kedua untuk adalah bahwa mereka memindahkan fasilitas dikarenakan kerentanan material dari obyek vandalisme tersebut tidak menunjang sikap mereka untuk
melakukan aksi vandalisme ini. Hal ini dapat dijelaskan karena materi yang digunakan pada setting ini memiliki sifat material fasilitas yang kokoh dan tahan
lama, sehingga menunjang ikut menunjang pencegahan terhadap aktivitas vandalisme memindahkan fasilitas. Kesesuaian material yang dipilih dalam penggunaan fasilitas
umum menyebabkan ditemukannya lebih sedikit kerusakan pada fasilitas tersebut Mayhew et al. 1979.
5.4.2 Hubungan Setting Lawn dengan Aktivitas Vandalisme
Keseluruhan aktivitas yang diamati dalam penelitian ini dapat ditemukan pada setting
ini. Aktivitas yang dapat ditemui adalah aktivitas 1 menulis atau menggambar pada fasilitas, aktivitas 2 memindahkan fasilitas, aktivitas 3 mengambil atau
mematahkan bagian dari tanaman, dan aktivitas 4 membuang sampah tidak pada tempatnya. Hal ini dapat menggambarkan bahwa setting ini memiliki jumlah
vandalisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan setting taman sakura.
Gambar 17. Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn
Aktivitas vandalisme tipe 1 menulis atau menggambar pada fasilitas atau tanaman memiliki nilai tengah yang bernilai 0 nol aktivitas vandalisme dengan dua
frekuensi nilai ekstrim yang masing-masing bernilai satu aktivitas vandalisme. Nilai ekstrim ini merupakan aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas
bangku taman dan tempat sampah. Dalam penelitian ini, aktivitas vandalisme 2 merupakan aktivitas vandalisme yang hanya ditemukan pada setting lawn. Aksi
vandalisme ini hanya terlihat dalam empat kali ulangan yang masing-masing ulangan terdapat satu aktivitas memindahkan fasilitas yang berada pada setting ini, hal ini
menyebabkan pemusatan data berada pada nilai perilaku vandalisme sebesar 0 nol aktivitas vandalisme hingga satu aktvitas vandalisme.
Pemusatan data yang terlihat dalam boxplot aktivitas vandalisme 3 tidak simetris karena terdapat pemusatan data yang lebih besar pada nilai-nilai kecil
dengan nilai tengah data yang bernilai tiga aktivitas vandalisme. Aktivitas vandalisme 3 memiliki pemusatan data antara data yang bernilai satu aktivitas vandalisme hingga
empat aktivitas vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman. Aktivitas vandalisme 4 memiliki penyebaran data kearah data yang bernilai besar
dengan pemusatan data pada besaran jumlah perlaku vandalisme antara enam hingga 16 pelaku vandalisme tiap ulangan.
Tabel 9. Sikap Pelaku Vandalisme pada Setting Lawn Tipe
Vandalisme Faktor Lingkungan
Sangat Menunjang
Cukup Menunjang
Tidak Menunjang
Aktivitas 1 a. Berada pada lokasi yang sepi
30 20
50 b. Keberadaan grafiti yang
sebelumnya 20
50 30
Aktivitas 2 a. Struktur fasilitas yang tidak permanen
50 30
20
b. Material fasilitas yang rentan
30 20
50 Aktivitas 3 a. Dalam jangkauan tangan
20 70
10 b. Keindahankeunikan
bagian dari tanaman 40
30 30
Aktivitas 4 a. Minimnya ketersediaan tempat sampah
50 40
20 b. Keberadaan sampah
sebelumnya 60
30 10
Keterangan: Aktivitas1 : Menulis atau menggambargrafiti pada fasilitas
Aktivitas 2 : Memindahkan fasilitas Aktivitas 3: Mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman
Aktivitas 4 : Membuang sampah tidak pada tempatnya
Aktivitas vandalisme 4 membuang sampah tidak pada tempatnya merupakan aktivitas yang paling banyak dilakukan dalam setting ini. Tingginya aktivitas piknik
dan social gathering yang dilakukan pada setting ini menyebabkan tingginya jumlah sampah yang dihasilkan dalam setting ini. Tingginya produksi sampah dalam setting
ini serta minimnya ketersediaan tempat sampah dan juga keberadaan sampah yang sudah dibuang sembarangan pada setting ini, mendorong pelaku vandalisme untuk
membuang sampah tidak pada tempatnya dalam setting lawn Tabel 9. Pada setting ini, sikap yang ditunjukkan oleh pelaku vandalisme membuang sampah tidak pada
tempatnya adalah kurangnya ketersediaan tempat sampah sangat menunjang pelaku vandalisme untuk membuang sampah tidak pada tempatnya. Jumlah sikap yang
ditunjukkan oleh pelaku vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya ini dapat memberikan gambaran bahwa menurut para pelaku vandalisme, setting ini tidak
memiliki jumlah tempat sampah yang dapat menampung jumlah sampah yang dihasilkan dari aktivitas pada kedua setting ini. Tingginya produksi sampah dalam
setting ini tidak ditunjang oleh ketersediaanya tempat sampah yang memadahi karena
ketersediaan tempat sampah pada setting ini hanya berjumlah 3 buah tempat sampah. Berdasarkan pada tabel diatas Tabel 9 dapat diketahui bahwa sikap terbanyak yang
dinyatakan oleh pelaku aksi vandalisme adalah bahwa keberadaan sampah yang sudah ada lebih dulu pada setting ini sangat mendorong mereka untuk melakukan aksi
vandalisme serupa pada setting ini. Tingginya aksi vandalisme tipe ini, salah satunya dipacu oleh kurangnya penanganan cepat atas keberadaan sampah. Menurut
Wiesenthal dan Stehlin 1988 bahwa suatu tindak vandalisme akan menjadi pemicu dari aksi vandalisme yang selanjutnya. Tidak seperti taman sakura, wisatawan pada
setting lawn tidak banyak menggunakan jasa penyewa alas duduk karena lawn yang
berada pada setting ini cukup kering sehingga para pengunjung dapat duduk dengan nyaman dibawah tanpa menggunakan alas duduk. Hal ini menyebabkan dampak tidak
langsung bagi jumlah sampah di setting ini. Dengan sedikitnya jumlah pengguna jasa penyewa alas duduk maka akan penanganan sampah pada setting ini hanya
bergantung pada penanganan dari pihak pengelola kawasan saja. Aktivitas vandalisme 3 dalam penelitian ini adalah aksi vandalisme
mengambil atau mematahkan bagian tanaman. Aktivitas vandalisme ini merupakan aktivitas terbanyak kedua pada setting lawn setelah aktivitas vandalisme membuang
sampah sembarangan. Tanaman yang menjadi obyek dari aksi vandalisme ini adalah tanaman sakura Prunus sp., ki perak Rhaphiolepis championi, dan lantana
Lantana camara. Faktor lingkungan yang mendorong para pelaku vandalisme untuk melakukan aktivitas vandalisme mengambil atau mematahkan bagian dari tanaman
pada setting ini adalah ada beberapa tanaman dalam setting ini yang berada dalam jangkauan tangan Tabel 9. Sikap terbanyak yang dinyatakan oleh pelaku aksi
vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman bahwa penempatan tanaman pada setting ini cukup mempengaruhi mereka dalam melakukan aksi
vandalisme. Dalam pengamatan lapang diketahui bahwa terdapat tanaman yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini merupakan tanaman yang berada dalam
jangkauan tangan manusia. Jumlah tanaman yang tidak banyak dan penempatan tanaman yang tidak padat serta berada pada perbatasan setting menyebabkan
tersedianya ruang yang cukup bagi wisatawan untuk beraktifitas sehingga dapat
meminimalkan interaksi antara manusia dengan tanaman. Meskipun dalam penempatan tanaman pada setting ini memungkinkan untuk memberi ruang
beraktifitas yang cukup bagi wisatawan namun tingginya kunjungan wisatwan pada setting
ini menyebabkan terjadinya aksi vandalisme tipe ini memiliki jumlah yang tidak jauh berbeda dengan aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari
tanaman pada setting lawn. Berdasarkan pada tabel diatas Tabel 9, sikap yang dikemukakan oleh pelaku vandalisme mengenai faktor lingkungan yang kedua adalah
bahwa bagian yang menarik dari suatu tanaman sangat mendorong mereka untuk melakukan tindak vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman
tersebut. Pernyataan sikap yang ditunjukkan oleh pelaku vandalisme pada setting ini didukung oleh kenyataan dilapang dimana yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme
ini adalah ranting, daun, dan bunga. Bunga yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini merupakan bunga yang memiliki warna yang mencolok sehingga
menimbulkan keinginan bagi pelaku vandalisme untuk memiliki bunga tersebut. Aktivitas vandalisme tertinggi ketiga yang dilakukan dalam setting ini adalah
aktivitas vandalisme 2, yaitu memindahkan fasilitas. Faktor lingkungan yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas vandalisme memindahkan fasilitas
yang dilakukan pada setting ini adalah struktur dari beberapa fasilitas yang berada di setting lawn
kurang kokoh sehingga mudah untuk dipindahkan Tabel 9. Pada setting lawn
, aksi vandalisme memindahkan fasilitas dilakukan terhadap dua obyek, yaitu besi tempat berjualan dan papan nama tanaman, dimana besi tempat berjualan
merupakan obyek yang paling sering dikenakan tindakan vandalisme memindahkan fasilitas. Tingginya tingkat vandalisme pada fasilitas taman terkait dengan kerentanan
fasilitas yang berasal dari pemilihan konstruksi fasilitas tersebut Chalingger 1992, diacu dalam Clarke 1997. Pernyataan tersebut mendukung sikap yang ditunjukkan
oleh pelaku vandalisme ini dimana obyek yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini merupakan fasilitas yang memiliki struktur tidak permanen sehingga aksi
vandalisme ini dapat terjadi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 9. dimana sikap yang dinyatakan oleh para pelaku vandalisme pada setting lawn adalah bahwa
fasilitas dengan struktur tidak permanen pada setting ini sangat mendukung mereka
untuk melakukan aksi vandalisme. Meskipun secara umum fasilitas yang terdapat pada setting ini memiliki struktur fasilitas yang permanen namun terdapat dua obyek
yang tidak permanen, yaitu besi untuk berjualan dan papan nama tanaman. Besi untuk berjualan merupakan obyek vandalisme yang dominan menjadi sasaran dari aksi
vandalisme ini. Meskipun ditemukan aksi vandalisme pada fasilitas papan nama tanaman namun nilai aksi tersebut sangat kecil nilainya hanya 1 dari keseluruhan
aksi vandalisme pada setting lawn. Sikap yang dikemukakan oleh pelaku vandalisme terhadap faktor lingkungan kedua untuk aktivitas vandalisme memindahkan fasilitas
adalah bahwa mereka memindahkan fasilitas dikarenakan kerentanan material dari obyek vandalisme tersebut tidak menunjang sikap mereka untuk melakukan aksi
vandalisme ini. Hal tersebut disebabkan karena fasilitas materi yang digunakan pada setting
ini memiliki sifat material yang kokoh dan tahan lama, sehingga mengurangi peluang kerusakan yang terjadi pada fasilitas tersebut dan mengakibatkan rendahnya
aksi vandalisme pada setting ini. Penemuan ini sejalan dengan penelitian Clarke et al. 1978 yang menemukan bahwa kerentanan dari suatu obyek pengrusakan dapat
mengintroduksi berbagai perilaku yang berujung pada kehancuran dari obyek tersebut.
Aktivitas vandalisme 1 merupakan aktivitas vandalisme yang paling jarang dilakukan dalam setting ini dan seperti yang terlihat dalam boxplot dapat terlihat
bahwa kegiatan vandalisme ini tidak sering dilakukan dan hanya sesekali saja dilakukan pada setting ini. Data ini sesuai dengan kenyataan dilapang dimana hanya
sedikit ditemukan tulisan maupun gambar yang terdapat pada setting maupun fasilitas yang berada di setting lawn. Dalam penelitian ini, kondisi tersebut dipengaruhi oleh
penggunaan elemen penyusun setting dan penataan setting yang sesuai sehingga dapat meminimalkan aksi vandalisme menulis atau menggambar pada setting lawn,
antara lain penggunaan fasilitas dan tanaman yang memiliki penampang yang tidak luas dan cukup keras untuk dicoret-coret sehingga meminimalkan aktivitas
vandalisme 1. Pada Tabel 9 diketahui bahwa sikap yang dinyatakan oleh para pelaku vandalisme pada setting lawn adalah bahwa kondisi sepi pada setting ini cukup
mendukung dan tidak mendukung mereka untuk melakukan aksi vandalisme. Seperti
pada taman sakura, setting ini merupakan salah satu vantage point Kebun Raya Cibodas yang selalu ramai oleh pengunjung sehingga dapat diketahui bahwa aksi
vandalisme yang dilakukan pada setting ini tidak dipengaruhi oleh keberadaan setting yang terletak pada lokasi yang sepi. Tapak ini memiliki perancangan setting yang
terbuka sehingga tidak ditemukan lokasi terpencil yang sulit umtuk diakses. Hal ini turut mendukung minimnya aksi vandalisme 1 yang dilakukan pada setting lawn.
Tingginya jumlah kunjungan serta perancangan setting yang terbuka menyebabkan mempermudah dan meningkatkan pengawasan dari berbagai pihak. Aksi vandalisme
lebih banyak dilakukan pada lokasi dengan pengawasan yang minim karena dapat meminimalkan rasa malu yang diperoleh pelaku vandalisme apabila terkena teguran
akibat perilaku vandalisme mereka serta mengurangi kekhawatiran mereka untuk dilaporkan ke pihak yang berwenang. Sikap lainnya yang dinyatakan oleh pelaku
vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas di setting lawn bahwa keberadaan coretan terdahulu yang terdapat pada setting ini cukup mendorong
mereka untuk melakukan vandalisme menulis atau menggambar yang serupa pada obyek tersebut. Data ini merupakan gambaran bahwa pada setting lawn tidak banyak
terdapat tulisan dan gambar terdahulu yang akan memicu calon pelaku vandalisme mencoret-coret lainnya, dan dapat menjelaskan bahwa faktor ini bukan faktor utama
yang menjadi pendorong para pelaku vandalisme di setting ini untuk melakukan tindakan menulis atau menggambar pada fasilitas. Pernyataan sikap para pelaku
vandalisme ini didukung oleh kenyataan dilapang dimana tidak didapatinya banyak coretan yang ditemukan pada fasilitas di setting ini, sehingga dapat meminimalisasi
aksi vandalisme tipe 1 yang selanjutnya. Dalam pengambilan video diketahui bahwa jumlah aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas di setting Taman
Sakura dan lawn sama besarnya, padahal berdasarkan kondisi dilapang diketahui bahwa vandalisme tulisan dan atau gambaran yang berada pada fasilitas di Taman
Sakura lebih banyak dibandingkan dengan vandalisme tulisan dan atau gambaran yang berada pada fasilitas di Lawn. Perbedaan ini disebabkan oleh keterbatasan
waktu penelitian sehingga didapatkan data vandalisme yang kurang menunjang.
5.5 Implementasi Pengelolaan