Pupuk Gambaran Umum Usaha Tani Kedelai

41 Sebanyak 53,96 persen rumah tangga masih menggunakan benih yang tidak bersertifikat, dan 46,04 persen sisanya menggunakan benih bersertifikat. Rata-rata jumlah benih yang digunakan ialah sebanyak 57,88 kghektar. Penggunaan benih paling rendah sebanyak 5 kghektar dan tertinggi ialah 160 kghektar. Dari segi angka rata-rata jumlah benih yang digunakan, penggunaan benih dalam usaha tani kedelai di Pulau Jawa sudah cukup baik karena telah berada dalam kisaran angka yang ideal yaitu 50-75 kghektar. Gambar 4.4 menunjukkan bahwa lebih dari separuh 50,83 petani kedelai di Pulau Jawa menggunakan benih dalam jumlah yang tepat. Gambar 4.4. Persentase petani kedelai di Pulau Jawa menurut jumlah benih yang digunakan

4.2.3. Pupuk

Rata-rata jumlah pupuk urea yang digunakan ialah sebanyak 163,34 kghektar. Penggunaan pupuk urea bervariasi mulai dari yang tidak menggunakan sampai yang tertinggi sebesar 601,23 kghektar. Berdasarkan angka rata-rata 50 100 Persentase Petani Kedelai Menurut Jumlah Benih yang Digunakan 25 kgha 4,55 25-49,99 kgha 25,51 50-75 kgha 50,83 75,01-100 kgha 18,32 100 kgha 0,79 42 penggunaan pupuk urea ini sebenarnya penggunaan pupuk urea oleh petani telah melebihi dosis yang ideal yaitu 50-75 kghektar. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa lebih dari setengah 71,22 petani kedelai menggunakan pupuk urea dengan dosis lebih dari 75 kghektar, dan hanya 9,54 persen yang menggunakannya pada dosis 50-75 kghektar. Namun di luar dua kelompok besar itu juga ternyata masih ada 11,41 persen petani yang tidak menggunakan pupuk urea. Gambar 4.5. Persentase petani kedelai di Pulau Jawa menurut jumlah pupuk urea yang digunakan Rata-rata jumlah pupuk TSPSP36 yang digunakan ialah sebanyak 78,79 kghektar. Penggunaan pupuk TSPSP36 bervariasi mulai dari yang tidak menggunakan sampai yang tertinggi sebesar 300 kghektar. Tidak seperti penggunaan pupuk urea, rata-rata penggunaan pupuk TSPSP36 pada tanaman kedelai telah cukup baik. Rata-rata penggunaan pupuk TSPSP36 oleh petani di Pulau Jawa telah berada pada kisaran dosis yang tepat yaitu 50–100 kghektar. 50 100 Persentase Petani Kedelai Menurut Jumlah Pupuk Urea yang Digunakan Tidak menggunakan 11,41 50 kgha 7,83 50-75 kgha 9,54 75,01-100 kgha 12,21 100 kgha 59,01 43 Walaupun angka rata-rata penggunaan pupuk TSPSP36 telah berada pada kisaran dosis yang tepat, tetapi berdasarkan data pada Gambar 4.6 ternyata sebenarnya petani yang menggunakan pupuk TSPSP36 pada dosis yang tepat hanya sebanyak 17,53 persen. Kelompok yang paling besar ialah kelompok petani kedelai yang tidak menggunakan pupuk TSPSP36 37,58. Jika persentase petani yang tidak menggunakan pupuk TSPSP36 ini dijumlahkan dengan 9,08 persen petani yang menggunakan pupuk TSPSP36 dalam dosis kurang dari 50 kghektar, maka akan didapat sekitar 46,66 persen petani kedelai yang menggunakan pupuk TSPSP36 kurang dari dosis yang seharusnya digunakan. Gambar 4.6. Persentase petani kedelai di Pulau Jawa menurut jumlah pupuk TSPSP36 yang digunakan Rata-rata jumlah pupuk KCl yang digunakan ialah sebanyak 4,70 kghektar. Penggunaan pupuk KCl bervariasi mulai dari yang tidak menggunakan sampai yang tertinggi sebesar 300 kghektar. 50 100 Persentase Petani Kedelai Menurut Jumlah Pupuk TSPSP36 yang Digunakan Tidak menggunakan 37,58 50 kgha 9,08 50-100 kgha 17,53 100,01-150 kgha 14,43 150 kgha 21,38 44 Gambar 4.7. Persentase petani kedelai di Pulau Jawa menurut jumlah pupuk KCl yang digunakan Berbeda dengan tingkat penggunaan pupuk urea dan TSPSP36, rata-rata penggunaan pupuk KCl oleh petani di Pulau Jawa sangat rendah. Dapat dilihat pada Gambar 4.7, sebagian besar petani tidak menggunakan pupuk KCl dalam usahanya. Hal ini mengakibatkan angka penggunaan KCl masih berada di bawah dosis yang dianjurkan 50–100 kghektar.

4.2.4. Pestisida