Mortalitas dan Laju Eksploitasi

waktu, dan t adalah umur teoritis pada saat panjang yang sama dengan nol. Untuk t sama dengan t+1, maka persamaannya akan menjadi : L t+1 = L∞[1-e -Kt-t ] 3 Sehingga, L t+1 - L t = L∞ e -Kt-t [ 1-e -K ] 4 Dengan asumsi mensubstitusikan persaman 2 dan 4, maka diperoleh : L t+1 – L t = [ L∞ - L t ] [ 1-e -K ] 5 atau, L t+1 = L∞ [ 1-e -K ] + L t e -K 6 L t dan L t+1 merupakan panjang ikan pada saat t dan saat t+1 yang merupakan panjang ikan yang dipisahkan oleh interval waktu yang konstant 1=tahun, bulan, atau minggu Paully 1984. Persamaan 6 dapat diduga dengan persamaan regresi linear y = b + b 1 x, jika L t sebagai absis x diplotkan terhadap L t+1 sebagai ordinat y sehingga membentuk suatu kemiringan slope sama dengan e -K dan titik potong dengan absis sama dengan L∞[ 1-e -K ]. Dengan demikian, nilai K dan L∞ diperoleh dengan cara berikut : K = -ln b dan L∞ = 1 b a 

3.4.5. Mortalitas dan Laju Eksploitasi

Laju mortalitas total Z diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan berdasarkan data komposisi panjang Sparre dan Venema 1999 menggunakan langkah-langkah sebagai berikut. Langkah 1 : mengkonversikan data panjang ke data umur dengan menggunakan inverse persamaan von Bertalanffy.           L L Ln K t L t 1 1 Langkah 2 : menghitung waktu rata-rata yang diperlukan oleh ikan untuk tumbuh dari panjang L 1 ke L 2 t               2 1 1 2 1 L L L L Ln K L t L t t Langkah 3 : menghitung t+ t2 yang diasumsikan sama dengan tL 1 +∆t2 sama dengan                   L L L Ln K t L L t 2 1 1 2 2 1 2 1 Langkah 4 : menurunkan kurva hasil tangkapan C yang dilinearkan yang dikonversikan ke panjang 2 , 2 1 2 1 2 1 L L t Z c L L t L L c Ln     Persamaan di atas adalah bentuk persamaan linear dengan kemiringan b = -Z. Untuk laju mortalitas alami M diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly 1980 in Sparre dan Venema 1999 sebagai berikut : Ln M = - 0,0152- 0,279Ln L∞ + 0,6543Ln K + 0,463Ln T 463 , 6543 , 279 , 0152 , exp LnT LnK LnL M       L ∞ adalah panjang asimsotik pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy, K adalah koefisien pertumbuhan pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy, dan T adalah rata-rata suhu permukaan air C. Laju mortalitas penangkapan F ditentukan dengan : F = Z – M Laju eksploitasi ditentukan dengan membandingkan mortalitas penangkapan F terhadap mortaliatas total Z Pauly 1984 : Z F M F F E    Laju mortalitas penangkapan F atau laju eksploitasi optimum menurut Gulland 1971 in Pauly 1984 adalah: M F optimum  sehingga 5 ,  optimum E

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Perairan Teluk Banten

Teluk Banten terletak di sebelah utara Banten pada koordinat 106 o 5’50”- 106 o 16’15” Bujur Timur BT dan 5 o 55’25”-6 o 02’25” Lintang Selatan. Teluk Banten memiliki luas 120m 2 dan kedalaman kurang lebih 25 meter. Dasar perairan Teluk Banten terdiri dari lumpur bercampur pasir dengan pantai yang landai. Teluk Banten adalah perairan yang sangat penting dalam ekologis. Perairan ini secara ekologis menjadi penting karena menopang kehidupan biota di laut. Menurut hasil penelitian Zaenab 2001 kondisi perairan di Teluk Banten memiliki nilai kandungan logam berat Hg merkuri berkisar antara 0.00020- 0.050 mgL, sedangkan nilai Cd kadmium sebesar 0.003-0.061 mgL. Secara umum kondisi perairan teluk Banten berada dalam kondisi ekosistem yang cukup stabil. Pada perairan teluk Banten memang belum bisa dikatakan termasuk perairan yang tercemar, tetapi seiring dengan waktu, bahan pencemar lainnya juga ikut meningkat seiring dengan meningkatnya kegiatan industri yang terdapat di sekitar Teluk Banten, baik dari industri penambangan batu, PLTU, industri pengeboran minyak lepas pantai dan lain lain. Secara ekonomis perairan ini merupakan tempat kehidupan ribuan manusia, mulai dari nelayan, pelaku bisnis, hingga masyarakat umum lainnya. Kegiatan perikanan di Karangantu, khususnya perikanan tangkap memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dengan kegiatan pelabuhan niaga atau umum. Hal ini didukung dengan potensi perikanan di perairan teluk Banten yang kaya dengan sumberdaya laut terutama ikan pelagis kecil. Teluk Banten dilindungi oleh pulau pulau kecil di mulut teluk, sehingga memungkinkan para nelayan yang menggunakan perahu kecil dapat melakukan kegiatan penangkapan sepanjang tahun. tetapi dalam beberapa tahun ini telah terjadi peningkatan hasil penangkapan baik ikan dan juga jenis jenis crustacea, hal ini bisa dilihat dari menurunnya hasil tangkapan dan ukuran hasil tangkapan yang mulai menurun setiap tahunnya, dan juga bertambahnya armada penangkapan ikan setiap tahunnya.