7
1. Faktor produksi apa saja yang memengaruhi produksi tanaman kedelai di Pulau Jawa?
2. Berdasarkan fungsi produksi tanaman kedelai di Pulau Jawa, berapa besar pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi tanaman kedelai?
1.3. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang menjadi fokus penelitian, maka tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor produksi yang
mempengaruhi produksi tanaman kedelai di Pulau Jawa. Tujuan selanjutnya ialah untuk mengukur elastisitas output terhadap pemberian input produksi tanaman
kedelai.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah: 1. Bagi masyarakat umum dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangan
pengetahuan di bidang perekonomian yang berkaitan dengan pertanian tanaman kedelai.
2. Bagi para peneliti dapat bermanfaat untuk memberikan pengetahuan tentang faktor dan fungsi produksi tanaman kedelai di Pulau Jawa, di samping itu
juga dapat bermanfaat untuk dijadikan referensi dalam mengembangkan penelitian yang berkaitan.
3. Bagi pemerintah dan pengambil kebijakan dapat bermanfaat untuk dijadikan bahan evaluasi dan pertimbangan dalam penerapan kebijakan.
8
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa hal berikut:
1. Faktor-faktor produksi yang dimasukkan dalam penelitian ini dibatasi pada luas panen, benih, pupuk urea, pupuk TSPSP36, pupuk KCl, dan tenaga
kerja. 2. Data yang digunakan ialah bagian dari set data survei Struktur Ongkos Usaha
Tani tanaman kedelai tahun 2010 yang diselenggarakan oleh BPS. 3. Kajian difokuskan pada wilayah Pulau Jawa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Budi Daya Kedelai
Kedelai merupakan tumbuhan serba guna. Karena akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi
sehingga tanamannya dapat digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak. Kedelai terutama dimanfaatkan bijinya. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta
beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin asam fitat dan lesitin. Olahan biji kedelai dapat dibuat menjadi berbagai bentuk seperti tahu, bermacam-macam
saus penyedap salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari kedelai hitam, tempe, susu kedelai, tepung kedelai, minyak dari sini dapat dibuat sabun, plastik,
kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut, dan biodiesel, serta taosi atau tauco Komalasari, 2008.
Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning,
agak putih, atau hijau dan Glycine soja kedelai hitam, berbiji hitam. Glycine max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang
Selatan, sementara Glycine soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Tanaman ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan
Indonesia Wikipedia. Kedelai dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering ladang. Di
lahan sawah, kedelai umumnya ditanam pada musim kemarau setelah pertanaman
10
padi. Sedangkan di lahan kering tegalan kedelai umumnya ditanam pada musim hujan. Langkah-langkah utama dalam budi daya kedelai ialah pemilihan benih,
persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pascapanen. Berdasarkan informasi dari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan
dan Umbi-umbian – Kementan 2011, kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha tani kedelai. Pada penanaman kedelai, biji atau benih ditanam
secara langsung, sehingga apabila kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah populasi per satuan luas akan berkurang. Oleh karena itu, agar dapat memberikan
hasil yang memuaskan, harus dipilih varietas kedelai yang sesuai dengan kebutuhan, mampu beradaptasi dengan kondisi lapang, dan memenuhi standar
mutu benih yang baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan benih kedelai adalah:
1. Pilih varietas unggul yang memenuhi sifat-sifat yang diinginkan: ukuran bijinya besar atau kecil, kulit bijinya kuning atau hitam, toleransinya terhadap
hamapenyakit dan kondisi lahan. 2. Benih murni dan bermutu tinggi merupakan syarat terpenting dalam budi
daya kedelai. Benih harus sehat, bernas, dan daya tumbuh minimal 85 persen, serta bersih dari kotoran.
3. Kebutuhan benih bergantung pada ukuran benih dan jarak tanam yang digunakan. Untuk benih ukuran kecil–sedang 9–12 g100 biji, diperlukan
55–60 kgha, sedang untuk benih ukuran besar 14–18 g100 biji dibutuhkan 65–75 kgha.
11
Persiapan lahan penanaman kedelai di areal persawahan dapat dilakukan secara sederhana. Mula-mula jerami padi yang tersisa dibersihkan, kemudian
dikumpulkan, dan dibiarkan mengering. Selanjutnya, dibuat petak-petak penanaman dengan lebar 3-10 m, yang panjangnya disesuaikan dengan kondisi
lahan. Diantara petak penanaman dibuat saluran drainase selebar 25-30 cm, dengan kedalaman 30 cm. Setelah didiamkan selama 7-10 hari, tanah siap
ditanami. Jika areal penanaman kedelai yang digunakan berupa lahan kering atau
tegalan, sebaiknya dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tanah dicangkul atau dibajak sedalam 15–20 cm. Di sekeliling lahan dibuat parit selebar 40 cm
dengan kedalaman 30 cm. Selanjutnya, dibuat petakan-petakan dengan panjang antara 10–15 cm, lebar antara 3–10 cm, dan tinggi 20–30 cm. Antara petakan yang
satu dengan yang lain kanan dan kiri dibuat parit selebar dan sedalam 25 cm. Antara petakan satu dengan petakan di belakangnya dibuat parit selebar 30 cm
dengan kedalaman 25 cm. Selanjutnya, lahan siap ditanami benih. Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dulu tanah diberi pupuk
dasar. Pupuk yang digunakan berupa TSP sebanyak 50–100 kgha, KCl 50–100 kgha, dan Urea 50-75 kgha. Dosis pupuk dapat pula disesuaikan dengan anjuran
petugas penyuluh pertanian setempat. Pupuk disebar secara merata di lahan, atau dimasukkan ke dalam lubang di sisi kanan dan kiri lubang tanam sedalam 5 cm
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Departemen Pertanian, 2008. Selanjutnya penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam
memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5–2 cm. Setiap lubang tanam diisi
12
sebanyak 3–4 biji. Penanaman ini dilakukan dengan jarak tanam 40 cm x 10–15 cm. Pada lahan subur, jarak dalam barisan dapat diperkecil menjadi 15–20 cm.
Perawatan tanaman dilakukan berkaitan dengan tiga kegiatan: pengairan, penyiangan, dan pengendalian hama serta penyakit tanaman. Tanaman kedelai
sangat peka terhadap kekurangan air pada awal pertumbuhan, pada umur 15–21 hari, saat berbunga umur 25–35 hari, dan saat pengisian polong umur 55–70
hari. Pada fase-fase tersebut tanaman harus dijaga agar tidak kekeringan. Penyiangan untuk menghilangkan gulma perlu dilakukan dua kali pada umur 15
dan 45 hari. Penggunaan pestisida untuk pengendalian hama dilakukan berdasarkan hasil pemantauan, hanya digunakan bila populasi hama telah melebihi
ambang kendali. Pestisida dipilih sesuai dengan hama sasaran, dan dipilih yang terdaftardiijinkan.
Panen dilakukan apabila 95 persen polong pada batang utama telah berwarna kuning kecoklatan. Panen dilakukan dengan memotong pangkal batang
dengan sabit. Hasil panenan ini segera dijemur beberapa hari, kemudian dikupas dengan thresher atau pemukul. Butir biji dipisahkan dari kotoransisa kulit polong,
dan dijemur kembali hingga kadar air biji mencapai 10–12 persen saat disimpan. Berdasarkan penilaian kelayakan usaha tani kedelai dengan cara return of
investment ROI dan perbandingan biaya dengan pendapatan benefit cost ratio, BC rasio diperoleh hasil sebagai berikut Irwan, 2006:
1. Return of investment ROI, merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dengan total biaya produksi. Cara ini digunakan untuk
mengetahui tingkat efisiensi penggunaan modal atau mengukur keuntungan
13
usaha tani dalam kaitannya dengan jumlah modal yang diinvestasikan. Nilai ROI untuk usaha tani kedelai sebesar 2,39. Berarti, setiap modal Rp 1 yang
dikeluarkan untuk usaha tani kedelai akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 2,39. Dengan demikian, usaha tani kedelai tersebut dinilai efisien dalam
penggunaan modal. 2. Benefit cost ratio BC rasio, merupakan suatu ukuran perbandingan antara
keuntungan bersih dengan total biaya produksi sehingga dapat diketahui kelayakan usaha taninya. Hasil perhitungan nilai BC rasio pada usaha tani
kedelai senilai 1,39. Artinya, setiap satuan biaya yang dikeluarkan akan diperoleh hasil penjualan sebesar 1,39 kali lipat. Hasil ini menunjukkan
bahwa usaha tani kedelai layak untuk dikembangkan.
2.1.2. Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Produksi adalah kegiatan perusahaanprodusen dalam memproses input faktor produksi menjadi suatu output yang dikehendaki. Dari kegiatan yang
dilakukan produsen tersebut dapat dibangun sebuah fungsi produksi, yaitu sebuah model yang menggambarkan bagaimana hubungan antara input yang digunakan
produsen dengan output yang dihasilkan berdasarkan pengetahuan teknis yang dimiliki produsen Jones, 2004.
Sebuah fungsi produksi menghubungkan input dengan output. Sukirno 2005 mengemukakan bahwa fungsi produksi memperlihatkan kemungkinan
output maksimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu atau sebaliknya, kuantitas input minimum yang diperlukan untuk memproduksi suatu
14
tingkat output tertentu. Bentuk umum persamaan matematik dari fungsi produksi adalah:
Y = f X = f K,L,M, ... 2.1
Y : output produksi X : faktor produksi modal K, tenaga kerja L, bahan baku M, dan lain-lain
Salah satu fungsi produksi yang banyak digunakan dalam penelitian adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas diperkenalkan
pada tahun 1928 oleh C.W. Cobb dan P.H. Douglas dalam tulisannya yang berjudul “A Theory of Production” yang dimuat dalam American Economic
Review. Secara umum fungsi Cobb-Douglas menggambarkan tingkat produksi atau penciptaan nilai tambah Y yang diakibatkan oleh pengaruh dua faktor
produksi, yaitu input modal X
1
dan input tenaga kerja X
2
. Bentuk dasar
persamaan fungsi Cobb-Douglas adalah:
訓 = 係薫
層
, 薫
匝
= 苅 薫
層 糎
層
薫
匝 糎
匝
2.2
Parameter yang merupakan ukuran kemajuan teknologi yang melekat
pada semua faktor produksi. Untuk kasus dengan berbagai input produksi, persamaan fungsi Cobb-Douglas dapat ditulis menjadi:
訓 = 係薫
層
, 薫
匝
, …, , 薫
契
= 苅 薫
層 糎
層
薫
匝 糎
匝
… 薫
契 糎
契
2.3
Beberapa kelebihan atau kemudahan dari fungsi Cobb Douglas adalah sebagai berikut:
1. Penyelesaian fungsi lebih sederhana dan tidak rumit karena bisa ditransformasikan atau diubah dalam bentuk fungsi linier fungsi logaritma
natural, sehingga memudahkan dalam proses analisis.
15
2. Nilai koefisien regresi yang dihasilkan menunjukkan besarnya nilai elastisitas produksi dari setiap faktor produksi, sehingga fungsi produksi ini dapat
secara langsung digunakan untuk mengetahui tingkat produksi optimum berdasarkan pemakaian faktor produksi.
3. Penjumlahan nilai elastisitas dari setiap faktor produksi menunjukkan skala hasil usaha return to scale.
Berdasarkan persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas, terdapat tiga situasi yang mungkin dalam tingkat pengembalian terhadap skala:
1. Jika kenaikan yang proporsional dalam semua input sama dengan kenaikan yang proporsional dalam output
p = 1, maka fungsi produksi tersebut memiliki tingkat pengembalian terhadap skala yang konstan.
2. Jika kenaikan yang proporsional dalam output kemungkinan lebih besar daripada kenaikan dalam input
p 1, maka fungsi produksi tersebut memiliki tingkat pengembalian terhadap skala yang meningkat.
3. Jika kenaikan output lebih kecil dari proporsi kenaikan input p 1, maka fungsi produksi tersebut memiliki tingkat pengembalian terhadap skala yang
menurun.
2.1.3. Hukum Perluasan Produksi
Perluasan produksi dalam jangka panjang dapat dilakukan dengan menambah semua faktor produksi secara bersama-sama. Menurut Tasman 2006,
dengan asumsi tingkat teknologi yang konstan, maka akan berlaku hukum perluasan produksi sebagai berikut:
16
a. Skala hasil meningkat increasing returns to scale, artinya adalah perluasan produksi yang dilakukan menghasilkan output produksi yang proporsinya
lebih besar daripada penambahan faktor-faktor produksi. Jika input modal atau tenaga kerja ditambah secara proposional sebesar k, maka akan
menyebabkan peningkatan output produksi yang lebih besar dari k atau 血倦隙
怠
, 倦隙
態
倦血隙
怠
, 隙
態
dengan nilai k1. Dalam kondisi ini perluasan produksi masih bisa terus dilakukan karena kondisi perusahaan masih dalam
skala hasil usaha yang meningkat. b. Skala hasil tetap constant returns to scale, artinya adalah perluasan produksi
yang dilakukan menghasilkan output produksi yang proporsinya sama dengan penambahan faktor-faktor produksi. Jika input modal maupun tenaga kerja
ditambah secara proposional sebesar k akan menyebabkan peningkatan output produksi sebesar k pula atau
血倦隙
怠
, 倦隙
態
= 倦血隙
怠
, 隙
態
. Dalam kondisi ini, perluasan produksi yang dilakukan tidak akan meningkatkan pertambahan
jumlah output. c. Skala hasil menurun decreasing returns to scale, artinya adalah perluasan
produksi yang dilakukan menghasilkan output produksi yang proporsinya lebih kecil daripada penambahan faktor-faktor produksi. Penambahan input
modal atau tenaga kerja secara proporsional sebesar k, akan menyebabkan peningkatan output produksi yang lebih kecil dari k atau
血倦隙
怠
, 倦隙
態
倦血隙
怠
, 隙
態
. Dalam kondisi ini sudah tidak mungkin dilakukan perluasan produksi karena kondisi perusahaan berada dalam skala hasil usaha yang
menurun.
17
2.1.4. Elastisitas Produksi dan Efisiensi
Dari persamaan umum fungsi produksi fungsi produksi Y= fX =
fK,L,M, ..., Y melambangkan total produksi dari kombinasi faktor-faktor produksi X TP
x
. Dengan mengasumsikan ketika satu variabel berubah maka variabel lainnya dianggap konstan atau tetap ceteris paribus, tambahan produksi
yang diperoleh akibat penggunaan tambahan satu unit faktor produksi X dikenal dengan istilah produk marginal X MP
x
. Sedangkan rata-rata produk yang dihasilkan per unit faktor produksi X yang digunakan dikenal dengan istilah
produksi rata-rata X AP
x
Nicholson, 1995. Secara matematis, produk marginal X dirumuskan sebagai berikut:
MP
X
=
Tambahan Output Y Tambahan Input X
=
hY hX
=f X
2.4
Secara matematis produk rata-rata X dirumuskan sebagai berikut: 寓隈
薫
=
桑形憩軍珪 熊掲憩径掲憩 訓 桑形憩軍珪 掘契径掲憩 薫
=
訓 薫
2.5
Perubahan jumlah output produksi yang disebabkan oleh perubahan penggunaan faktor produksi atau input dapat dinyatakan dengan elastisitas
produksi 綱
超,諜
. Elastisitas produksi dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
資
桟,散
=
示桟 示散 エ
桟 散 エ
=
示桟.散 示散.桟
=
捌皿
散
冊皿
散
2.6
Bentuk kurva TP
x
Total Produksi, kurva MP
x
Produk Marjinal dan kurva AP
x
Produk Rata-rata, dimana X menyatakan salah satu faktor produksi dengan asumsi faktor produksi lain ceteris paribus adalah seperti seperti pada
gambar berikut:
18
Sumber: Nicholson 1995
Gambar 2.1. Kurva TP
x
Total Produksi, kurva MP
x
Produk Marjinal dan kurva AP
x
Produk Rata-rata
Hubungan antara kurva TP
X
dan MP
X
seperti pada gambar 2.1 adalah MP
X
akan bernilai nol pada saat TP
X
berada pada titik maksimum. Ketika kurva TP
X
mulai menurun setelah melalui titik maksimum, maka MP
X
akan bernilai negatif. Pada saat kurva TP
X
mengalami kenaikan, maka kurva MP
X
mengalami penurunan. Pada saat nilai MP
X
positif, maka kurva TP
X
tidak akan mengalami penurunan. Kesimpulannya adalah penambahan input pada saat slope TP
X
negatif nilai MP
X
0 tidak akan meningkatkan jumlah output. Sedangkan hubungan kurva MP
X
dan AP
X
seperti dalam Gambar 2.1 adalah AP
X
akan mencapai titik maksimal ketika nilai AP
X
sama dengan nilai MP
X
, artinya nilai elastisitas produksinya sama dengan satu 資
桟,散
= 1. Ketika nilai MP
X
nilai AP
X
, maka kurva AP
X
akan memiliki slope negatif, sehingga nilai elastisitas produksinya kurang dari satu
資
桟,散
1 atau 0
資
桟,散
1. Pada saat
TP
X
MP
X
AP
X
Input Faktor Produksi Jumlah per
periode Y
X X
X Daerah I
Daerah II Daerah III
19
nilai MP
X
nilai AP
X
, maka kurva AP
X
akan memiliki slope positif, sehingga nilai elastisitas produksi lebih dari satu
綱
超,諜
1. Berdasarkan nilai elastisitas produksinya, hubungan antara ketiga kurva
tersebut menghasikan tiga daerah produksi. Daerah I, yakni pada saat nilai MP lebih besar dari nilai AP sehingga nilai elastisitasnya lebih besar dari satu
資
桟,散
1. Daerah ini merupakan daerah yang tidak rasional Irrational Region bagi perusahaan untuk berhenti berproduksi karena belum mencapai keuntungan
maksimum. Perusahaan masih bisa meningkatkan output produksi dengan menambahkan input lebih banyak lagi sehingga keuntungan maksimum bisa
tercapai Nicholson,1995. Daerah II terjadi pada saat kurva MP
X
dan kurva AP
X
menurun atau mempunyai slope negatif, sehinga nilai elastisitas berkisar antara nol sampai
dengan satu 0 綱
超,諜
1. Daerah II merupakan daerah yang rasional bagi perusahaan untuk terus berproduksi atau menggunakan faktor produksi secara
optimal. Pada daerah ini terjadi hukum pengembalian yang semakin berkurang the law of diminishing returns yakni penurunan jumlah pertambahan output
akibat peningkatan jumlah input yang digunakan atau nilai ∆Y yang semakin
kecil. Daerah III juga merupakan daerah yang tidak rasional bagi perusahaan
untuk berproduksi karena penambahan input justru akan menurunkan jumlah output yang dihasilkan. Daerah III terjadi pada saat MP
X
bernilai negatif dan nilai AP
X
menurun atau pada saat nilai elastisitasnya kurang dari nol 綱
超,諜
0.
20
Jaya 1993 menyatakan bahwa secara sederhana pengertian efisiensi adalah menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan sejumlah output tertentu.
Efisiensi dapat dilihat dari segi kuantitas fisik teknik maupun nilai harga. Efisiensi ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi harga.
Artinya efisiensi ekonomi akan tercapai jika efiensi teknik dan harga tercapai Yotopoulos dalam Juwandi, 2003
Yotopoulos dalam Juwandi 2003, mengemukakan bahwa efisiensi ekonomi akan tercapai jika terpenuhi dua kondisi:
1. Necessary condition atau syarat perlu yang berkaitan dengan efisiensi teknik. Untuk mencapai efisiensi teknik, hubungan fisik antara input dan output
ditunjukkan dengan elastisitas produksi antara 0 dengan 1. Dengan kata lain efisiensi teknik tercapai jika proses produksi berada dalam daerah produksi II.
2. Sufficient condition atau syarat cukup yang berkaitan dengan tujuan mencapai keuntungan maksimum. Keuntungan maksimum tercapai dengan syarat nilai
produk marginal sama dengan biaya marginal.
2.1.5. Analisis Regresi
Analisis regresi linier berganda adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara berbagai variabel, yaitu satu
variabel tidak bebas dependent variable dengan beberapa variabel bebas yang menjelaskan independent variables. Bentuk matematis model regresi linier
berganda dengan k variabel, yang terdiri dari satu variabel tidak bebas Y dan k-1 variabel bebas X
1
, X
2
,….., X
k-1
serta jumlah pengamatan observasi sebanyak i i=1,2,3,...,n dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut Gujarati, 2004:
21
訓
兄
= 糎
宋
+ 糎
層
薫
層兄
+ 糎
匝
薫
匝兄
+ 橋 + 糎
圭貸層
薫
圭貸層兄
+ 鍬
兄
2.7
Ada empat asumsi yang harus dipenuhi untuk membentuk sebuah model persamaan regresi linier berganda, yaitu:
1. Asumsi Normalitas atau
, ~
2
N
i
Maksudnya adalah setiap sisaan
i, i=1,2,3,..,n
distribusikan secara normal dengan rata-rata nol dan varians sama dengan
2
. 2. Asumsi Autokorelasi
Autokorelasi mengandung arti ada korelasi atau hubungan yang berurutan antara sisaan dari suatu observasi dengan sisaan observasi yang lain. Jika
tidak ada hubungan yang berurutan antarsisaan dikatakan tidak ada autokorelasi.
3. Asumsi Heteroskedastisitas Secara teknis homoskedastisitas atau penyebaran sama adalah asumsi yang
menyatakan bahwa sisaan dari observasi memiliki varians yang sama. Maksudnya adalah varian dari kesalahan pengganggu merupakan suatu
konstanta positif yang sama dengan
2
. Jika 懸欠堅航
沈
| 隙
沈
塙 購
態
maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas antar sisaan dalam model.
4. Asumsi Multikolinearitas Artinya adalah tidak terdapat hubungan linier yang pasti antara variabel-
variabel bebas yang menjelaskan. Nilai koefisien dari persamaan regresi
i
dapat diketahui menggunakan metode kuadrat terkecil. Metode kuadrat terkecil akan menghasilkan estimator
yang mempunyai sifat linier, tidak bias dan mempunyai varian yang minimum
22
atau biasa disebut Best Linier Unbiased Estimator BLUE jika memenuhi keempat asumsi tersebut.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik faktor produksi tanaman kedelai. Selain perbedaan lokasi dan periode waktu penelitian,
perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya adalah terkait variabel penggunaan pupuk yang dalam penelitian ini dipecah menjadi tiga
variabel yaitu urea, TSPSP36, dan KCl. Okabe, et al. 1984, dalam studinya mengenai sosial ekonomi sistem
komoditas kedelai di Indonesia di Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Lampung menunjukkan bahwa tingkat pemakaian benih beragam, dan sering lebih
tinggi daripada yang dianjurkan. Pemakaian benih yang banyak itu disebabkan oleh usaha petani untuk mengimbangi daya perkecambahan yang sering rendah
dan pertumbuhan tanaman yang lambat. Fungsi-fungsi produksi menunjukkan bahwa tidak ada perbaikan yang akan diperoleh melalui peningkatan pemakaian
pupuk. Pemakaian pupuk tampaknya telah melampaui tingkat yang wajar. Pestisida merupakan masukan yang dapat berdampak nyata pada produktivitas
kedelai. Akan tetapi pengalaman membuktikan, pemakaian yang sembarangan dapat menurunkan produksi. Para petani tampaknya kurangbelum tahu tentang
hama-hama penting dan cara pengendaliannya. Al-Mudatsir 2009 melakukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi
respon penawaran kacang kedelai di Indonesia. Dalam penelitiannya respon penawaran kacang kedelai diduga secara tidak langsung melalui persamaan respon
23
areal dan respon produktivitas. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui faktor-faktor yang memengaruhi luas areal panen yaitu harga kacang kedelai,
harga jagung, harga kacang tanah, luas areal teririgasi, dan luas areal panen tahun sebelumnya. Faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas yaitu harga pupuk,
upah buruh dan produktivitas tahun sebelumnya. Irdhoni 2010 melakukan analisis keunggulan kompetitif usaha tani
kedelai. Penelitiannya difokuskan di Desa Wonokalang, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Berdasarkan hasil penelitiannya, faktor
produksi yang mempengaruhi produksi kedelai yaitu luas lahan, benih, pupuk kimia, pupuk organik, insektisida dan tenaga kerja semuanya berpengaruh positif.
Usaha tani kedelai di Desa Wonokalang, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo mempunyai keunggulan kompetitif dengan nilai koefisien 0,584.
Penelitian Khai dan Yabe 2011 tentang pengukuran efisiensi teknis pada produksi padi di Vietnam dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas
menunjukkan bahwa benih, pestisida, pupuk, mesin pertanian, buruh tani, pekerja keluarga, luas lahan, perlengkapan kerja, dan pengeluaran lainnya memberikan
pengaruh terhadap produksi padi dengan efisiensi teknis 81,6 persen. Selanjutnya dengan fungsi Tobin diketahui bahwa faktor-faktor penting yang mempengaruhi
efisiensi teknis adalah intensitas tenaga kerja, pengairan, dan pendidikan petani. Matakena, Syam’un, dan Ghany 2011, melakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi dan kemitraan terhadap produksi usaha tani kedelai di Distrik Makimi Kabupaten Nabire. Dalam
studi ini digunakan bantuan fungsi produksi Cobb-Douglas dan NPM. Hasil
24
penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan simultan variabel yang diamati berpengaruh nyata terhadap produksi, namun secara parsial lahan, tenaga
kerja dan pupuk berpengaruh nyata, sedangkan benih, pestisida dan kemitraan tidak berpengaruh terhadap produksi usaha tani kedelai.
2.3. Kerangka Pemikiran