UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa yang terdapat pada sampel. Ikatan hidrogen yang terbentuk pada pelarut etil asetat lebih lemah
dibandingkan dengan ikatan hidrogen yang terbentuk pada pelarut etanol sehingga rendemen pada fraksi etil asetat lebih sedikit Tursiman et al.,
2012. Rendemen pada fraksi n-heksan paling sedikit karena sampel sedikit mengandung komponen non polar.
4.6.2. Skrining Fitokimia
Senyawa metabolik sekunder dalam daun kelor dapat diketahui dengan melakukan skrining fitokimia. Fitokimia merupakan bagian ilmu
pengetahuan alam yang menguraikan aspek kimia suatu tanaman. Dalam penelitian ini analisis fitokimia dilakukan terhadap fraksi etil asetat daun
kelor menggunakan metode yang dikembangkan oleh Guevara Recio 1985. Senyawa-senyawa yang dianalisis meliputi senyawa flavonoid,
saponin, tanin, alkaloid dan antrakuinon. Dari hasil penapisan fitokimia fraksi etil asetat daun kelor mengandung flavonoid, saponin dan tanin.
6.2.1 Flavonoid
Fraksi etil asetat daun kelor menunjukan kandungan senyawa golongan flavonoid dengan terbentuknya warna merah seulas pada lapisan
amil alkohol. Dalam Gambar 14 menjelaskan reaksi pembentukan warna pada flavonol. Menurut Guevara Recio 1985, senyawa golongan
flavonoid seperti flavonol, flavanon, dan xanton akan memberikan warna merah jika direduksi dengan logam magnesium dan asam klorida. Warna
merah terbentuk merupakan senyawa kompleks garam flavilium. Garam tersebut dengan basa akan menghasilkan kembali flavonoid semula
Marliana et al., 2005. Digunakan senyawa murni rutin sebagai kontrol positif.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 14. Reaksi pembentukan garam flavilium.
6.2.3 Saponin
Pengujian pada saponin dalam fraksi etil asetat daun kelor digunakan uji Forth. Timbulnya busa pada uji saponin menunjukkan adanya glikosida
yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya Guevara Recio, 1985. Menurut
Marlinda et al. 2012 senyawa yang memiliki gugus polar dan non polar bersifat aktif permukaan sehingga saat dikocok dengan air, saponin dapat
membentuk misel. Pada struktur misel, gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus non polarnya menghadap ke dalam. Keadaan inilah yang
tampak seperti busa. Reaksi pembentukan busa di tunjukkan pada Gambar 15.
Gambar 15. Reaksi hidrolisis saponin dalam air.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6.2.4 Tanin