantaranya teknologi pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu PTT, yang meliputi: 1. Penggunaan benih yang bersertifikat 2. Pemilihan dan pengolahan lahan yang tepat 3. Penggunaan dosis dan aplikasi pupuk yang tepat 4. Teknik pemeliharaan tanaman cabai yang intensif 5. Pengendalian hama dan penyakit yang efektif dan terpadu 6. Penanganan panen dan pasca panen Pada umumnya tanaman cabai merah dapat di tanam di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah, yaitu lebih dari 500 - 1200 m di atas permukaan laut, yang terdapat di seluruh Indonesia terutama di Pulau Jawa. Meskipun luasan lahan yang cocok untuk cabai masih sangat luas, tetapi penanaman cabai di dataran tinggi masih sangat terbatas. Pengembangan tanaman cabai merah, lebih diarahkan ke areal pengembangan dengan ketinggian sedikit di bawah 800 m di atas permukaan laut. Terutama pada lokasi yang air irigasinya sangat terjamin sepanjang tahun Deptan, 2011. 14

2.2. Sumber-sumber Risiko Agribisnis