44
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Risiko Produksi
Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan
indikasi adanya risiko. Risiko produksi yang sering dihadapi oleh petani Pondok Menteng pada usaha cabai merah keriting meliputi kondisi alam yang sulit
diprediksi, hama dan penyakit tanaman cabai merah keriting. Risiko produksi ini menyebabkan tingkat produktivitas cabai merah keriting menurun sehingga
penerimaan petani semakin kecil. Produktivitas yang berfluktuasi menunjukkan adanya nilai produktivitas
yang tinggi, normal dan rendah. Produktivitas yang tinggi adalah produktivitas tertinggi yang pernah dicapai kelompoktani Pondok Menteng sedangkan
produktivitas rendah adalah produktivitas yang terendah yang pernah dicapai oleh kelompoktani Pondok Menteng dalam produksi tanaman cabai merah keriting.
Produktivitas normal adalah produktivitas yang sering diperoleh oleh petani yang tergabung dalam kelompoktani Pondok menteng. Tingkat produktivitas dinilai
dari hasil perolehan panen yang terjadi selama 6 tahun pada periode tahun 2005 dan 2010. Pada tabel 10 dapat dilihat fluktuasi produktivitas cabai merah keriting
di gapoktan Rukun Tani, dengan asumsi produktivitas tertinggi adalah produktivitas paling tinggi yang pernah dicapai yaitu 10.658,33, produktivitas
terendah adalah produktivitas paling rendah yaitu 4.697,5 dan produktivitas normal adalah rata-rata produktivitas yaitu 7.068,52.
Tabel 10. Rata-rata Produktivitas Cabai Merah Keriting dan Peluang yang Dihadapi Kelompoktani Pondok Menteng, 2010
No Kondisi
Produktivitas KgHa Peluang
1 Tinggi
10.658,33 0,16
2 Normal
7.068,52 0,67
3 Rendah
4.697,5 0,16
Sumber: Gapoktan Rukun Tani, 2011 diolah
45 Selain dari mengidentifikasi sumber risiko, hal lain yang perlu diperhatikan
adalah menghitung peluang guna mengetahui frekuensi kejadian beresiko. Dalam usahatani cabai merah keriting menghitung frekuensi kejadian baik kejadian
produktivitas tertinggi, terendah dan normal penting karena sangat menentukan produktivitas yang diharapkan. Peluang petani Pondok Menteng mencapai
produktivitas cabai merah keriting tertinggi adalah 0,16 yang artinya jika petani Pondok Menteng mengusahakan cabai merah keriting sebanyak 6 kali periode
maka produktivitas tertinggi yang akan dicapai adalah sebanyak satu kali. Selanjutnya peluang produktivitas normal dan produktivitas terendah masing-
masing 0,67 dan 0,16. Tabel 10 menunjukkan bahwa peluang produktivitas yang sering dicapai oleh petani Pondok Menteng adalah produktivitas normal
dibandingkan dengan produktivitas tinggi dan produktivitas rendah. Secara langsung Tabel 10 menunjukkan adanya fluktuasi produktivitas yang
diperoleh petani Pondok Menteng, hal ini mengindikasikan bahwa usahatani cabai merah keriting yang diusahakan oleh petani Pondok Menteng menghadapi risiko.
Jenis risiko yang dihadapi oleh petani tersebut adalah risiko produksi. Sumber utama risiko produksi pada usahatani cabai merah keriting yang dihadapi oleh
petani Pondok Menteng meliputi, hama dan penyakit, keadaan cuaca dan iklim, kondisi tanah dan tenaga kerja. Risiko produksi yang dihadapi oleh petani Pondok
Menteng tersebut akan dibahas lebih terperinci dibawah ini. 1.
Hama dan Penyakit Hama maupun penyakit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil produksi tanaman cabai. Keberadaan hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai ini membuat produktivitas cabai berfluktuasi, bahkan sering sekali
menyebabkan kerugian. Beberapa hama dan penyakit yang umum menyerang cabai meliputi kutu daun persik, Thrip, ulat buah, lalat buah, ulat grayak,
antraknosa, bercak daun, busuk fitopthora, layu fusarium, bercak bakteri, layu bakteri dan gulma. Adapun hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman
cabai merah keriting milik petani Pondok Menteng yaitu layu bakteri, thrip, antraknosa, layu fusarium dan akar gada.
46 Layu bakteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas solanacearum . Serangannya ditandai dengan layunya daun dari atas
kanopi tanaman muda, sementara pada tanaman tua layunya daun tanaman dari bawah ke atas secara berangsur-angsur. Bakteri ini dapat bertahan ditanah selama
dua tahun, oleh karena itu lahan penanamannya jng bekas dari pertanaman yang sefamily dengan cabai. Pencegahan untuk penyakit ini adalah membuat drainase
lahan yang baik untuk menghindari genangan, penyemprotan bakterisida seperti Agrimycin
151,5 WP. Thrip merupakan hama berwarna kuning kecoklatan, telur berbentuk oval
diletakkan dalam jaringan daun. Gejala serangan ditandai dengan adanya noda keperakan yang tidak beraturan. Noda keperakan lebih lanjut berubah menjadi
cokelat tembaga dan menyebabkan daun mengering keatas. Cara mengatasinya dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara kimia dengan menyemprotkan
insektisida jenis curacron 500 EC, secara biologi dengan menempatkan musuh alaminya sebagai contoh tungau predator. Tetapi cara kedua biasanya lebih rumit
sehingga petani jarang sekali menggunakan cara itu. Penyakit antraknosa atau penyakit yang menyebabkan busuk buah ini
disebabkan oleh cendawan colletotrichum capsici sydow dan colletotrichum gloeosporiodes pens.
Penyakit ini memiliki gejala seperti biji gagal berkecambah, batang kecambah rapuh, pucuk mati dan infeksinya menjalar kebagian bawah,
bercak dipermukaan kulit buah dan biasanya penyakit ini menyerang pada saat menjelang buah masak. Menurut petani Pondok Menteng penyakit ini muncul
setelah kurang lebih 10 kali pemetikan buah yaitu pada saat umur cabai kira-kira 4 bulan. Penyakit ini memiliki daya merusak terhadap produksi sehingga perlu
untuk diatasi yakni dengan memusnahkan tanaman yang sudah terinfeksi dan menyemprotkan fungisida jenis Bendas untuk mengurangi patek dalam bahasa
sehari-hari. Layu fusarium, penyakit ini disebabkan oleh cendawan yang berada dalam
pembuluh kayu tanaman cabai, infeksi awal terjadi dipangkal batang tanaman yang berdekatan dengan tanah. Bagian tersebut membusuk, berwarna cokelat, dan
terus menjalar keperakaran dan akhirnya akar tanaman pun membusuk. Penyakit ini sangat berkembang didataran rendah, khususnya lahan dengan drainase yang
47 buruk. Pencegahan dapat dilakukan dengan menanam cabai dilahan bebas
pathogen, dan sebaiknya gunakan lahan bekas penanaman padi atau palawija. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida yang
berbahan aktif seperti benlete. Dan penyakit terakhir yang sering dihadapi oleh petani adalah akar gada, yaitu ketidakmampuan akar menyuplai zat-zat makanan
yang dibutuhkan dalam pertumbuhan cabai sehingga pohon cabai tumbuh dengan kerdil dan berbuah sedikit. Biasanya disebabkan karena struktur tanah yang tidak
sesuai dengan standar yang baik untuk penanaman cabai. Hama dan penyakit pada cabai merah keriting dapat dilihat dilampiran 8.
2. Keadaan Cuaca dan Iklim
Kondisi alam seperti cuaca dan iklim menjadi suatu ketidakpastian uncertainty, karena merupakan bagian risiko yang harus dihadapi oleh petani
yang tidak dapat diukur. Perubahan cuaca semakin sulit diprediksi, karena siklus cuaca tidak sesuai lagi dengan siklus normalnya. Seperti halnya produk pertanian
yang lain, produksi tanaman cabai khususnya cabai merah keriting juga dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Bahkan tanaman cabai merupakan salah satu
tanaman yang sangat sensitif dengan perubahan cuaca. Oleh karena itu petani menghadapi kesulitan dalam menentukan musim tanam berikutnya.
Dari hasil wawancara dengan petani, cabai paling baik ditanam dengan kondisi antara hujan dan panas dan biasanya terjadi pada bulan tiga. Keadaan ini
akan memberi pengairan yang baik untuk cabai dan sinar matahari yang cukup bagi pertumbuhan cabai. Pada musim hujan cabai menghadapi berbagai macam
risiko salah satunya terjadinya pembusukan baik diakar, batang dan daun sehingga secara perlahan tanaman cabai akan mati. Selanjutnya gulma tumbuh sangat subur
pada saat musim hujan dan ini menjadikan gulma sebagai risiko pada tanaman cabai. Gulma dapat merugikan dan mengganggu pertumbuhan cabai melalui
perebutan unsur hara di dalam tanah, menjadi inang bagi serangga vektor dan pathogen penyakit. Pada musim kemarau cabai juga menghadapi risiko seperti
hama dan penyakit. Hama thrip populasinya sangat tinggi pada musim kemarau yang penyebarannya dibantu oleh tiupan angin oleh karena itu petani harus
mampu membuat strategi penanganan risiko yang dihadapi tanaman cabai baik pada musim kemarau dan musim hujan.
48 3.
Keterampilan Tenaga Kerja Keterampilan tenaga kerja merupakan faktor penting dalam kegiatan
budidaya cabai merah keriting. Ketersediaan tenaga kerja yang terampil sangat mempengaruhi keberhasilan produksi. Tenaga kerja dalam hal ini adalah petani
sangat berperan dalam setiap kegiatan usahatani cabai merah keriting yang diusahakannya. Dalam kelompoktani Pondok Menteng produktivitas juga
dipengaruhi oleh keahlian tenaga kerja yaitu petani sendiri. Sering sekali petani mengandalkan pengetahuannya sendiri dalam memproduksi cabai merah keriting,
karena menganggap pengalamannya dalam bertani sudah cukup. Sehingga temuan atau informasi terbaru dari berbagai pihak seperti dari dinas pertanian terkait
peningkatan produktivitas cabai kurang diperhatikan. Petani Pondok Menteng menerapkan Standart Operation Procedure SOP
dalam produksi tanaman cabai, mulai dari cara penanaman, plot tanam dan pola penanaman. Tapi tidak semua petani yang mengikuti SOP tersebut, hanya
sebagian dan sebagian lagi mengandalkan pengetahuan dan pengalaman sendiri. Hal ini mempengaruhi produktivitas tanaman cabai merah keriting Pondok
Menteng. 4.
Kondisi Tanah Lahan yang digunakan untuk penanaman cabai merah keriting harus
dilakukan pembersihan terlebih dahulu yang meliputi pencabutan rumput-rumput liar atau gulma, dan pembersihan tanaman keras dan selanjutnya dilakukan
penggemburan serta pemberian pupuk kandang. Hal ini karena cabai membutuhkan tanah dengan unsur hara yang cukup dan pH yang sesuai untuk
tumbuh baik. Sebagian besar tingkat kesuburan lahan dipengaruhi oleh tingkat keasaman atau pH potensial of Hidrogen lahan, yang lebih bawah. Secara
teoritis pH yang baik untuk menanam cabai merah keriting berkisar antara 6,5 – 7 yang berarti bahwa tanah tersebut dalam keadaan netral. Apabila kondisi tanah
tidak sesuai dengan kualifikasi tanaman cabai maka cabai menghadapi risiko gagal produksi. Tanah bisa menjadi sumber penyakit bagi cabai hal ini
dikarenakan tanah tersebut bekas tanaman sefamili cabai. Khusus pada musim hujan sinar matahari tidak optimal sehingga kebun menjadi lembap, oleh karena
49 itu perlu membuat bedengan. Bedengan dibuat lebar sehingga jarak tanam bisa
diperlebar untuk mengurangi kelembapan yang tinggi.
6.2. Penilaian Risiko Produksi Cabai Merah Keriting