Nisbah Kelamin Distribusi Frekuensi Lebar Karapas

menyamping. Rajungan jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan capit yang lebih panjang dibandingkan rajungan betina.

2.2. Alat Tangkap Rajungan

Untuk melakukan penangkapan rajungan di perairan Teluk Banten, ada dua alat tangkap yang digunakan, yaitu jaring rajungan dan bubu. Jaring rajungan sendiri merupakan modifikasi dari jaring insang yang dirubah ukuran mesh size- nya. Selain itu juga dilakukan modifikasi pada lebar jaring, apabila pada jaring insang biasanya lebar jaring lebih pendek dibandingkan panjangnya, maka pada jaring rajungan lebar jaring diperpanjang dengan tujuan mendapatkan mesh depth yang lebih banyak, dikarenakan rajungan memiliki habitat hidup di sekitar dasar perairan. Selain jaring rajungan, alat tangkap lain yang digunakan adalah bubu. Bubu adalah alat tangkap yang umum dikenal di kalangan nelayan yang berupa jebakan, dan bersifat pasif. Bubu biasa disebut perangkap “traps” dan penghadang “guiding barriers”. Gambar 3. Alat tangkap yang digunakan dalam operasi penangkapan rajungan yang didaratkan di PPN Karangantu, Teluk Banten

2.3. Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin merupakan perbandingan jumlah rajungan jantan dengan rajungan betina dalam suatu populasi. Perbedaan jenis kelamin dapat ditentukan melalui perbedaan morfologi tubuh atau perbedaan warna tubuh. Menurut Bal Rao 1984 in Tampubolon 2008, kondisi nisbah kelamin yang ideal yaitu memiliki ratio 1:1. Kondisi nisbah kelamin penting diketahui karena berpengaruh terhadap kestabilan suatu populasi. Perbandingan 1:1 ini sering menyimpang, antara lain disebabkan oleh perbedaan pola tingkah laku rajungan jantan dan betina, dan laju pertumbuhannya Nasabah 1996 in Ismail 2006. Menurut Effendie 2002, perbandingan ratio di alam tidaklah mutlak. Hal ini dipengaruhi oleh adanya pola distribusi yang disebabkan oleh ketersediaan makanan, kepadatan populasi, dan keseimbangan rantai makanan. Keseimbangan nisbah kelamin dapat berubah menjelang pemijahan.

2.4. Distribusi Frekuensi Lebar Karapas

Semua metode pendugaan stok pada intinya memerlukan masukan data komposisi umur. Beberapa metode numerik telah dikembangkan yang memungkinkan dilakukannya konversi atas data frekuensi panjang dalam komposisi umur. Analisis data frekuensi panjang bertujuan untuk menentukan umur terhadap kelompok-kelompok panjang tertentu. Analisis tersebut bermanfaat dalam pemisahan suatu distribusi frekuensi panjang yang kompleks kedalam sejumlah umur Sparre Venema 1999. Iversen 1996 in Sharif 2009 menyebutkan bahwa terdapat faktor pembatas dalam analisis frekuensi panjang yaitu penentuan umur mempersyaratkan banyak contoh dengan selang waktu yang lebar dan umur pada saat pertama kali tertangkap seharusnya diketahui untuk menditeksi kelompok umur pertama. Menurut Lagler 1997 in Sparre Venema 1999, perbedaan ukuran antar jenis kelamin kemungkinan disebabkan oleh adanya faktor genetik. Analisis frekuensi panjang memiliki kegunaan untuk menentukan umur dan membandingkan pada metode lain yang menggunakan struktur lebih rumit Pauly 1984.

2.5. Pertumbuhan