UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Burkina Faso, Kamerun, Chad, Gambia, Ghana, Guinea, Kenya, Liberia, Mali, Mauritania, Nigeria, Sierra Leone, Sudan, Ethiopia,
Somalia, Zaire, Togo, Uganda dan Senegal. Di Amerika tropis, kelor dinaturalisasi di wilayah selatan-timur Amerika Serikat yaitu
Florida, Karibia yaitu Kuba, Haiti, Republik Dominika, Bahama, Jamaika, Puerto Rico dan Kepulauan Virgin, Meksiko, Amerika
Tengah yaitu Belize, Kosta Rika, El Salvador, Guatemala, Honduras, Nikaragua dan Panama dan Amerika Selatan yaitu
Colombia, Guyana, Venezuela,Brazil dan Paraguay. Kelor juga dinaturalisasi di pulau-pulau Pasifik, termasuk Kiribati, Guam,
Kepulauan Marshall, Kepulauan Mariana Utara, Kepulauan Solomon dan Amerika Federasi Mikronesia Navie Steve, 2010.
2.1.6 Kandungan Kimia
Daun kelor kaya asam askorbat, asam amino, sterol, glukosida isoquarsetin, karoten, ramentin, kaemperol dan kaemferitin. Hasil
analisis nutrien juga melaporkan adanya kandungan senyawa-senywa berikut: 6,7 mg protein, 1,7 mg lemak ekstrak eter, 13,4 mg
karbohidrat, 0,9 mg serat dan 2,3 bahan mineral: 440 mg kalsium,
70 mg fosfor, dan besi 7,0 mg100 g daun. Daun kelor juga
mengandung 11.300 IU karoten prekursor vitamin A, vitamin B, 220 mg vitamin C dan 7,4 mg tokoferol 100g daun. Daun kelor juga
mengandung substansi estrogenik dan esterase pektin. Asam amino esensial yang terdapat dalam protein daun adalah 16g daun: 6,0 mg
arginin, 2,0 mg metionin, 4,9 mg treonin, 9,3 mg leusin, 6,3 mg isoleusin dan7,1 mg valin Singh et al., 2012.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 1. Kandungan kimia yang diisolasi dari Moringa oleifera L.
Bagian Kandungan Kimia
Akar 4-
α-L-rhamnopiranoksiloksi-benzilglukosinolat dan benzilglukosinolat
Batang 4-
hidroksimellein, vanillin, β-sitosteron, asam oktacosanik dan
β-sitosterol Kulit kayu
4- α-L-rhamnopiranosiloksi-benzilglukosinolat
Eksudat gum L-arabinosa, D-galaktosa,asam D-glukuronat, L-rhamnosa,
D-mannosa, D-xylosa dan leukoantosianin
Daun Glikosida niazirin, niazirinin dan three mustard oil
glycosides, 4- [4’-O-asetil- α -L-rhamnosiloksi benzil]
isothiosianat, niaziminin A dan B Bunga yang matang
D-mannosa, D-glukosa, protein, asam askorbat, polisakarida
Keseluruhan biji Nitril, isotiosianat, tiokarbanat, 0-
[2’-hidroksi-3’-2’’- hepteniloksi]-propilundekanoat, 0-etil-4-
[ α -1- ramnosiloksi-benzil] karbamat, metil-p-hidroksibenzoat
dan β-sitosterol
Biji yang tua Crude protein, Crude fat, karbohidrat, metionin, sistein, 4-
α-L-ramnopiranosiloksi-benzilglukosinolat, benzilglukosinolat, moringin, mono-palmitat and di-oleic
trigliserida
Minyak biji Vitamin A, beta karoten, prekursor Vitamin A
Sumber : [Singh et al., 2012]
2.1.7 Khasiat
Selain digunakan untuk bahan makanan, daun kelor telah dilaporkan menjadi sumber yang kaya akan makronutrien maupun
mikronutrien yang juga mengandung β-karoten, protein, vitamin C,
kalsium, dan kalium dan bertindak sebagai sumber antioksidan alami.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Buah dan daun telah digunakan untuk mengatasi malnutrisi, terutama di kalangan bayi dan ibu menyusui untuk meningkatkan produksi
susu dan juga mengatur ketidakseimbangan hormon tiroid Luqman et al., 2012.
Sejumlah khasiat obat dihubungkan dengan berbagai bagian dari M.oleifera telah diakui oleh sistem pengobatan Ayurveda dan
Unani .
penerapan tanaman ini telah ditemukan secara luas dalam pengobatan penyakit kardiovaskular antara lain dalam akar, daun,
gum, bunga, dan infus biji mengandung glikosida nitril, mustard oil, dan glikosida tiokarbamat sebagai kandungan kimia yang dianggap
bertanggung jawab untuk aktivitas diuretik, menurunkan kolesterol, antiulser, hepatoprotektif, dan sebagai pelindung kardiovaskular.
Tanaman ini juga memiliki aktivitas antimikroba karena mengandung pterigospermin sebagai komponen utama. Ekstrak daun segar
diketahui menghambat pertumbuhan patogen pada manusia Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Kandungan
kimia dari berbagai bagian pohon seperti; niazimin, niaiminin, berbagai karbamat dan tiokarbamat telah menunjukkan aktivitas
antitumor in
vitro. Bagian
bunga menunjukkan
aktivitas hepatoprotektif yang efektif. Karena adanya efek kuarsetin. Biji dapat
digunakan sebagai biosorben untuk menghilangkan kadmium dari medium cair dan merupakan salah satu koagulan alami. Kelor juga
dianggap sebagai antipiretik, dan dilaporkan menunjukkan aktivitas antimikroba Luqman et al., 2012.
Materia medika Indonesia menjelaskan penggunaan akar kelor M.oleifera dalam pengobatan sejumlah penyakit, termasuk asma,
asam urat, sakit pinggang, rematik, pembesaran limpa atau hati, radang internal yang terdapat dalam inflamasi dan adanya batu pada
kantung empedu atau ginjal. Ekstrak akar kelor telah dipelajari
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai diuretik dan aktivitas antiinflamasi akut Sashidhara et al., 2009
Semua bagian dari pohon dianggap berkhasiat obat dan digunakan dalam pengobatan asites, rematik, dan gigitan hewan
berbisa serta sebagai stimulan jantung dan peredaran darah. Daun kelor kaya Vit. A dan C dan dianggap berguna untuk sariawan dan
kataral, mereka juga digunakan sebagai emetik. Sebuah pasta dari daun digunakan secara eksternal untuk luka. Bunga digunakan
sebagai tonik dan anti diuretik. Biji kelor sebagai antipiretik. Minyak biji digunakan sebagai antiinflamasi dalam rematik dan asam urat.
Bunga-bunga, daun, dan akar yang digunakan dalam obat tradisional untuk tumor serta biji untuk tumor abdominal. Rebusan akar
digunakan di Nikaragua untuk mengobati edema pembengkakan. Sari dari akar diterapkan secara eksternal sebagai obat gosok. Daun
juga bisa digunakan untuk sakit kepala, dan dikatakan memiliki sifat pencahar alami. Kulit, daun dan akar yang pedas dan berbau tajam,
dan diambil untuk meningkatkan proses pencernaan. Minyak agak berbahaya jika diminum, namun dapat diterapkan secara eksternal
untuk penyakit kulit. Kulit kayu dianggap sebagai antiskorbut, dan mengeluarkan gum kemerahan dengan sifat seperti tragakan dan
kadang-kadang digunakan untuk diare. Akar yang pahit, sebagai tonik bagi tubuh dan paru-paru, dan juga berguna sebagai pemicu
menstruasi emmenagogue dan ekspektoran Kumar et al., 2012.
2.2. EKSTRAKSI DAN FRAKSINASI 2.2.1. Ekstraksi