UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3. Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi
Proses ekstraksi daun kelor dilakukan menggunakan metode maserasi pelarut etanol 70 dan dilanjutkan dengan fraksinasi bertingkat sehingga
didapat fraksi n-heksan, etil asetat dan etanol 50. Persen perolehan rendemen ekstrak merupakan perbandingan antara bobot ekstrak yang
dihasilkan dengan bobot awal yang digunakan. Rendemen ekstrak daun kelor diperoleh dari masing-masing pelarut dapat dilihat pada Tabel 2 dan
perhitungan hasil rendemen dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 2. Hasil Rendemen Ekstrak dan Fraksi Daun Kelor
N0. Tahapan
Bobot awal yang ditimbang
Bobot ekstrak dan fraksi
yang didapat Rendemen
1. Ekstrak etanol 70
700 g 258,620 g
36,953 2.
Fase n-heksan 150 g
diambil dari ekstrak etanol
70 8,001 g
5,334 3.
Fase etil asetat 20,64 g
13,760 4.
Fase etanol 50 89,468 g
59,645
Berdasarkan hasil tabel di atas, menunjukkan bahwa perbedaan jenis pelarut mempengaruhi jumlah ekstrak yang dihasilkan, pelarut etanol
memiliki rendemen paling tinggi, diikuti rendemen ekstrak etil asetat dan rendemen ekstrak n-heksan secara berturut-turut. Gambar ekstrak dapat
dilihat pada Gambar 10 dibawah ini.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 10: A; ekstrak etanol 70, B; fraksi n-heksan, C; etil asetat dan D; etanol 50
Fraksi kental dari masing-masing pelarut yang diperoleh akan digunakan dalam tahap uji selanjutnya, yaitu uji aktivitas pendahuluan fraksi
terhadap stabilisasi membran sel darah merah yang diinduksi larutan hipotonik pada konsentrasi 1000 ppm.
4.4. Hasil Uji Stabilisasi Membran Eritrosit Ekstrak etanol 70, Fase n- heksan, Etil Asetat dan fraksi Etanol 50 pada konsentrasi 1000 ppm
Stabilisasi membran eritrosit telah digunakan sebagai metode untuk mengetahui aktivitas antiinflamasi secara in vitro. Dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh presentase stabilisasi membran eritrosit yang dapat dilihat pada Tabel 3 dan perhitungannya
pada Lampiran 7. Serta histogramnya pada Gambar 11.
A B
C D
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 3. Stabilisasi membran eritrosit dari ekstrak uji dan kontrol positif terhadap induksi larutan hipotonik pada konsentrasi
1000 ppm.
Larutan
Absorbansi
Larutan
Absorbansi
Stabilitas Rata- rata
Stabilitas
Uji I ekstrak etanol 70
0,119
Kontrol Lar.Uji I
0,021 86,483
87,632 0,113
0,029 88,414
0,114 0,027
88,000
Uji II fraksi n-heksan
0,137
Kontrol Lar.Uji II
0,036
86,069
86,483 0,136
0,037 86,345
0,132 0,038
87,035
Uji III fraksi etil asetat
0,109
Kontrol Lar.Uji III
0,039 90,345
90,575 0,110
0,044 90,897
0,111 0,042
90,483
Uji IV fraksi etanol 50
0,128
Kontrol Lar.Uji IV
0,027
86,069
86,943 0,123
0,035 87,862
0,127 0,032
89.897
Uji V Na diklofenak
0,062
Kontrol Lar. Uji V
0,009
92,690
92,138 0,065
0,005 91,724
0,070 0,012
92,000
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 11. Stabilisasi membran eritrosit dari ekstrak uji dan
kontrol positif terhadap induksi larutan hipotonik.
Hasil uji aktivitas antiinflamasi menggunakan metode stabilisasi membran sel darah manusia berdasarkan perhitungan stabilitas
menunjukkan bahwa fraksi yang mempunyai aktivitas tertinggi adalah fraksi etil asetat. Hal ini juga ditunjang dengan hasil analisis secara statistik, yang
menunjukkan bahwa kemampuan stabilitas fraksi etil asetat berbeda secara bermakna terhadap ekstrak dan fraksi daun kelor yang lain namun identik
terhadap Na diklofenak sebagai kontrol positif. Oleh karena itu, fraksi etil asetat lah yang kemudian dilanjutkan untuk skrining fitokimia dan diuji
stabilitas membran sel darah merah kembali dengan beberapa seri konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 400 ppm dan 800 ppm dan
dibandingkan dengan kontrol positif berupa Na diklofenak. Hasil stabilisasi dapat dilihat pada Tabel 4.
83 85
87 89
91 93
E. EtOH 70
F. heksan F. EA
F. EtOH 50
Na diklo Stabilitas
87.63 86.48
90.58 86.94
92.14
S tabi
li tas
E. EtOH 70 F. heksan
F. EA F. EtOH 50
Na diklo
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4. Stabilisasi fraksi etil asetat daun kelor terhadap membran eritrosit akibat induksi larutan hipotonik dengan beberapa variasi
konsentrasi.
Sampel Konsentrasi
µ gml Absorbansi
Lar. Uji Stabilisasi
Rata-rata stabilisasi
Fraksi etil asetat daun kelor
Moringa oleifera L. 50
0,232 69,104
69,333 0,229
69,517 0,230
69,380 100
0,182 77,380
77,334 0,183
77,242 0,182
77,380 200
0,173 79,600
79,862 0,172
79,862 0,171
80,000 400
0,160 81,931
82,069 0,159
82,069 0,158
82,207 800
0,125 87,448
87,448 0,125
87,448 0,125
87,448 1000
0,109 90,345
90,575 0,110
90,897 0,111
90,483
Na diklofenak kontrol positif
50 0,123
83,586 84,138
0,116 84,552
0,117 84,276
100 0,105
86,345 86,299
0,106 86,069
0,103 86,483
200 0,084
89,269 87,678
0,094 87,917
0,109 85,848
400 0,089
88,690 88,828
0,090 88,828
0,089 88,966
800 0,076
90,897 91,173
0,072 91,449
0,074 90,173
1000 0,062
92,690 92,138
0,065 91,724
0,070 92,000
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 12. Kurva stabilisasi membran eritrosit akibat induksi larutan hipotonik dengan beberapa variasi konsentrasi.
60 65
70 75
80 85
90 95
200 400
600 800
1000
S tabi
li tas
Konsentrasi ppm
Stabilitas Fraksi Etil Asetat
Frak.EA Na diklofenak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 5. Hubungan antara Stabilitas Inhibisi Hemolisis dan Log Konsentrasi untuk Menentukan nilai IC
50
dengan Metode Analisis Probit
Sampel Konsentrasi
ppm Log
konsentrasi Stabilitas
rata-rata Probit
IC
50
ppm
Fraksi etil asetat daun
kelor 50
1,699 69,333
5,50
3,753
100 2,000
77,334
5,74
200 2,301
79,862
5,84
400 2,602
82,069
5,92
800 2,903
87,448
6,13
1000 3,000
90,575
6,28
Na diklofenak
50 1,699
84,138 5,99
0,035
100 2,000
86,299 6,06
200 2,301
87,908 6,18
400 2,602
88,828 6,23
800 2,903
91,173 6,34
1000 3,000
92,138
6,41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 13. Kurva antara Probit dan Log Konsentrasi Fraksi Etil Asetat Daun Kelor pada Berbagai Varian Konsentrasi
Untuk memperoleh nilai IC
50
dibuat terlebih dahulu kurva persamaan garis regresi linier Gambar 13. Berdasarkan persamaan garis linier tersebut
didapat nilai IC
50
dari fraksi etil asetat daun kelor sebesar 3,753 ppm dan IC
50
dari Na diklofenak sebesar 0,035 ppm.
4.5. Hasil Skrining Fitokimia