17
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian
risiko, pengukuran risiko dan strategi pengelolaan risiko yang relevan dengan permasalahan penelitian. Oleh karena itu akan dijabarkan secara spesifik pada sub
bab-sub bab berikut. 3.1.1.Risiko Produksi
Pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan bisnis akan menghadapi adanya risiko Risk dan ketidakpastian uncertainty. Secara ilmiah risiko dan
ketidakpastian mempunyai perbedaan. Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya
menimbulkan kerugian pada yang mengalami kejadian. Sedangkan ketidakpastian menunjukkan suatu peluang kejadian yang tidak dapat atau sulit diukur oleh
pengambil keputusan Roumasset Boussard dan Singh 1979. Hampir sama seperti yang diutarakan Robison dan Barry 1987 risiko adalah peluang
terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami kerugian. Risiko erat kaitannya
dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil
keputusan.
Indikasi adanya risiko yang dihadapi oleh pelaku bisnis ditunjukkan oleh adanya variasi atau fluktuasi dalam menjalankan bisnis dengan asumsi kondisi
input yang relatif tetap. Beberapa pembagian risiko yaitu risiko produksi, risiko pasar, risiko kelembagaan dan risiko keuangan. Pembahasan ini adalah mengenai
risiko produksi pada tanaman cabai merah keriting. Risiko dan ketidakpastian merupakan dua istilah yang merupakan dasar
dalam kerangka kerja pengambilan keputusan. Menurut Kountur 2006 terdapat dua pendekatan dalam mengidentifikasi risiko yaitu pendekatan top-down dan
pendekatan bottom-up. Pendekatan top-down adalah pendekatan dimana risiko
18 diidentifikasi dari atas dengan kata lain dilihat dari kacamata top manajemen.
Sedangkan pendekatan bottom-up adalah pendekatan dimana risiko ditemukan atau diidentifikasi dari bawah, dimana risiko mulai ditemukan dari unit yang
paling kecil dalam organisasi atau perusahaan. Pengidentifikasian adalah hal pertama yang dilakukan sebelum melakukan pengukuran risiko, sehingga dapat
diketahui risiko yang akan diukur. Menurut Hardaker 1997 risiko bisa didefinisikan sebagai pengetahuan
yang tidak sempurna imperfect knowledge dimana peluang dari hasil outcome diketahui sedangkan ketidakpastian merupakan kondisi dimana peluang tidak
diketahui. Menurut Basyaib 2007 risiko adalah sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang
memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi. Menurut Djohanputro 2008
perbedaan antara risiko dan ketidakpastian adalah bahwa risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat probabilitasnya terukur secara
kuantitatif. Ketidakpastian merupakan keadaan di mana ada beberapa kemungkinan kejadian dimana tingkat probabilitas kejadian tidak diketahui secara
pasti. Menurut Elton and Gruber 2003 risiko adalah: “The existence of risk
means that the investor can no longer associate a single number of pay-off with investment in any assets
”. Risiko yang dimaksud merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan, probabilitas tidak tercapainya
tingkat keuntungan yang diharapkan expected return, kemungkinan return yang diterima realized return menyimpang dari return yang diharapkan expected
return atau dengan kata lain kemungkinan perbedaan antara return aktual yang
diterima dengan return yang diharapkan. Menurut Kountur 2008 risiko berhubungan dengan ketidakpastian.
Ketidakpastian terjadi akibat kurang atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Risiko berhubungan dengan suatu kejadian,
dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan. Sedangkan menurut
Kountur 2004 risiko adalah sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang
19 dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang
merugikan.
3.1.2.Sumber Risiko dan Akibatnya
Dalam dunia bisnis, risiko sering dikaitkan dengan perolehan return. Dalam menganalisis risiko didasarkan pada teori pengambilan keputusan dengan
berdasarkan pada konsep expected utility Robison dan Barry, 1997. Dalam kaitannya dengan expected utility sangat erat hubungannya dengan probability.
Probability dapat dipandang sebagai frekuensi relatif relative frequencies dan
digunakan dalam pengambilan keputusan. Utility kepuasan sangat sulit diukur sehingga umumnya didekati dengan pengukuran return. Return tersebut dapat
berupa pendapatan yang diperoleh usaha selama periode tertentu. Tingkat risiko suatu kegiatan menjadi acuan dalam menentukan besaran
nilai yang dihasilkan keuntungan. Umumnya kegiatan bisnis dengan risiko tinggi diyakini dapat memberikan keuntungan yang besar. Artinya, nilai
keuntungan searah dengan tingkat risikonya. Hal tersebut dapat terwujud apabila ternyata dalam melakukan kegiatan usaha, risiko yang diperkirakan tidak terjadi
sehingga pelaku usaha tidak perlu mengeluarkan biaya kerugian akibat adanya risiko. Tetapi apabila ternyata risiko yang diperkirakan terjadi pada kegiatan
usaha yang dipilih, maka yang diperoleh pelaku usaha adalah kegagalan dan kerugian.
Oleh karena itu, agar bisnis dengan risiko yang besar dapat memberi pendapatan tinggi, meskipun risiko yang diperkirakan terjadi maka pelaku usaha
dapat melakukan pengelolaan terhadap risiko tersebut. Dengan mengetahui besarnya risiko yang dihadapi maka keputusan penerapan alternatif pengelolaan
yang digunakan dapat lebih efisien. Menurut Harwood, et al 1999, risiko yang sering terjadi pada pertanian
dan dapat menurunkan tingkat pendapatan petani yaitu : 1 Risiko produksi; 2 Risiko harga atau pasar penjualan; 3 Risiko institusi kelembagaan; 4 Risiko
keuangan; 5 Risiko manusia. Dari beberapa sumber tersebut ternyata risiko yang
paling utama dihadapi oleh petani yang tergabung dalam kelompoktani Pondok Menteng dalam memproduksi cabai merah keriting adalah risiko produksi.
20 Menurut Kountur 2008 risiko dapat diklasifikasikan dari sudut pandang
penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang kejadian yang terjadi menjadi 4 jenis yaitu:
a. Risiko dari sudut Pandang Penyebab
Berdasarkan sudut pandang penyebab kejadian, risiko dapat dibedakan kedalam risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh
faktor-faktor keuangan sepertu perubahan harga, tingkat bunga dan mata uang asing. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti
manusia, teknologi dan alam. b.
Risiko dari Sudut Pandang Akibat Dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan terdapat dua kategori
risiko yakni risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang mengakibatkan sesuatu yang merugikan dan tidak memungkinkan adanya
keuntungan. Risiko spekulatif adalah risiko yang memungkinkan untuk menimbulkan suatu kerugian atau menimbulkan keuntungan.
c. Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas
Menurut Kountur 2008 banyaknya risiko dari sudut pandang penyebab adalah sebanyak jumlah aktivitas yang ada. Segala aktivitas dapat menimbulkan
berbagai macam risiko misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank yang dikenal dengan risiko kredit.
d. Risiko dari Sudut Pandang Kejadian
Risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko yang paling baik, misalnya terjadi kebakaran, maka risiko yang terjadi adalah
risiko kebakaran. Dampak risiko dan variabilitas dalam agribisnis yang tidak diantisipasi dan
ditanggulangi dengan baik dapat mengakibatkan kerugian dalam skala luas. Dampak risiko dapat dikaji dari tiga sudut pandang yang saling berhubungan
yaitu: a.
Sudut pandang masyarakat Menyangkut pada dampak dan biaya sosial dari risiko yang terjadi dan
bagaimanan pengelolaannya.
21 b.
Sudut pandang produsen Menitikberatkan pada kelangsungan hidup usahanya.
c. Sudut pandang pembuat kebijakan
Pembuat kebijakan harus mampu memprediksi respon sektoral yang akan dilakukan untuk mengubah kondisi tersebut dan dampak berikutnya atas
kemungkinan kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuannya.
3.1.3.Pengukuran Risiko
Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan deviation terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber 1995 terdapat
beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian variance, standar deviasi standard deviation dan koefisien variasi coefficient variation.
Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam
hubungannya dengan hasil yang diharapkan expected return. Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan
perbandingan dengan satuan yang sama. Coefficient variation merupakan ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama dengan
mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh baik berupa pendapatan, produksi atau harga. Nilai variance dan standard deviation
kurang tepat digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha.
1. Nilai Harapan Expected Value
Nilai harapan adalah jumlah dari nilai-nilai kemungkinan yang diharapkan terjadi probabilitas peluang masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti. Nilai
harapan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan kegiatan usaha penyelesaian pengambilan keputusan risiko
dapat dilakukan dengan menggunakan expected return. 2.
Peluang Peluang merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa. Peluang hanya suatu
kemungkinan, jadi nilai dari suatu peluang bukan merupakan harga mutlak dalam suatu kondisi. Menurut Darmawi 1997 dari sudut pandang empiris maka
22 probabilitas dapat dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka
panjang yang dinyatakan dalam persentase. 3.
Variance Pengukuran varian dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari
return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Dari
nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi
dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. 4.
Standard Deviation Standard deviation
dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin
kecil standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha.
5. Coefficient Variation
Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return. Semakin kecil nilai koefisien variasi maka
semakin rendah risiko yang dihadapi.
3.1.4.Strategi Pengelolaan Risiko
Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Fungsi-fungsi
manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko. Fungsi
manajemen tidak hanya perencanaan, mengorganisasikan, mengarahkan dan
mengawasi, tetapi juga menangani risiko.
Menurut Lam 2003, ada beberapa alasan mengapa manajemen risiko sangat penting dalam pengelolaan suatu perusahaan, yakni karena mengelola
manajemen risiko dapat memaksimalkan nilai asset pemegang saham dan dapat memperbesar peluang kerja dan jaminan finansial. Menurut Darmawi 1997,
manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk
memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Ada lima manfaat yang
23 diperoleh perusahaan dengan menerapkan manajemen risiko, manfaat tersebut
adalah: a.
Mencegah perusahaan dari kegagalan b.
Mengurangi pengeluaran perusahaan c.
Menunjang peningkatan perolehan laba d.
Memberi ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko
e. Secara tidak langsung menolong public image, karena manajemen risiko
melindungi perusahan dari hal-hal buruk yang dapat merugikan perusahaan. Menurut Kountur 2008, manajemen risiko perusahaan adalah cara
bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Manajemen risiko merupakan cara atau langkah yang
dapat dilakukan pengambil keputusan untuk menghadapi risiko dengan cara meminimalkan kerugian yang terjadi. Tujuan manajemen risiko adalah untuk
mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju organisasi bisa dikendalikan.
Strategi pengelolaan risiko merupakan suatu proses yang berulang pada setiap
periode produksi.
Pengidentifikasian risiko
merupakan proses
penganalisisan untuk menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko kerugian yang potensial yang menantang pelaku usaha. Sesudah manajer
risiko mengidentifikasi berbagai jenis risiko yang dihadapi usaha, maka selanjutnya risiko itu harus diukur. Perlunya diukur adalah untuk menentukan
relatif pentingnya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk
menanganinya. Strategi pengelolaan risiko yang dapat dijadikan usaha sebagai alternatif penanganan, yaitu strategi Preventif. Strategi preventif dilakukan untuk
menghindari terjadinya risiko. Preventif dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
a. Membuat memperbaiki sistem dan prosedur.
b. Mengembangkan sumberdaya manusia.
c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik
24
3.1.5.Risiko Portofolio
Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam
berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Teori portofolio membahas portofolio
yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu
hasil tertentu. Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan
tingkat risiko yang dihadapi.
Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko portofolio, yaitu dengan cara mengkombinasi atau dengan menambah investasi assetaktivasekuritas
yang memiliki korelasi negatif atau positif rendah sehingga variabilitas dari pengembalian atau risiko dapat dikurangi.
Korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif relative comovements antara
serial data tersebut. Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j ij mempunyai nilai maksimum positif +1 dan minimum negatif satu -1. Berapa kemungkinan
korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Nilai koefisien korelasi positif satu +1 mempunyai arti bahwa kombinasi
dari dua aset i dan j selalu bergerak sama-sama. 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu -1 mempunyai arti bahwa kombinasi
dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah. 3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol 0 mempunyai arti bahwa
kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional