Identifikasi hubungan perilaku vandalisme terhadap setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur

(1)

IDENTIFIKASI HUBUNGAN PERILAKU VANDALISME

TERHADAP SETTING PADA KEBUN RAYA CIBODAS,

KABUPATEN CIANJUR

ANNISAA ELOK PERMATASARI

A44060928

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN


(2)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

ABSTRACT

ANNISAA ELOK PERMATASARI. Identification of Relationship between Vandalism Behavior and Setting in The Botanical Garden at Cibodas, Cianjur. Under direction of ARIS MUNANDAR.

The appropriate design of setting can create the comfort and the harmony between human and its surrounding. However, if there is inexpediency of that setting design, it will give a chance for the candidate of vandalism behavior agent to do vandalism behavior. This study aims to identify relationship between vandalism behavior and location setting, and also to learn about sustainable design system so that behavior can be made out and decreased. This research done toward two settings which contained in KRC, that is collection setting (which is representated by Sakura Garden) and recreation setting (representated by lawn), setting generated the existence of vandalism action done by KRC visitors. Data was also generated by questionnaire to vandalism agents. Field observation done in ten times repetition which is in one repetition there is observation in 30 minutes toward each settings. There are four vandalism actions which observed, that are writing or drawing at facilities, moving the facilities, broking or taking a part of plants, and throwing garbage carelessly. There are only three vandalism actions which observed in Sakura Garden setting, i.e. writing or drawing at facilities, broking or taking a part of plants, and throwing garbage carelessly. While in Lawn setting, all of the vandalism actions can be observed. Recommendation for landscape managements were elaborated through form, function and organization aspects.


(3)

RINGKASAN

ANNISAA ELOK PERMATASARI. Identifikasi Perilaku Vandalisme terhadap

Setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR.

Kebun Raya adalah suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan, baik untuk tujuan penelitian maupun sebagai tempat wisata (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Di Indonesia terdapat sebanyak 17 lokasi kebun raya yang salah satunya adalah Kebun Raya Cibodas. KRC dengan beragam fungsi yang dimiliki, sudah seharusnya memiliki setting yang dapat mewadahi setiap aktivitas yang dilakukan didalamnya. Perancangan setting yang tepat akan menciptakan kenyamanan dan keselerasan antara manusia dengan lingkungannya, namun apabila dalam perancangan setting lokasi tersebut terdapat ketidaksesuaian maka akan dapat memicu timbulkan aktivitas vandalisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan antara perilaku vandalisme dengan setting lingkungan, mempelajari faktor lingkungan yang mendorong pelaku vandalisme, dan mempelajari sistem pengelolaan yang dilakukan untuk mengurangi dan mengatasi perilaku vandalisme serta kerusakan yang disebabkannya.

Penelitian yang dilaksanakan terbagi atas tiga tahapan utama. Tahap pertama adalah tahap pra survei untuk menentukan landasan penelitian. Pada tahap pra survei, penelitian pada kawasan KRC dibagi dalam dua zona yang pembagiannya didasarkan oleh penetapan zona yang telah ditentukan oleh pengelola, dimana zona tersebut adalah setting koleksi (diwakili setting taman sakura) dan setting rekreasi (diwakili

setting lawn). Tahap kedua yakni tahap survei lapang untuk mengumpulkan data (data primer dan data sekunder) serta pengecekan di lapang. Data primer diperoleh dari pengecekan lapang melalui pengamatan langsung dan perekaman aktifitas pelaku vandalisme melalui video (30 menit untuk tiap setting), kuesioner, serta wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka. Dalam penelitian ini terdapat empat aktifitas vandalisme yang diamati, yaitu: menulis atau menggambar pada bagian fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, membuang sampah tidak pada tempatnya. Terdapat sepuluh obyek dari tindakan vandalisme yang diamati pada kedua setting tersebut, yaitu gazebo, bangku taman, media informasi, jembatan, tempat sampah, besi penyanggah tanaman, dan papan nama tanaman, pohon, semak, dan ground cover. Tahap yang terakhir adalah tahap pasca survei yaitu tahap untuk mengelola dan menganalis data yang telah dikompilasi.

Setting lawn memiliki jumlah aksi vandalisme yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan setting taman sakura. Pada setting taman sakura ditemukan sebesar 114 perilaku vandalisme dan pada setting lawn ditemukan sebanyak 150 perilaku vandalisme. Jumlah kombinasi vandalisme yang dilakukan pada setting lawn

juga lebih beragam dibandingkan dengan setting taman sakura yang cenderung stabil dengan kombinasi 2 aksi vandalisme. Aksi vandalisme pada setting taman sakura


(4)

yang terlihat dalam penelitian ini adalah menulis atau menggambar pada fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya. Sedangkan aksi vandalisme yang terlihat pada setting lawn adalah menulis atau menggambar pada fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya.

Faktor yang mendorong pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas pada taman sakura adalah karena terdorong oleh adanya fasilitas yang terletak pada lokasi yang sepi dan karena sebelumnya sudah didapati adanya tulisan ataupun gambar pada fasilitas tersebut. Sedangkan faktor yang mendorong pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas pada lawn adalah karena sebelumnya sudah didapati adanya tulisan ataupun gambar pada fasilitas tersebut. Pelaku aksi vandalisme memindahkan fasilitas pada setting lawn terdorong oleh terdorong oleh struktur dari fasilitas tersebut yang tidak permanen. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari penempatan dan ukuran tanaman yang mudah dijangkau oleh tangan serta karena terdapat beberapa tanaman yang memiliki bagian yang menarik untuk dimiliki. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting lawn, dilakukan atas dasar rasionalitas yang sama dengan rasionalitas pad setting taman sakura. Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari minimnya ketersediaan tempat sampah pada setting ini. Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari minimnya ketersediaan tempat sampah pada setting ini dan karena sudah terdapat sampah yang dibuang pada lokasi tersebut. Untuk mengatasi permasalahan vandalisme ini hendaknya dilakukan suatu sistem pengelollan kawasan yang memperhatikan function (fungsi), form (bentukan), dan organization (kelembagaan).


(5)

® Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(6)

IDENTIFIKASI HUBUNGAN PERILAKU VANDALISME

TERHADAP SETTING DI KEBUN RAYA CIBODAS,

KABUPATEN CIANJUR

ANNISAA ELOK PERMATASARI

A44060928

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN


(7)

(8)

Judul : Identifikasi Hubungan Perilaku Vandalisme terhadap Setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur

Nama : Annisaa Elok Permatasari

NRP : A44060928

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Aris Munandar, MS NIP. 19561228 198303 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001


(9)

(10)

PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Identifikasi Hubungan Perilaku Vandalisme dengan Setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada pihak-pihak yang telah memberikan motivasi, saran, dan nasehat yang membantu penulis kepada:

1. Keluarga besar penulis;

2. Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, masukan, dan arahannya selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini;

3. Prof. Dr. Ir. Wahyu Qamara Mugnisjah, M.Agr dan Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukan hingga terbentuknya skripsi ini;

4. Peneliti dan staff Kebun Raya Cibodas; 5. Responden penelitian;

6. Dan seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada skripsi ini, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan karya ilmiah selanjutnya. Penulis berharap semoga karya ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2011


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 6 Juli 1988. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Ayahanda Tenang Suripto, S.Sos dan Ibunda Ir. Suharsini.

Tahun 2006 penulis lulus SMA Negeri 10 Surabaya dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2006 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Setahun setelah itu, yaitu tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.

Selama menjalankan studi di IPB, penulis juga mengikuti kegiatan-kegiatan di luar akademik, seperti menjadi pengurus Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor divisi Media dan Informasi periode 2006/2007, pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor divisi Sosial dan Lingkungan periode 2007/2008, dan pengurus Himpunan Profesi Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) divisi HIMASKAP Coorporation periode 2008/2009. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang di PERUM PERHUTANI pada tahun 2008. Pada tahun 2010 penulis menjadi asisten mahasiswa mata kuliah Dasar-dasar Arsitektur Lanskap. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan, sarasehan, dan seminar yang mendukung kegiatan akademis.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

1.4 Kerangka Pemikiran ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Vandalisme ... 4

2.2 Setting pada Suatu Lanskap ... 6

2.3 Kebun Raya ... 8

2.3.1 Tugas Pokok ... 8

2.3.2 Fungsi ... 8

2.4 Pengelolaan Taman dan Kawasan Wisata... 9

III. METODOLOGI ... 13

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 13

3.2 Alat dan Bahan ... 14

3.3 Tahapan Penelitian ... 14

3.3.1 Pra Survei ... 14

3.3.2. Survei Lapang ... 15

3.3.3. Pasca Survei ... 19

3.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 21


(13)

4.1. Sejarah Kebun Raya Cibodas ... 23

4.2. Lokasi Kebun Raya Cibodas ... 24

4.3. Kedudukan ... 24

4.4. Sarana dan Prasarana ... 25

4.5. Daya Tarik Kebun Raya Cibodas ... 26

4.5.1 Koleksi Flora dan Fauna ... 26

4.5.2. Obyek Wisata ... 27

4.6. Pengunjung Kebun Raya Cibodas ... 27

4.7. Pengelolaan Kebun Raya Cibodas ... 28

4.7.1 Pemeliharaan ... 28

4.7.2 Pengelolaan Sampah ... 30

4.7.3 Perlindungan dan Pengawasan Kawasan ... 31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

5.1. Karakteristik Setting ... 32

5.1.1 Taman Sakura ... 33

5.1.2 Lawn ... 36

5.2. Karakteristik Pelaku Vandalisme ... 39

5.3. Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme ... 41

5.3.1 Hubungan Setting Taman Sakura dengan Obyek Vandalisme ... 42

5.3.2. Hubungan Setting Lawn dengan Frekuensi Vandalisme ... 47

5.4. Hubungan Setting Taman dengan Aktivitas Vandalisme ... 50

5.4.1 Hubungan Setting Taman Sakura dengan Aktivitas Vandalisme . 53 5.4.2. Hubungan Setting Lawn dengan Aktivitas Vandalisme ... 59

5.5. Implementasi Pengelolaan ... 66

5.5.1 Fungsi ... 66


(14)

5.5.3. Kelembagaan ... 68

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

6.1. Kesimpulan ... 69

6.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(15)

DAFTAR TABEL

1. Jumlah Responden Kuesioner ... 18

2. Sarana dan Prasarana KRC ... 25

3. Koleksi Flora KRC ... 26

4. Tujuan dan Jumlah Pengunjung KRC ... 28

5. Karakteristik Pelaku Vandalisme ... 39

6. Tata Urut Obyek Vandalisme pada Setting Taman Sakura ... 44

7. Tata Urut Obyek Vandalisme pada Setting Lawn ... 48

8. Sikap Pelaku Vandalisme pada Setting Taman Sakura ... 55


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 3

2. Hubungan Integratif Manusia dengan Setting ... 7

3. Lokasi Penelitian ... 13

4. Bentuk Boxplot secara Horisontal ... 19

5. Setting Penelitian ... 32

6. Lokasi Taman Sakura ... 33

7. Penyebaran pengunjung pada Setting Taman Sakura ... 34

8. Peta Taman Sakura ... 35

9. Lokasi Lawn ... 36

10. Peta Lawn ... 37

11. Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme ... 41

12. Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura ... 43

13. Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn ... 47

14. Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Jumlah Pelaku Vandalisme ... 51

15. Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Jumlah Jenis Aktivitas Vandalisme ... 53

16. Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura ... 54


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Obyek Vandalisme Tiap Ulangan ... 75 2. Aktivitas Vandalisme Tiap Ulangan ... 76 3. Uraian Deskriptif Boxplot Hubungan Setting Taman dengan

Frekuensi Obyek Vandalisme ... 77 4. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme ... 79 5. Uraian Deskriptif Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura ... 80 6. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura ... 84 7. Uraian Deskriptif Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn ... 86 8. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn ... 90 9. Uraian Deskriptif dari Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Jumlah Pelaku Vandalisme ... 92 10. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Jumlah Pelaku Vandalisme ... 94 11. Uraian Deksritif dari Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Jumlah Jenis Aktivitas Vandalisme ... 95 12. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Jumlah Jenis Aktivitas


(18)

Vandalisme ... 97

13. Uraian Deksritif dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura... 98

14. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura ... 100

15. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn ... 101

16. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn ... 104

17. Kuesioner Menggambar atau Menulis pada Fasilitas di Taman Sakura ... 106

18. Kuesioner Menggambar atau Menulis pada Fasilitas di Lawn ... 107

19. Kuesioner Memindahkan Fasilitas di Taman Sakura... 108

20. Kuesioner Memindahkan Fasilitas di Lawn ... 109

21. Kuesioner Mematahkan atau Mengambil Bagian Tanaman di Taman Sakura... 110

22. Kuesioner Mematahkan atau Mengambil Bagian Tanaman di Lawn ... 111

23. Kuesioner Membuang Sampat Tidak pada Tempatnya pada Taman Sakura... 112

24. Kuesioner Membuang Sampat Tidak pada Tempatnya di Lawn………..113

25. Gambar Perilaku dan Obyek Vandalisme pada Taman Sakura ... 114


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebun Raya didefinisikan sebagai suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan dengan dasar ilmiah, yang informasi ilmiah mengenai koleksinya terdokumentasi dengan baik (LIPI, 2010). Di Indonesia terdapat sebanyak 17 lokasi kebun raya yang salah satunya adalah Kebun Raya Cibodas. Sebagai salah satu dari enam cagar biosfer yang ada di Indonesia, Kebun Raya Cibodas (KRC) tidak hanya mengemban tugas sebagai kawasan konservasi ex-situ yang sangat ideal bagi pertumbuhan tanaman dataran tinggi basah, tetapi juga sebagai tempat penelitian, tempat pendidikan lingkungan, dan tempat wisata. Sebagai kawasan wisata, KRC telah dinobatkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata dan sebagai The Second Tourist Wonder of West Java dari The Seven Tourist Wonder of West Java oleh Kementerian Pariwisata dan Budaya. Hal ini menyebabkan jumlah wisatawan yang berkunjung di KRC tetap memiliki angka kunjungan yang tinggi dari tahun ke tahun. Namun di sisi lain, tingginya jumlah kunjungan wisatawan ini justru menyebabkan terganggunya tugas lain dari KRC.

KRC dengan beragam fungsi yang dimiliki, sudah seharusnya memiliki setting

yang dapat mewadahi setiap aktivitas yang dilakukan di dalamnya. Menurut Haryadi dan Setiawan (1995), setting adalah lokasi-lokasi pada tapak atau areal tertentu yang telah diplotkan sebelumnya. Perancangan setting yang tepat akan menciptakan kenyamanan dan keselarasan antara manusia dan lingkungannya, tetapi jika dalam perancangan setting lokasi tersebut terdapat ketidaksesuaian, akan dapat memicu timbulkan aktivitas vandalisme. Vandalisme menurut Canter (1984) adalah segala jenis perilaku yang menyebabkan kerusakan atau kehancuran benda pribadi dan publik.

Studi ini menjadi penting untuk dilakukan karena minimnya studi mengenai perilaku vandalisme dan juga mengingat bahwa perilaku vandalisme tidak hanya menyebabkan penurunan kualitas estetika tapak, tetapi juga berdampak pada


(20)

penurunan kualitas lanskap kawasan ini. Perilaku vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung telah menjadi permasalahan kawasan yang harus ditangani. Kerusakan yang diakibatkan oleh perilaku vandalisme pengunjung juga menyebabkan meningkatnya pengeluaran biaya pemeliharaan yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan suatu sistem pengelolaan yang dapat mengurangi dan mengatasi permasalahan ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Laurens (2004) yang menyatakan bahwa perancangan dan pengelolaan kawasan yang kurang memperhatikan desain perilaku penggunanya dapat menyebabkan meningkatkan biaya pemeliharaan dan kerusakan fasilitas.

1.2 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. mengidentifikasi keterkaitan antara perilaku vandalisme dan setting lingkungan pada KRC;

2. mempelajari faktor lingkungan yang mendorong pelaku vandalisme;

3. mempelajari sistem pengelolaan yang dilakukan untuk mengurangi dan mengatasi perilaku vandalisme serta kerusakan yang disebabkannya.

1.3 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi pengelola kawasan dalam menentukan setting lokasi yang sesuai serta sistem pengelola kawasan yang tepat agar dapat mengurangi atau bahkan mengatasi kerusakan yang ditimbulkan akibat dari perilaku vandalisme yang dilakukan pengunjung.

1.4 Kerangka Pikir

KRC memiliki tugas sebagai kawasan konservasi ex-situ, kawasan penelitian, kawasan pendidikan lingkungan, dan sebagai kawasan rekreasi. Sebagai kawasan wisata, KRC memiliki beberapa vantage point yang menjadi daya tarik kawasan ini. Terdapat dua tipe perancangan vantage point yang ada di KRC, yaitu kawasan


(21)

koleksi dan kawasan rekreasi. Vandalisme yang terdapat pada vantage point di KRC disebabkan oleh kekurangtepatan setting. Untuk mengurangi atau bahkan mengatasi permasalahan ini diperlukan suatu pengelolaan kawasan yang tepat, yang dapat diperoleh dengan mempertimbangkan faktor yang mendorong para pelaku untuk melakukan aksi vandalisme (Gambar 1).


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vandalisme

Definisi mengenai vandalisme diterapkan untuk segala macam perilaku yang menyebabkan kerusakan atau penghancuran benda pribadi atau publik (Haryadi dan Setiawan, 1995). Canter (1984) menekankan tidak adanya definisi yang jelas tentang vandalisme secara khusus. Meskipun sebagian besar ahli melihat bahwa vandalisme pada dasarnya adalah perilaku yang membahayakan, para ahli tidak menemukan kesepakantan dalam mendefinisikan vandalisme secara spesifik. Istilah vandalisme tidak hanya mengacu mengacu pada perilaku pelaku, tetapi juga mencakup motivasi dari masing-masing pelaku. Beberapa ahli yang lainnya menyarankan klasifikasi yang berbeda dengan mempertimbangkan jenis vandalisme yang mengacu pada motivasi para pelaku dan tingkat kerusakan yang diperoleh oleh obyek vandalisme. Untuk itulah para ahli sepakat untuk melakukan pendefinisian vandalisme melalui tiga pendekatan, yaitu definisi vandalisme berdasarkan pelaku, nilai, dan kerusakan (Moser, 1987).

Definisi vandalisme berdasarkan pelaku merupakan pendekatan yang berorientasi pada bidang psikologi (psikologi klinis). Definisi ini menekankan pada latar belakang pelaku untuk menghancurkan, dengan mengacu pada faktor kejiwaan yang mempengaruhi mereka dalam melakukan vandalisme. Dengan pendekatan ini, dapat diberikan pemahaman bahwa vandalisme merupakan suatu tindakan yang disengaja dengan tujuan untuk merusak atau menghancurkan suatu obyek. Definisi ini menegaskan bahwa suatu tindakan dapat dikatakan vandalisme apabila ada niat dari pelaku vandalisme untuk merusak. Pendekatan kedua untuk mendefinisikan vandalisme adalah dengan mendasarkan pada nilai sosial yang berlaku. Definisi ini melakukan pendekatan yang mengacu pada bidang sosiologi untuk mengetahui penyebab sosial dari vandalisme. Dalam penelitian Moser (1987) serta Bideaud dan Coslin (1984) telah dikemukakan bahwa perbuatan itu dapat memenuhi syarat sebagai vandalisme hanya melalui penilaian pengamat (masyarakat) yang


(23)

mengidentifikasi perilaku sebagai pelanggaran dari nilai dan atau norma. Dalam penelitian ini pendefinisian vandalisme mengacu pada pendekatan terakhir yang berorientasi pada bidang psikologi lingkungan. Pendekatan ini mendefinisikan vandalisme berdasarkan pada tingkat kerusakan yang terjadi pada sasaran vandalisme akibat pengaruh lingkungan. Levy dan Leboyer (1984) mengemukakan bahwa kerusakan yang dialami dalam suatu lingkungan tidak semuanya dapat dijelaskan dengan menggunakan kedua pendekatan sebelumnya sehingga dikemukannya pendekatan lainnya yang dapat menjelaskan tingkat kerusakan obyek vandalisme dengan memperhitungkan hubungan individu terhadap lingkungan.

Definisi vandalisme berdasarkan pengaruh lingkungan mendalami lebih spesifik terhadap identifikasi obyek yang menjadi sasaran vandalisme, mengapa vandalisme dapat terjadi di lingkungan tersebut, dan apa yang mempengaruhi pelaku untuk melakukan vandalisme terhadap obyek tersebut. Pendekatan ini tidak dapat disamaratakan terhadap seluruh lingkungan tempat terjadinya vandalisme karena terkadang faktor lingkungan yang mempengaruhi di suatu tapak tidak mempengaruhi di tapak lainnya dan begitu pula sebaliknya. Pengorganisasian pengelolaan tapak tersebut turut menentukan hubungan antara pengguna dan lingkungan. Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya beberapa lingkungan yang dirusak sedang yang lain tetap terjaga. Untuk menjelaskan fenomena keterkaitan kerusakan obyek vandalisme dengan faktor lingkungan ditetapkan tiga hipotesis yang dapat menjawab hal tersebut, yaitu terdapat ketidak sesuaian dalam perancangan setting dengan lingkungannya, lingkungan tidak dapat mengakomodir kebutuhan penggunanya, dan karena adanya akumulasi dari kerusakan (Christensen dan Harries, 1981, diacu dalam Levy dan Leboyer, 1984).

1. Tidak sesuainya perancangan setting dengan lingkungannya.

Vandalisme yang terjadi karena didorong oleh ketidaksesuaian setting

terhadap lingkungannya disebabkan oleh perancang yang kurang memperhatikan faktor lingkungan dan penggunanya sehingga ditemukannya kerusakan terhadap fasilitas. Salah satu contoh perancangan setting yang kurang tepat adalah penggunaan material kaca pada fasilitas yang berada di


(24)

taman bermain anak-anak. Hal ini dapat menyebabkan tingginya kemungkinan kehancuran fasilitas tersebut akibat dari pemilihan material yang rentan untuk taman dengan pengunjung anak-anak.

2. Lingkungan tidak dapat mengakomodir kebutuhan penggunanya

Vandalisme yang dilakukan karena lingkungan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dari penggunanya yang menyebabkan kelebihan kapasitas sehingga menimbulkan perilaku yang dilakukan secara sadar atau tidak dapat merusak obyek dan lingkungan sekitarnya. Salah satu contohnya adalah kerusakan yang dialami oleh boks tanaman akibat dari minimnya tempat duduk pada taman publik sehingga pengguna taman menggunakan boks tanaman sebagai tempat duduk.

3. Akumulasi kerusakan

Vandalisme mengalami peningkatan pesat pada lingkungan yang tampaknya diabaikan. Lingkungan yang dirusak cenderung memberikan kesan ditinggalkan dan tidak terawat sehingga memberikan kesan diizinkan untuk dirusak (Lavrakas, 1982). Kerusakan tidak hanya dihasilkan oleh perilaku perusakan yang berat yang dapat menyebabkan degradasi kualitas lingkungan secara drastis, tetapi juga dapat dihasilkan oleh akumulasi perilaku-perilaku merusak ringan sehingga kemudian menarik pelaku vandalisme lainnya untuk melakukan perusakan dan pada akhirnya menyebabkan degradasi kualitas lingkungan yang tidak jauh berbeda dengan perilaku perusakan yang berat.

2.2 Setting pada Suatu Lanskap

Menurut Haryadi dan Setiawan (1995), setting adalah suatu lokasi pada tapak atau areal tertentu yang telah diplotkan sebelumnya. Setting merupakan suatu satuan lingkungan spesifik yang menunjukkan makna lingkungan tersebut untuk suatu kegiatan. Setting sendiri meliputi bangunan dan lingkungan ruang luar yang dirancang serta organisasi yang akan menempati lingkungan binaan tersebut (Laurens, 2004). Gagasan, sasaran, kendala, dan kebiasaan organisasi harus dipertimbangkan seperti juga persyaratan fisik, seperti luas, penerangan, suara,


(25)

penataan ruang secara spesifik, dan dekorasi. Dalam perjalanannya, telah banyak penelitian dan pengembangan teori untuk menggambarkan hubungan manusia dengan

setting, dan salah satu model tersebut adalah model seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3 (Gifford, 1987, diacu dalam Laurens, 2004).

Gambar 2. Hubungan Integratif Manusia dengan Setting

Karakteristik individu (M), kualitas setting (S), dan norma sosial budaya (SB) secara bersama-sama mempengaruhi rencana seseorang ketika memasuki setting dan juga apa yang akan terjadi di dalamnya. Dalam setting, seseorang berperilaku (misalnya menghayati atau berinteraksi), berpikir (misalnya mengenali, menghitung, atau mengumpulkan informasi), dan merasa (misalnya bahagia, gembira, atau sedih), dalam keadaan sehat atau sakit secara fisik. Hasil dari transaksi dalam setting dapat berlangsung ataupun tidak langsung terlihat. Seseorang dapat menjadi lebih baik (misalnya lebih gembira atau lebih terampil) atau dapat pula menjadi lebih buruk (misalnya menjadi sedih atau menjadi sakit). Perancangan setting yang kurang mewadahi aktivitas penggunanya seringkali menyebabkan kerusakan terhadap fasilitas, meningkatnya biaya pemeliharaan, atau bahkan mubazirnya fasilitas tersebut


(26)

karena tidak digunakan seperti yang diprediksikan oleh perancang dalam hasil rancangannya (Laurens, 2004).

2.3 Kebun Raya

Kebun raya adalah suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan, baik untuk tujuan penelitian maupun sebagai tempat wisata (Depdikbud 2008). Menurut LIPI (2010), Kebun raya didefinisikan sebagai suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan dengan dasar ilmiah, yang informasi ilmiah mengenai koleksinya terdokumentasi dengan baik. Kebun raya juga didefinisikan sebagai lembaga independen, badan pemerintah, atau suatu badan yang berkerja sama dengan institusi pendidikan atau universitas. Tujuan utamanya bukan hanya sebagai area wisata ataupun sebagai tempat untuk menanam spesimen koleksi tumbuhan, yang terpenting adalah perannya dalam menyebarkan pengetahuan botani dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap arti penting tumbuhan bagi kehidupan (Bailey et al., 1978). Dalam Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2002), kebun raya memiliki tugas pokok dan fungsinya sebagai berikut.

2.3.1. Tugas Pokok

Kebun raya mempunyai tugas pokok melakukan inventarisasi, eksplorasi, koleksi, penanaman, dan pemeliharaan tumbuhan yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi untuk dikoleksi dalam bentuk kebun botani serta melakukan pendataan, pendokumentasian, pengembangan, pelayanan jasa dan informasi, pemasyarakatan ilmu pengetahuan di bidang konservasi, introduksi dan reintroduksi tumbuhan. Adapun tugas-tugas kebun raya adalah sebagai kawasan konservasi, penelitian, pendidikan lingkungan, serta pariwisata dan pelayanan umum

2.3.2 Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, kebun raya menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:


(27)

1. pelayanan, inventarisasi, eksplorasi, konservasi, dan reintroduksi jenis tumbuhan yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi, pengembangan dan pendokumentasian biodata jenis tumbuhan koleksi yang berkaitan dengan konservasi ex-situ;

2. pemberian pelayanan jasa ilmiah, pemasyarakatan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi tumbuhan dan introduksi tumbuhan;

3. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Seperti yang telah dijabarkan di atas, kebun raya memiliki beragam tugas dan fungsi yang salah satunya adalah sebagai tempat konservasi ex-situ yang memiliki beragam tanaman koleksi di dalamnya. Tanaman koleksi yang akan ditanam di kebun raya mempunyai kriteria tertentu dengan melalui tahapan-tahapan pemilihan serta memiliki kelengkapan data sehingga mempunyai nilai di bidang ilmu pengetahuan. Selain sebagai kebun pengembangan tanaman berpotensi ekonomi, kebun raya juga berkembang menjadi sebuah lembaga ilmiah yang berperan penting dalam konservasi tumbuhan. Tanaman-tanaman koleksi ini ditanam dengan memperhatikan penataan berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmu pertamanan sehingga memberikan keindahan. Keindahan dan muatan ilmiah yang dimiliki oleh kebun raya menarik minat masyarakat luas untuk mengunjunginya dan menjadikannya sebagai tempat rekreasi dan tempat untuk mempelajari botani.

2.4 Pengelolaan Taman dan Kawasan Wisata

Pengelolaan taman dan kawasan wisata dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk menjaga taman dan area rekreasi serta fasilitas yang berada di dalamnya atau di sekitarnya setepat mungkin (Sternloff dan Warren, 1984). Pengertian pengelolaan kawasan menurut Mackinnon (1990) dalam Murtiartini (1999) adalah suatu tindakan baik fisik maupun administrasi yang dilakukan guna mempertahankan, mengamankan, dan melestarikan lanskap suatu kawasan. Dalam Murtiartini (1999) sistem pengelolaan kawasan perlu dilakukan untuk mendukung keberadaan kawasan wisata agar dapat.


(28)

1. menciptakan suasana yang menyenangkan, aman, nyaman, dan menyajikan kemudahan bagi para wisatawan.

2. menciptakan dan melindungi nilai estetika dari lanskap kawasan. 3. memelihara kelangsungan hidup tradisi dan seni budaya yang berada

didalamnya maupun disekitarnya.

4. menciptakan suatu kondisi yang menghindari/melestarikan pengaruh negatif dari kegiatan wisata.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada obyek wisata alam dalam jumlah besar dan kontinyu akan mengganggu atau merusak ekosistem dan nilai estetika kawasan sehingga diperlukan suatu sistem pengelolaan yang dapat menangani hal ini (Mariana, 1992). Penetapan sistem pengelolaan taman dan kawasan wisata tidak dapat persis dilaksanakan sama pada setiap taman dan kawasan wisata yang lainnya. Pada setiap taman dan kawasan wisata terdapat suatu sistem pengelolaan yang tepat dan spesifik untuk dilaksanakan di kawasan tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan letak geografi, fasilitas yang akan dikelola, program wisata yang ditawarkan, dan karakteristik wisatawan yang berkuunjung (Sternloff dan Warren, 1984). Meskipun terdapat beberapa perbedaan yang mempengaruhi penetapan sistem pengelolaan masing-masing kawasan namun terdapat prinsip dasar yang menjadi landasan utama untuk menetapkan sistem pengelolaan yang efektif. Prinsip pengelolaan dan pemeliharaan kawasan wisata tersebut adalah sebagai berikut.

1. tujuan dan standar pengelolaan yang ditetapkan.

2. pemeliharaan harus memperhatikan pertimbangan ekonomi dalam hal waktu, tenaga kerja, peralatan, dan bahan.

3. pelaksanaan program pemeliharaan harus berdasarkan pada rencana pengelolaan.

4. penjadwalan rencana kerja pengelolaan harus berdasarkan pada prioritas dan memperhatikan kepentingan politik.

5. semua divisi yang terlibat dalam pengelolaan harus menempatkan perhatian lebih terhadap sistem pengelolaan pencegahan.


(29)

7. departemen pengelola taman dan kawasan wisata harus didukung oleh sumber daya fiskal yang memadai untuk mendukung program pemeliharaan.

8. departemen pengelola taman dan kawasan wisata harus didukung oleh sumber daya manusia untuk melaksanakan program pemeliharaan.

9. program pengelolaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan.

10.departemen pengelolaan memiliki tanggung jawab untuk menjaga keselamatan publik dan pekerjannya.

11.desain dan kostruksi dari fasilitas menjadi pertimbangan utama dalam pemeliharaan taman dan kawasan wisata.

12.para pegawai bertanggung jawab terhadap pencitraan taman dan kawasan wisata.

Prinsip-prinsip di atas dapat memberikan masukan untuk menetapkan garis besar dari program pengelolaan. Prinsip tersebut juga dapat digunakan sebagai standar ukuran keefektifan dari program pengelolaan yang telah berjalan. Jika salah satu dari prinsip pengelolaan tidak ditepati, akan menyebabkan timbulnya gangguan serius dalam menyediaan pelayanan yang berkualitas oleh pengelolaan taman dan kawasan wisata.

Secara umum, program pengelolaan kawasan dapat direncanakan dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi fasilitas dan peralatan kawasan wisata, penyusunan perencanaan pemeliharaan rutin, penyusunan perencanaan peralatan untuk pemeliharaan intensif, dan penyusunan jadwal serta cara pemeliharaan preventif. Dilakukan tiga pendekatan untuk menetapkan masukan bagi pengelolaan yang berdasarkan pada Zahnd (1999), yaitu pendekatan bentuk, fungsi, dan kelembagaan atau organisasi. Pendekatan pertama adalah dalam hal bentuk (form), pendekatan ini mengarahkan pengelolaan untuk memelihara bentukan fisik dari desain kawasan agar tidak berubah dari perancangan awal. Pendekatan kedua adalah dalam hal fungsi (function) yang mengarahkan pengelolaan agar mengacu pada tujuan dari perencanaan kawasan. Pendekatan ini berusaha untuk menjaga dan memelihara agar tujuan dan fungsi dari kawasan ini tidak berubah. Pendekatan yang


(30)

terakhir adalah dalam hal kelembagaan (organization) dengan tujuan untuk mengarahkan pengelolaan agar pengelola kawasan dapat terorganisir dengan baik sehingga program pengelolaan ini dapat berjalan.


(31)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Februari hingga bulan Agustus 2010. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas (KRC) yang secara administratif terletak di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Gambar 3).

Gambar 3. Lokasi Penelitian


(32)

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kertas pertanyaan kuesioner, kamera digital, komputer, dan software pengelolaan data (Microsoft Excel dan SPSS). Bahan yang dibutuhkan untuk keperluan adalah data primer (umur pelaku vandalisme, tingkat pendidikan pelaku vandalisme, pekerjaan pelaku vandalisme, jumlah pelaku vandalisme, aktivitas vandalisme yang dilakukan, obyek yang dikenai vandalimse, peralatan yang digunakan untuk melakukan vandalisme, dan faktor yang mendorong untuk melakukan vandalisme) dan data yang dimiliki oleh pihak pengelola kawasan berupa data sekunder (kondisi umum kawasan dan setting

penelitian, sistem pengelolaan kawasan, peta dasar, peta titik tanam, dan peta fasilitas).

3.3 Tahapan Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan terbagi atas tiga tahapan utama. Tahap pertama adalah tahap prasurvei untuk menentukan landasan penelitian, dilanjutkan dengan tahap kedua, yakni tahap survei lapang untuk mengumpulkan data dan pengecekan di lapang. Tahap yang terakhir adalah tahap pascasurvei, yaitu tahap untuk mengelola dan menganalis data yang telah dikompilasi.

3.3.1 Prasurvei

Tahap prasurvei bertujuan menentukan landasan utama penelitian yang mencakup penetapan tujuan penelitian, penyusunan rencana kerja, penentuan lokasi penelitian, penyusunan anggaran biaya, dan pengumpulan informasi yang diperlukan untuk memulai penelitian. Setelah menentukan landasan utama penelitian, dilakukan penyusunan proposal penelitian, dan pengurusan izin penelitian.

Pada tahap prasurvei, penelitian pada kawasan KRC dibagi dalam dua setting

yang pembagiannya didasarkan pada penetapan kawasan yang telah ditentukan oleh pengelola, yaitu kawasan koleksi dan kawasan rekreasi. Setting yang akan dipilih mewakili kriteria tersebut harus merupakan areal yang memiliki kemiripan obyek yang diamati dengan intensitas kunjungan tinggi dan berpotensi terhadap vandalisme


(33)

yang akan dilakukan oleh pengunjung. Berdasarkan kriteria tersebut, terpilihlah dua vak didalam KRC, yaitu :

1. Setting Koleksi

Setting ini merupakan lokasi yang peruntukan utamanya untuk koleksi tanaman tertentu. Lokasi yang terpilih untuk mewakili setting ini adalah Taman Sakura. Lokasi setting ini berada pada vak XX.B, yaitu di sebelah selatan Taman Rhododendron, di sebelah timur Jalan Air, dan di sebelah barat laut Air Terjun Ciismun.

2. Setting Rekreasi

Setting ini merupakan lokasi yang peruntukkan utamanya sebagai area rekreasi yang berada di dalam KRC. Setting yang terpilih untuk mewakili zona ini adalah setting lawn. Setting ini berada pada vak VI.B, yaitu di sebelah barat kolam besar.

3.3.2 Survei Lapang

Tahap survei lapang merupakan tahap pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengecekan lapang melalui pengamatan langsung dan perekaman aktivitas pelaku vandalisme melalui video, kuesioner, serta wawancara. Survei lapang dilaksanakan selama 3,5 bulan mulai dari bulan Maret hingga Juni 2010. Pelaksanaannya dilakukan pada akhir pekan dan hari libur. Pemilihan waktu penelitian pada akhir pekan dan hari libur didasarkan karena tingginya intensitas pengunjung pada hari tersebut sehingga dapat diasumsikan bahwa peluang tindakan vandalisme akan lebih besar. Data sekunder yang dikumpulkan mengacu pada data yang dimiliki oleh pihak pengelola kawasan berupa data fisik (peta dasar, peta titik tanam, jenis dan jumlah vegetasi penyusun, serta peta fasilitas dan utilitas) dan data sosial (keadaan umum lokasi, jumlah pengunjung, dan sistem pengelolaan). Data sekunder juga diperoleh melalui studi pustaka untuk mendapatkan data yang dapat menunjang data primer.


(34)

1. Pengamatan Lapang

Pengamatan lapang dalam penelitian ini merupakan metode pengamatan melalui pengambilan video dan turun lapang. Pengambilan video dilakukan dengan cara merekam aktivitas yang dilakukan oleh para pengunjung melalui kamera digital pada spot tertentu yang dapat mencakup view ke arah obyek penelitian. Perekaman video dilakukan agar aktivitas vandalisme yang dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang cepat dapat terdata. Selain itu dengan melakukan pengamatan langsung akan diperolehnya data jumlah pelaku vandalisme, tindakan vandalisme yang dilakukan, dan obyek yang dikenai perilaku vandalisme meskipun subyek tidak mau berkomunikasi baik karena takut, tidak ada waktu, maupun enggan. Dalam penelitian ini terdapat empat aktivitas vandalisme yang diamati, yaitu:

1. menulis atau menggambar pada bagian fasilitas, 2. memindahkan fasilitas,

3. mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan 4. membuang sampah tidak pada tempatnya.

Terdapat sepuluh obyek dari tindakan vandalisme yang diamati pada kedua

setting tersebut. Obyek yang diamati dalam penelitian ini adalah pohon, semak,

ground cover, gazebo, jembatan, media informasi, papan nama tanaman, besi penyanggah, bangku taman, dan tempat sampah. Pada setting taman sakura tidak terdapat bangku taman yang dapat diamati pada setting ini. Sedangkan pada setting lawn tidak ditemukannya semak, gazebo, dan jembatan yang berada pada setting ini.

Prosedur pengamatan lapang dilakukan selama 10 kali ulangan yang diambil pada akhir pekan dan hari libur, tepatnya pada tanggal 20, 21, 27, dan 28 Maret, 2, 3, 4, 17, dan 18 April, dan 1 Mei 2010. Pengamatan lapang dilakukan pada jam dengan tingkat kunjungan teramai, yaitu pada pukul 10.00-14.00 WIB. Pengambilan video dilakukan selama ± 30 menit pada tiap vak yang dibagi dalam tiga spot pengamatan dengan waktu pengambilan video di tiap spotnya dilakukan selama kurang lebih 10 menit.

Untuk menunjang data yang diperoleh dalam pengamatan lapang, juga dilakukan pengamatan secara langsung yang dilakukan setelah pengambilan video.


(35)

Pengamatan langsung dilakukan selama 10 menit dengan berkeliling di dalam areal dan mengamati perilaku vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung. Pengamatan langsung dilakukan untuk mendata perilaku vandalisme yang dilakukan pada lokasi yang mungkin tidak terekam oleh kamera dan untuk mendata perilaku vandalisme yang dilakukan pada lokasi yang terekam, tetapi kurang begitu jelas terlihat dalam video.

2. Kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong para pengunjung dalam melakukan tindakan vandalisme. Pembagian kuesioner juga dilakukan untuk memperoleh data mengenai latar belakang pengunjung (umur, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir) dan faktor lingkungan yang mempengaruhi. Teknik sampling yang digunakan dalam pembagian kuesioner adalah nonprobability sampling, yaitu anggota dalam populasi tidak memiliki peluang atau kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Teknik

nonprobability sampling yang dipilih adalah sampling kuota, yaitu dengan menentukan jumlah sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2009).

Pembagian kuesioner dilakukan di dua zona yang telah ditetapkan sebagai areal penelitian, yaitu Taman Sakura dan Lawn. Jumlah keseluruhan kuesioner yang dibagikan sebanyak 80 kuesioner yang pada masing-masing zona dibagikan sebanyak 40 kuesioner yang terdiri dari 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang menulis atau menggambar pada bagian fasilitas, 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang memindahkan fasilitas, 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang mematahkan atau mengambil bagian tanaman, dan 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang membuang sampah tidak pada tempatnya (Tabel 1).


(36)

Tabel 1. Jumlah Responden Kuesioner

No. Aktifitas Vandalisme Taman Sakura (reponden)

Lawn (responden)

Jumlah (responden) 1 Menulis atau menggambar pada

fasilitas atau tanaman

10 10

2 Memindahkan fasilitas 10 10

3 Mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman

10 10

4 Membuang sampah tidak pada tempatnya

10 10

Jumlah 40 40 80

Dalam pembagian kuesioner, terlebih dahulu dilakukan pengamatan lapang untuk mengetahui calon responden yang memenuhi kriteria untuk mengisi kuesioner. Kriteria responden yang dapat mengisi kuesioner adalah orang yang didapati sedang melakukan tindakan vandalisme dalam pengamatan lapang dengan batasan usia 10 tahun ke atas dan dapat menulis serta membaca. Setelah diketahui bahwa subjek tersebut melakukan tindakan vandalisme, kuesioner kemudian diserahkan kepada responden untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

Untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku aksi vandalisme memindahkan fasilitas pada setting taman sakura diambil responden yang berasal dari pelaku vandalisme pada setting lawn yang pernah berkunjung ke setting taman sakura. Pemilihan calon responden yang berbeda untuk aksi vandalisme memindahkan fasilitas pada taman sakura disebabkan karena tidak ditemukannya pelaku vandalisme yang memindahkan fasilitas pada setting taman sakura selama kegiatan survei ini berlangsung. Untuk aksi vandalisme ini, ingin diketahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku vandalisme ini tidak melakukan aksi vandalisme di taman sakura.


(37)

3.3.3 Pascasurvei

Dalam penelitian ini, dilakukan metode analisis dengan menggunakan analisis data eksploratif dari submenu statistik deskriptif. Analisis data eksploratif dilakukan untuk menganalisis data yang berasal dari pengamatan lapang dengan tujuan untuk memeriksa lebih teliti sekelompok data. Proses penyajian data dilakukan dengan pengidentifikasi perilaku dan obyek yang dikenai vandalisme dalam pengamatan langsung dan video ke dalam bentuk data kuantitatif. Data ini kemudian dimasukkan ke dalam Microsoft Excel untuk memperoleh keluaran berupa tabel jumlah dan ragam aktifitas vandalisme serta tabel jumlah dan ragam obyek yang dikenai vandalisme. Data juga diolah ke dalam SPSS untuk memperoleh keluaran berupa boxplot.

Boxplot merupakan teknik penyajian data yang dapat menyajikan kesimetrikan penyebaran data dan keanehan data walaupun data aslinya tidak ditampilkan (Santoso, 2003). Boxplot memiliki sifat yang tahan terhadap gangguan beberapa data besar tanpa merusak nilai median, nilai kuartil, dan bentuk kotak dalam

boxplot. Sifat ketahanan ini menyebabkan boxplot menarik untuk digunakan dalam analisis data eksplorasi. Tampilan dari beberapa boxplot secara bersamaan dapat mempermudah proses perbandingan beberapa kelompok data sehingga dapat langsung diketahui perbedaan dan persamaannya. Boxplot disajikan dalam lima buah batas, yaitu nilai terkecil (min), Kuartil 1, Kuartil 2 (median), Kuartil 3, dan nilai terbesar (maks) sebagai pada gambar dibawah ini (Gambar 4).

BB Q1 Q2 Q3 BA

Gambar 4. Bentuk Boxplot secara Horizontal

Keterangan :

Q1, Q2, Q3 adalah kuartil 1, 2, dan 3.


(38)

BA = Batas Atas (Q3+ (Q3-Q1)).

Boxplot dapat memberikan informasi tentang lokasi pemusatan data, rentang penyebaran, kemiringan, atau kecondongan pola sebaran, kemenjuluran data atau panjang ekor, dan data pencilan (Emerson dan Strenio, 1983). Penciri numerik yang penting adalah ukuran pemusatan data yang berupa nilai tempat sebagian besar data mengumpul dan ukuran penyebaran data yang menunjukkan besarnya rentangan dari titik pusatnya. Lokasi pemusatan data diwakili oleh nilai median yang dapat dilihat dari nilai garis yang berada dalam kotak, sedangkan rentangan penyebaran dapat dilihat dari panjangnya kotak yang merupakan jarak antarkuartil. Pada umumnya kumpulan data yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap suatu peubah memiliki nilai yang tidak persis sama satu dengan lainnya. Variasi atau keberagaman nilai-nilai pengamatan dapat kita lihat melalui pola sebaran datanya (Aunuddin, 1989). Kemiringan atau kecondongan dari pola sebaran data dapat dilihat dari posisi median di dalam kotak. Apabila median terletak lebih dekat dengan Kuartil 1 (Q1),

menunjukkan adanya suatu sebaran dengan kemiringan positif atau memanjang ke arah nilai-nilai yang besar dan kemiringan negatif terjadi bila posisi median lebih dekat dengan Kuartil 3 (Q3). Kemenjuluran data atau panjang ekor diwakili oleh

panjang garis yang menjulur keluar dari kotak dan menjadi petunjuk adanya data yang agak jauh dari kumpulannya. Pencilan data merupakan data-data yang berada di luar batas dan dapat menunjukkan adanya nilai yang memencil. Pencilan data dapat dilihat dengan apakah terdapat melihat data yang terletak di batas bawah (BB), sedangkan nilai yang berada di luar batas atas (BA) merupakan nilai ekstrim. Apabila kotak dalam boxplot tersebut tidak terbentuk, terdapat dua kemungkinan, yaitu data tersebut terpusat pada nilai nol atau data tersebut menyebar berupa nilai pencilan. Langkah dilakukan untuk membuat boxplot dengan menggunakan program SPSS, sebagai berikut.

1. buka lembaran kerja (worksheet) baru pada program SPSS. 2. masukkan data ke dalam lembar kerja SPSS.


(39)

3. pilih menu Analyze kemudian pilih submenu Descriptive Statistics dan pilih

Explore.

4. isikan variable yang akan dijadikan Dependent List dan Factor List.

5. pilih Statistics kemudian pilih Descriptives, M-estimator dan Outliners, lalu pilih Continue.

6. kemudian pilih Plot, pada Box-Plot pilih Factor Levels Together, lalu pilih

Continue.

7. pada Display, tandai pilihan Both lalu pilih OK.

3.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup yang menjadi pembatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. setting yang diamati dalam penelitian ini terdiri atas setting taman sakura dan

settinglawn.

2. aktivitas vandalisme yang diamati adalah menggambar atau menulis pada fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya.

3. obyek vandalisme yang diamati terdiri dari 10 obyek, yaitu pohon, semak,

ground cover, gazebo, jembatan, media informasi, papan nama tanaman, besi penyanggah, bangku taman, dan tempat sampah.

4. responden yang dapat mengisi kuesioner adalah orang yang didapati sedang melakukan tindakan vandalisme dalam pengamatan dengan batasan usia 10 tahun ke atas dan dapat menulis serta membaca.

5. faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalisme menggambar atau menulis pada fasilitas adalah setting berada pada lokasi yang sepi dan sudah didapati gambar atau tulisan yang berada pada setting tersebut.

6. faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalisme memindahkan fasilitas adalah struktur yang tidak permanen dan material yang rentan.


(40)

7. faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalisme mematahkan dan mengambil bagian dari tanaman adalah kemudahan untuk dijangkau dan keindahan atau keunikan dari bagian tanaman.

8. faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalismemembuang sampah sembarangan adalah minimnya tempat sampah dan sampah yang telah dibuang sembarangan sebelumnya.


(41)

BAB IV

KONDISI UMUM

4.1 Sejarah Kebun Raya Cibodas

Pada awalnya Kebun Raya Cibodas dibuka sebagai areal percobaan penanaman kina (Cinchona calisaya Wedd.) yang pertama di Indonesia, tepatnya pada tanggal 11 April 1852. Penanaman kina tersebut dilakukan oleh Johanes Ellias Teysmann, yang ketika itu menjabat sebagai Hortulanus (Direktur) Kebun Raya Bogor. Pada tanggal 4 Desember 1852, J.K. Hasskarl diperintahkan untuk mengeksplorasi kina yang terdapat di Amerika Selatan dan menjadikan kina tersebut sebagai koleksi untuk ditanam di Pegunungan Tjibodas. Dalam perjalanan tersebut, Hasskarl berhasil membawa 75 jenis tanaman kina yang kemudian diberi kepercayaan untuk mengurus budidaya kina tersebut. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Hasskarl diharuskan untuk bekerja terpisah dari organisasi induk lembaganya yaitu Kebun Raya Bogor. Sejak itulah dilakukan serah terima pemisahan Kebun Raya Cibodas dari Kebun Raya Bogor.

Pada tahun 1856, Dr. F. W. Junghuhn ditugaskan untuk mengelola budidaya kina yang ditanam di Pegunungan Tjibodas. Junghuhn berperdapat bahwa Tjibodas kurang sesuai untuk tanaman kina karena Pegunungan Tjibodas mengandung cadas dengan lapisan humus yang tipis sehingga perkebunan kina di dialihkan ke daerah Cinyiruan dan Cibeureum, yang terletak 50 km sebelah selatan Bandung. Pada tahun 1862, Johanes Ellias Teysmann melanjutkan penanaman di Kebun Raya Bogor dengan berbagai tanaman koleksi, baik tanaman asli dari Indonesia maupun tanaman-tanaman asli luar negeri. Penanaman tanaman-tanaman introduksi yang berasal dari daerah subtropis menyebabkan Teysmann merasa kesulitan untuk mengatasi tanaman koleksi tersebut. Oleh karena itu, ia memindahkan tanaman koleksi ke Cibodas yang merupakan kawasan yang cocok untuk tanaman dataran tinggi basah dan tanaman dari negara subtropis. Kawasan ini dijadikan sebagai areal aklimatisasi (penyesuaian iklim) untuk jenis-jenis tanaman yang didatangkan dari luar negeri yang tidak dapat tumbuh baik di bogor (khususnya tanaman yang hidup di dataran tinggi


(42)

basah/subtropis). Areal aklimatisasi ini kemudian dikembangkan menjadi kebun botani yang diberi nama Bergtuin te Tjibodas atau Kebun Raya Cibodas.

4.2 Lokasi Kebun Raya Cibodas

Kebun Raya Cibodas secara administratif terletak di Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Kawasan ini berbatasan dengan beberapa wilayah, disebelah utara dan timur berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangranggo (TNGP), dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Kebun Raya Cibodas berada pada zona sub Montana (1.200 – 1.500 m dpl.) dalam satu kawasan insitu berdampingan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai a Core Zone of Woarld Biosphere Reserve. Posisi ini merupakan posisi yang sangat strategis dalam bidang konservasi tumbuhan, karena berpadunya dua bentuk konservasi ex-situ dan in-situ dalam satu kawasan. Posisi ini hanya satu-satunya yang dimiliki kebun raya di Indonesia.

Kebun Raya Cibodas memilki luas area sebesar 125 ha yang terbagi menjadi luas area efektif 80 ha ditambah 13 ha kebun baru dan sisanya 32 ha masih dipertahankan sebagai kawasan hutan (forested area) dengan tujuan membuat kondisi ekosistem yang terpadu, harmonis dan sebagai stok bibit untuk reintroduksi. Suhu udara harian kawasan ini antara 14˚-21˚C dengan rata-rata suhu harian 18˚C. Kawasan ini termasuk dalam daerah basah dengan kelembaban berkisar antara 80-90% dan curah hujan rata-rata sebesar 3380 mm per tahun.

4.3 Kedudukan

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (1987), Kebun Raya Cibodas berkedudukan di bawah UPT Balai Pengembangan Kebun Raya – LIPI bersama dengan kebun raya lainnya, yaitu Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Purwodadi dan Kebun Raya “Eka Karya” Bali. Pada Tahun 2001, status keempat kebun raya tersebut diubah. Kebun Raya Bogor dinaikkan statusnya menjadi


(43)

Pusat Konservasi Tumbuhan yang membawahi ketiga Kebun Raya lainnya, yaitu Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, dan Kebun Raya “Eka Karya” Bali.

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai Lembaga Konservasi, Penelitian, Pendidikan dan Wisata yang ada di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas – LIPI adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Sarana dan Prasarana KRC

No. Uraian Jumlah

1 Guest house (Sakura dan Medinilla) 2 buah 2 Gedung konservasi 1 buah 3 Gedung pengelola 1 buah 4 Kamar kaca pembibitan 1 buah 5 Kamar kaca sukulen 1 buah 6 Kamar kaca kaktus 2 buah 7 Kamar kaca anggrek 1 buah

8 Pos jaga 1 unit

9 Pos satpam gerbang baru I buah 10 Pos satpam pintu belakang 2 unit 11 Pos satpam di gedung pengelola 1 unit

12 Gazebo 16 buah

13 Toilet 12 buah

14 Kolam 11 buah

15 Jalan aspal 35.375 m² 16 Jalan Gico 18.000 m² 17 Galeri tanaman hias 1 buah 18 Persemaian tanaman 1 buah 19 Galeri tanaman langka 1 buah 20 Plasa parker 36 m²


(44)

21 Tempat sampah 17 buah 22 Area parkir Taman Sakura 1.200 m²

(Sumber : LIPI, 2010)

4.5 Daya Tarik Kebun Raya Cibodas

Tanaman-tanaman koleksi yang terdapat di KRC ditanaman dengan memperhatikan penataan yang berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmu pertamanan sehingga memberikan keindahan. Keindahan yang dimiliki oleh kebun raya ini menyebabkan tingginya minat masyarakat luas untuk mengunjunginya dan menjadikannya sebagai tempat rekreasi. Kebun Raya Cibodas memiliki beberapa daya tarik yang ditawarkan kepada para pengunjung Kebun Raya Cibodas yang mencakup kekayaan flora dan keindahan lanskap alami dan buatannya.

4.5.1 Koleksi Flora dan Fauna

Koleksi flora yang terdapat di Kebun Raya Cibodas – LIPI mengalami penambahan dan pengurangan selama beberapa periode dan jumlah koleksi terakhir yang tercatat pada akhir tahun 2009 adalah 183 suku (famili) yang terdiri dari 656 marga (genus) atas 1.270 jenis (spesies).

Tabel 3. Koleksi Flora KRC

(Sumber: LIPI, 2010)

No. Nama Jumlah Awal

2009 Penambahan Pengurangan

Jumlah Akhir 2009

1 Suku 180 4 1 183

2 Marga 645 23 12 656

3 Jenis 1237 65 32 1270

4 Sp./No. 613 109 81 641 5 Spesimen 6444 686 385 6745


(45)

Kebun Raya Cibodas – LIPI memiliki 10.792 koleksi tanaman, 700 jenis koleksi biji, 4.852 koleksi herbarius. Koleksi tanaman di Kebun Raya Cibodas – LIPI terbagi dalam dua koleksi yaitu koleksi di kebun dan koleksi di rumah kaca. Koleksi tanaman di rumah kaca terdiri dari anggrek (320 jenis), kaktus (289 jenis), dan sukulen (169 jenis), dan terdapat juga tanaman-tanaman yang tumbuh liar didalam kebun. Koleksi tanaman di kebun berjumlah 1.014 jenis, diantaranya terdapat tanaman khas dan menarik, seperti pohon kina (Cinchona pubescens Vahl) yang merupakan tanaman obat untuk mengobati penyakit malaria, pohon bunya-bunya (Araucaria bidwillii Hook.) yang merupakan tanaman tua dan mempunyai pokok batang yang besar, cemara (Cupressus spp.) memiliki daun yang menarik, bunga raksasa atau bunga bangkai (Amorphophallus titanium Becc.) yang dapat menarik perhatian serangga, saninten (Castanopsis argentea) yang biji pohonnya enak dimakan. Rasamala (Altingia excels) memiliki kayu dengan kualitas baik, anggrek kiaksara (Macodes petola Lindl.) merupakan anggrek dengan garis-garis putih pada tiap daunnya. Rhododendron javanicum (Blume) Benn. adalah bunga orange khas daerah tropika. Kaktus tong emas atau kaktus kursi mertua (Echinocactus grussoni

Hildm.) merupakan salah satu koleksi menarik di Rumah Kaca Kaktus.

4.5.2 Obyek Wisata

Kebun Raya Cibodas memiliki beberapa obyek wisata yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung di kawasan ini, antara lain: Galeri Tanaman Hias, Taman Sakura, Taman Rhododendron, Jalan Air, Taman Mawar, Air Terjun Cibogo, Kolam Besar, Jalan Araucaria, Koleksi Paku-Pakuan, Tin dan Zaitun, Rumah Kaca, Air Terjun Ciismun, Taman Lumut dan Bunga Bangkai.

4.6 Pengunjung Kebun Raya Cibodas

Jumlah pengunjung UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas – LIPI yang tercatat tiket yang terjual pada tahun 2009 berjumlah 482.011 orang pengunjung yang terdiri atas wisatawan nusantara (domestik) dan wisatawan


(46)

mancanegara. Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya (tahun 2008) dengan jumlah kunjungan 435.743 orang dalam satu tahun.

Tujuan pengunjung yang datang ke Kebun Raya cibodas cukup beranekaragam, antara lain: rekreasi, karya wisata atau outbound, kuliah lapang, kunjungan tamu negara atau dinas, film dan pemotretan. Jika di lihat dalam Tabel 5, maka akan didapati bahwa jumlah pengunjung dengan tujuan rekreasi memiliki jumlah yang paling besar jika dibandingkan dengan pengunjung tujuan yang lain. Sementara pengunjung dengan tujuan kunjungan terendah ditempati oleh pengunjung dengan tujuan kunjungan untuk kuliah lapang.

Tabel 4. Tujuan dan Jumlah Pengunjung KRC No Tujuan Pengunjung Jumlah

1 Rekreasi 473.555

2 Karya Wisata atau outbound 5.846 3 Film dan pemotretan 2.036 4 Kunjungan tamu negara atau dinas 524 5 Kuliah lapang 50

Jumlah 482.011

(Sumber : LIPI, 2010)

4.7 Pengelolaan Kebun Raya Cibodas

Pengelolaan pada Kebun Raya Cibodas dilakukan untuk menjaga dan merawat kawasan dengan segala fasilitasnya agar tetap sesuai dengan desain dan fungsinya yang semula. Pengelolaan kawasan dilakukan dengan melaksanakan pemeliharaan fisik, pengelolaan sampah, serta perlindungan dan pengawasan kawasan.


(47)

4.7.1 Pemeliharaan

Pemeliharaan pada kawasan ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah kerusakan, mempertahankan atau mengendalikan, dan memperbaiki atau mengobati kerusakan. Pemeliharaan yang dilakukan pada KRC tidak berada dibawah satu unit khusus yang menangani pemeliharaan kawasan, kegiatan pemeliharaan dilakukan oleh dua unit yang berbeda. Yang pertama adanya sub-unit pemeliharaan kebun dan tanaman yang berada di bawah unit koleksi yang merupakan bagian dari seksi konservasi ex-situ. Sub-unit kedua adalah pemeliharaan bengkel yang merupakan bagian dari unit umum dibawah seksi tata usaha (LIPI, 2010).

1. Pemeliharaan unit kebun dan tanaman

Pemeliharaan pada unit ini lebih ditekankan terhadap pemeliharaan elemen lunak (softscape) yang berada di Kebun Raya Cibodas. Kegiatan ini rutin dilakukan pada Koleksi Taman Tematik, Unit Pembibitan, serta Unit Pertamanan dan Rekreasi. Pemeliharaan tersebut meliputi:

a. Kegiatan Pemupukan

Kegiatan pemupukan dilakukan terhadap delapan lokasi koleksi kebun, koleksi angggrek, koleksi kaktus, koleksi sukulen, koleksi lumut, koleksi tanaman obat, koleksi paku-pakuan, dan pembibitan. Terdapat dua macam pupuk yang digunakan pada kedelapan lokasi diatas, yaitu pupuk organik (sebanyak 15.367,5 kg) dan pupuk anorganik (NPK sebanyak 207,8 kg dan 252 cc).

b. Kegiatan pengendalian hama dan gulma

Kegiatan pengendalian hama dilakukan pada empat lokasi di KRC, yaitu pada koleksi kebun, koleksi anggrek, koleksi kaktus, koleksi sukulen, dan pembibitan. Pemberian insektisida sebanyak 1.521 cc dilakukan pada koleksi kebun, koleksi anggrek, koleksi sukulen, dan pembibitan, sedangkan untuk tanaman di lokasi koleksi kaktus pemberian insektisida disertai dengan pemberian fungisida sebanyak 3.348 cc. Pengendalian gulma dilakukan dengan membuang gulma pada 113 spesimen tanaman koleksi.


(48)

c. Kegiatan penyiangan

Kegiatan penyiangan dilakukan terhadap tanaman koleksi dan non koleksi, border dan koleksi tanaman herba serta pada koleksi anggrek, koleksi kaktus, koleksi sukulen, koleksi lumut, koleksi paku-pakuan, dan pembibitan. Kegiatan penyiangan dilakukan terhadap 22.211 spesimen dengan volume sebesar 74.083 m² petakan.

d. Kegiatan pemangkasan dan pemotongan rumput

Pemangkasan dilakukan pada tanaman non koleksi berupa tanaman ornament atau tanaman pagar. Kegiatan ini dilakukan pada lokasi seluas 13.734 m². Pemotongan rumput dengan menggunakan mesin rover, beaver dan babadan dilakukan pada lahan seluar 3.537.970 m².

e. Kegiatan penyiraman

Penyiraman pada tanaman di koleksi kebun dilakukan utamanya pada musim kemarau. Pada tanaman di koleksi rumah kaca dan lainnya penyiraman dilakukan secara rutin.

2. Pemeliharaan unit bengkel

Pemeliharaan pada unit ini lebih ditekankan terhadap pemeliharaan elemen keras (hardscape) yang berada di Kebun Raya Cibodas. Pekerjaan yang dilakukan oleh unit ini antara lain:

a. Pemeliharaan fisik (bangunan)

b. Pemeliharaan jalan, jembatan, dan lahan c. Pemeliharaan instalasi saluran air dan pagar d. Pemeliharaan instalasi listrik

e. Perawatan terhadap mesin pemotong rumput dan rover

4.7.2 Pengelolaan Sampah

Sampah yang dihasilkan di Kebun Raya Cibodas terdiri atas sampah organik dan sampah inorganik. Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan karena eksistensi kebun raya yang umumnya terdiri dari tumbuhan. Sedangkan sampah inorganik adalah sampah yang timbul karena kehadiran pengunjung selama berada


(49)

dalam kawasan kebun raya, yang umumnya terdiri dari kemasan pembungkus makanan dan miniman serta sisa-sisa makanan.

Jenis-jenis sampah inorganik yang ada di kebun raya cibodas dikelompokkan menjadi sampah plastik, sampah kertas, sampah logam. Sampah plastik meliputi sampah pembungkus makan dan minuman, kantong plastik dan botol plastik. Sampah organik yang ada di Kebun Raya Cibodas dikelompokkan menjadi sampah dedaunan, ranting atau dahan, sampah rumput dari kegiatan pemotongan rumput, dan batang-batang yang sudah lapuk karena sudah tua atau terserang penyakit. Sampah kertas meliputi kertas koran, kertas pembungkus makan atau karton kotak makanan dan minuman serta kardus. Sampah logam meliputi kaleng minuman dari alumunium, tutup botol, dan kaleng minuman lainnya.

Penanganan kebersihan di Kebun Raya Cibodas berada di bawah sub-unit koleksi, yang dikepalai pengawas dan pengamat kebersihan dan kompos yang bertugas menggerakkan pegawai bawahannya untuk melakukan penangan kebersihan seperti pembersihan, pengangkutan sampah, dan pengolahan lebih lanjut. Kegiatan pembersihan dilakukan setiap hari dengan penyapuan lapangan, jalan aspal, dan jalan gico. Untuk sampah organik yang biasanya diperoleh dari hasil penyapuan lapangan, jalan aspal, atau jalan gico dikumpulkan disepanjang tempat tersebut. Sedangkan sampah inorganik diperoleh dari pengumpulan sampah yang berada di tempat sampah yang sudah tersedia, kemudian dilakukan pengangkutan sehari sekali dengan menggunakan kendaraan ke tempat pembuangan akhir. Pengolahan lebih lanjut terhadap sampah organic di Kebun Raya Cibodas yaitu dengan pengomposan.

4.7.3 Perlindungan dan Pengawasan Kawasan

Kegiatan perlindungan dan pengawasan ini bertujuan untuk melindungi sumberdaya dalam kawasan dari berbagai macam gangguan serta memberikan membantu jika terdapat kesulitan yang dialami oleh para pengunjung yang melakukan aktivitas rekreasi. Perlindungan dan pengawasan lingkungan di Kebun Raya Cibodas dilakukan dengan cara patroli oleh satuan pengamanan (SATPAM)


(50)

yang menjalankan tugas rutin mengawasi dan menjaga kenyamanan, keamanan dan ketertiban dilingkungan KRC selama 1x24 jam. Satuan pengamanan ini terdiri dari 22 orang yang lima diantaranya merupakan tenaga harian lepas yang khusus dipekerjakan malam hari. Untuk mempermudah pelaksanaan tugas mereka, satuan ini dibagi dalam empat regu dengan pembagian waktu bertugas yang berbeda. Regu pertama terdiri dari lima orang yang bertugas pagi hari, dimulai dari pukul 06.30 hingga 14.00 WIB. Regu kedua juga terdiri dari lima orang dan bertugas di siang hari pada pukul 13.00 hingga 20.00 WIB. Regu ketiga terdiri dari enam orang yang bertugas di sore hari diantara pukul 19.00 hingga 06.30 WIB. Regu yang terakhir terdiri dari lima orang yang bertugas di hari libur (hari Sabtu dan Minggu) dan bertugas pagi dimulai dari pukul 06.30 hingga pukul 20.00 WIB. Dalam menjalankan tugasnya untuk mengawasi dan menjaga kenyamanan, keamanan dan ketertiban dilingkungan KRC, satuan pengamanan ini tidak difasilitasi kendaraan kendaraan patroli yang memadahi. Kendaraan yang tersedia hanya berupa tiga motor roda dua yang digunakan secara bergiliran oleh para petugas keamanan. Pos penjagaan juga sangat minim ditemukan dikawasan ini dan jikapun ada namun tidak ditemui adanya SATPAM yang menunggu pos tersebut.


(51)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Setting

Pengamatan dilakukan terdapat dua setting yang terdapat di KRC. Kedua

setting tersebut berada pada dua kawasan yang berbeda. Setting pertama merupakan

setting yang berada di kawasan koleksi yaitu Taman Sakura dan setting berikutnya berada di kawasan rekreasi yaitu Lawn. Lokasi kedua setting dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Gambar 5).


(52)

5.1.1 Taman Sakura

Taman Sakura memiliki luas areal sebesar ± 7.000 m² dan berada di vak XX.B yang berdekatan dengan obyek wisata lainnya, yaitu Taman Rhododendron, Jalan Air, dan Air Terjun Cibogo (Gambar 6). Keunikan jenis koleksi serta lokasi Taman Sakura yang berdekatan dengan obyek wisata lainnya menyebabkan setting

ini ramai dikunjungi oleh para wisatawan.

Gambar 6. Lokasi Taman Sakura

Aktivitas yang mendominasi setting ini adalah kegiatan rekreasi dan kegiatan piknik yang dilakukan oleh perorangan maupun berkelompok. Kegiatan rekreasi yang biasa dilakukan adalah bermain air, berenang, maupun mengabadikan gambar di

setting ini. Perancangan yang kurang tepat pada setting ini menyebabkan terdapatnya pemusatan lokasi beraktivitas, sehingga terdapat bagian yang kelebihan daya dukung dan bagian yang jarang dikunjungi. Lokasi yang sering dimanfaatkan oleh para wisatawan berada di daerah timur hingga selatan setting dan lokasi yang jarang dikunjungi berada di sebelah utara setting (Gambar 7).


(53)

Gambar 7. Penyebaran Pengunjung pada Setting Taman Sakura

Koleksi sakura merupakan hal utama yang menjadi daya tarik setting dan merupakan tanaman utama penyusun yang menyusun lanskapnya. Terdapat sebanyak 250 pohon sakura pada setting ini. Setting Taman Sakura memiliki 5 spesies sakura, yaitu Prunus Cerasoides (121 pohon), Prunus Campulata (124 pohon), Prunus Yamasakura (1 pohon), Prunus spp. (3 pohon), dan Prunus Xydoensis (1 pohon).

Prunus Yamasakura, Prunus spp., dan Prunus Xydoensis merupakan spesies sakura berasal dari Jepang dan dua jenis lainnya merupakan spesies lokal yang berasal dari Indonesia. Sakura memiliki bunga dengan warna merah muda yang menarik, namun pada saat penelitian ini berlangsung pohon sakura tidak pada musim berbunga. Pohon sakura pada setting ini, didominasi oleh tanaman muda yang tingginya dibawah 2 meter dengan tinggi rata-rata percabangan pertama pohon sakura dari tanah adalah 0,3 meter, sehingga ranting, daun, dan bunga berada pada ketinggian rata-rata antara 0,3 meter hingga 2 meter. Ketinggian ini merupakan ketinggian yang berada pada daerah jangkauan tangan manusia. Pohon sakura dengan ketinggian diatas 2 meter memiliki ketinggian rata-rata 3 meter dengan tinggi rata-rata percabangan pertama pohon sakura dari tanah adalah 0,7 meter, dan ketinggian ranting, daun, dan bunga juga berada pada daerah jangkauan tangan manusia.


(54)

Gambar 8. Peta Taman Sakura

Selain pohon sakura, juga didapati tanaman lain yang menjadi penyusun utama lanskap areal ini seperti pohon kecrutan (1 pohon), palem merah (14 pohon), pakis monyet (5 pohon), pangkas kuning (12 semak), cemara kipas (8 pohon), dan rumput paetan. Pohon kecrutan memiliki bunga berwarna jingga dengan ketinggian 8 meter. Palem merah yang berada di setting ini terdapat di tiga titik yang berbeda dimana disetiap lokasinya terdiri dari 4-6 pohon palem merah dengan ketinggian rata-rata 3 meter. Semak pangkas kuning yang berada di setting ini, hanya dapat ditemui pada ulangan pertama dan kedua kemudian dalam pengamatan diulangan selanjutnya obyek ini dipangkas habis oleh pihak pengelola kawasan, sehingga tidak didapati adanya aksi vandalisme yang menjadikan obyek ini sebagai sasaran pada ulangan selanjutnya. Pemangkasan ini dilakukan karena tanaman tersebut dalam kondisi yang tidak sehat sehingga nampak berupa ranting kering.

Hal lain yang menunjang daya tarik areal ini adalah sungai buatan yang aliran airnya berasal dari jalan air. Setting ini dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang


(1)

pada taman sakura, setting ini merupakan salah satu vantage point Kebun Raya Cibodas yang selalu ramai oleh pengunjung sehingga dapat diketahui bahwa aksi vandalisme yang dilakukan pada setting ini tidak dipengaruhi oleh keberadaan setting yang terletak pada lokasi yang sepi. Tapak ini memiliki perancangan setting yang terbuka sehingga tidak ditemukan lokasi terpencil yang sulit umtuk diakses. Hal ini turut mendukung minimnya aksi vandalisme 1 yang dilakukan pada setting lawn. Tingginya jumlah kunjungan serta perancangan setting yang terbuka menyebabkan mempermudah dan meningkatkan pengawasan dari berbagai pihak. Aksi vandalisme lebih banyak dilakukan pada lokasi dengan pengawasan yang minim karena dapat meminimalkan rasa malu yang diperoleh pelaku vandalisme apabila terkena teguran akibat perilaku vandalisme mereka serta mengurangi kekhawatiran mereka untuk dilaporkan ke pihak yang berwenang. Sikap lainnya yang dinyatakan oleh pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas di setting lawn bahwa keberadaan coretan terdahulu yang terdapat pada setting ini cukup mendorong mereka untuk melakukan vandalisme menulis atau menggambar yang serupa pada obyek tersebut. Data ini merupakan gambaran bahwa pada setting lawn tidak banyak terdapat tulisan dan gambar terdahulu yang akan memicu calon pelaku vandalisme mencoret-coret lainnya, dan dapat menjelaskan bahwa faktor ini bukan faktor utama yang menjadi pendorong para pelaku vandalisme di setting ini untuk melakukan tindakan menulis atau menggambar pada fasilitas. Pernyataan sikap para pelaku vandalisme ini didukung oleh kenyataan dilapang dimana tidak didapatinya banyak coretan yang ditemukan pada fasilitas di setting ini, sehingga dapat meminimalisasi aksi vandalisme tipe 1 yang selanjutnya. Dalam pengambilan video diketahui bahwa jumlah aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas di setting Taman Sakura dan lawn sama besarnya, padahal berdasarkan kondisi dilapang diketahui bahwa vandalisme tulisan dan atau gambaran yang berada pada fasilitas di Taman Sakura lebih banyak dibandingkan dengan vandalisme tulisan dan atau gambaran yang berada pada fasilitas di Lawn. Perbedaan ini disebabkan oleh keterbatasan waktu penelitian sehingga didapatkan data vandalisme yang kurang menunjang.


(2)

5.5 Implementasi Pengelolaan

Dalam penelitian ini dapat diketahui perancangan setting yang kurang tepat pada taman sakura dan lawn yang mendorong para pelaku vandalisme untuk melakukan aksi vandalisme terhadap suatu setting. Untuk mengurangi jumlah aksi vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung akibat kurang tepatnya setting dari kawasan ini maka hendaknya dilakukan suatu pengelolaan kawasan yang tepat. Dalam penanganan aksi vandalisme pada kedua setting ini dapat dilakukan pendekatan melalui aspek fungsi (function), bentuk (form) dan organisasi (organization) (Zahnd, 1999).

5.5.1 Fungsi

Penanganan aksi vandalisme melalui pendekatan dari aspek fungsi (function) dapat dilakukan dengan mengembalikan fungsi dari suatu peruntukan, baik itu peruntukan tapak maupun elemen taman yang menyusunnya. Dalam penelitian ini dapat dilakukan beberapa penangan vandalisme melalui pendekatan fungsi yaitu dengan cara:

1. Untuk aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas yang melakukan aksi karena terdorong oleh adanya fasilitas yang terletak pada lokasi yang sepi dapat di atasi dengan mendistribusikan tingginya kepadatan. Pada setting taman sakura, mendistribusikan kepadatan dapat dilakukan dengan mengarahkan pengunjung dari tingkat kepadatan yang tinggi dibagian barat dan utara setting ke bagian timur setting. Sedangkan pada setting lawn tidak perlu dilakukan pendistribusian kepadatan pengunjung karena kepadatan pengunjung pada setting ini sudah terdistribusi dengan baik.

2. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman yang dilakukan karena dorongan dari penempatan dan ukuran tanaman yang mudah dijangkau oleh tangan serta karena terdapat beberapa tanaman yang memiliki bagian yang menarik untuk dimiliki dapat di atasi dengan memberikan ruang pembatas antara tanaman dengan ruang aktivitas manusia. Ruang tersebut dapat menjadi “tanda” bahwa area tersebut tidak untuk didekati.


(3)

5.5.2 Bentuk

Aksi vandalisme dapat dikurangi bahkan diatasi dengan melalui pendekatan dari aspek bentuk (form) yaitu:

1. Untuk aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas yang aksi karena terdorong oleh adanya fasilitas yang terletak pada lokasi yang sepi dapat di atasi dengan menciptakan suatu obyek wisata ataupun elemen taman pada lokasi yang sepi yang dapat menarik minat pengunjung sehingga terjadi distribusi pengunjung yang merata pada seluruh bagian setting.

2. Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas yang disebabkan karena fasilitas berada pada lokasi yang sepi adalah mengakomodir pergerakan pengunjung dengan menyediakan jalur sirkulasi agar tidak ditemukan adanya lokasi yang sepi yang menunjang aksi vandalisme ini.

3. Untuk mencegahan aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas yang serupa pada setting ini, dapat disediakan suatu media yang diletakkan dalam setting ini untuk menulis atau menggambar.

4. Untuk aksi vandalisme memindahkan fasilitas yang dilakukan karena terdorong oleh struktur dari fasilitas tersebut yang tidak permanen dengan cara menanam pondasi fasilitas besi penyanggah dalam tanah atau memberi perkerasan pada dasar dari fasilitas ini.

5. Penanganan aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pembatas tanaman yang terbuat dari material yang kokoh, tahan lama, dan memerlukan pemeliharaan yang rendah.

6. Penangan terhadap aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya pada kedua setting dilakukan dengan cara menambah ketersediaan tempat sampah di dalam setting. Tempat sampah tersebut hendaknya tersebar merata diseluruh bagian setting dan menempatkannya pada jarak yang tidak terlalu jauh sehingga mudah dijangkau.


(4)

5.5.3 Kelembagaan

Penanganan aksi vandalisme yang dapat dilakukan melalui pendekatan dari aspek kelembagaan (organization) adalah:

1. Menerapkan dan mensosialisasikan peraturan yang berkenaan dengan aksi vandalisme yang berlaku pada kawasan.

2. Menindak tegas pelaku vandalisme dengan sanksi atau hukuman yang telah ditetapkan.

3. Melakukan pengawasan kawasan yang dilakukan oleh pihak pengelola.

4. Melibatkan pengawasan langsung dari pengunjung agar mencegah perilaku vandalisme yang akan terjadi.

5. Melakukan pendidikan terhadap pengunjung yang bersifat penyuluhan terus-menerus yang dilakukan agar adanya kesadaran untuk sama-sama menjaga keberlangsungan kawasan ini dari ancaman vandalisme. Sasaran utama dari pendidikan ini adalah laki-laki dengan usia remaja (14-20 tahun). Penentuan sasaran utama ini tidak berarti bahwa pendidikan hanya ditetapkan bagi kategori tersebut namun juga perlu ditetapkan kepada pengunjung dari kategori yang lain. 6. Melakukan penganan cepat terhadap aksi vandalisme yang terjadi. Untuk aksi

vandalisme menulis atau menggambar hendaknya segera diatasi dengan suatu perbaikan atau penanganan cepat atas aksi pengrusakan ini. Pada kedua setting dapat dilakukan perbaikan segera dengan cara penghapus atau menghilangkan tulisan atau gambar pada fasilitas yang menjadi sasaran aksi vandalisme ini. 7. Melakukan pengangkutan sampah secara teratur dan lebih intensif terutama pada


(5)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Setting lawn memiliki jumlah aksi vandalisme yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan setting taman sakura. Pada setting taman sakura ditemukan sebesar 114 perilaku vandalisme dan pada setting lawn ditemukan sebanyak 150 perilaku vandalisme. Jumlah kombinasi vandalisme yang dilakukan pada setting lawn juga lebih beragam dibandingkan dengan setting taman sakura yang cenderung stabil dengan kombinasi 2 aksi vandalisme. Aksi vandalisme pada setting taman sakura yang terlihat dalam penelitian ini adalah menulis atau menggambar pada fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya. Sedangkan aksi vandalisme yang terlihat pada setting lawn adalah menulis atau menggambar pada fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya.

Faktor yang mendorong pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas pada taman sakura adalah karena terdorong oleh adanya fasilitas yang terletak pada lokasi yang sepi dan karena sebelumnya sudah didapati adanya tulisan ataupun gambar pada fasilitas tersebut. Sedangkan faktor yang mendorong pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas pada lawn adalah karena sebelumnya sudah didapati adanya tulisan ataupun gambar pada fasilitas tersebut. Pelaku aksi vandalisme memindahkan fasilitas pada setting lawn terdorong oleh terdorong oleh struktur dari fasilitas tersebut yang tidak permanen. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari penempatan dan ukuran tanaman yang mudah dijangkau oleh tangan serta karena terdapat beberapa tanaman yang memiliki bagian yang menarik untuk dimiliki. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting lawn, dilakukan atas dasar rasionalitas yang sama dengan rasionalitas pad setting taman sakura. Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari minimnya


(6)

ketersediaan tempat sampah pada setting ini. Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari minimnya ketersediaan tempat sampah pada setting ini dan karena sudah terdapat sampah yang dibuang pada lokasi tersebut. Untuk mengatasi permasalahan vandalisme ini hendaknya dilakukan suatu sistem pengelollan kawasan yang memperhatikan function (fungsi), form (bentukan), dan organization (kelembagaan).

6.2 Saran

Hendaknya dilakukan suatu perbaikan dan peningkatan sistem pengelolaan kawasan dalam KRC. Untuk mengatasi aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas dilakukan dengan mendistribusikan kepadatan pengunjung dan keramaian serta melakukan penangana cepat apabila ditemukan suatu coretan. Untuk mengatasi aksi vandalisme memindahkan fasilitas hendaknya dilakukan suatu perbaikan terhadap struktur faslitas tersebut. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman diatasi dengan cara memberikan ruang pembatas antara tanaman tersebut dengan ruang disekitarnya. Vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya dapat diatasi dengan menambah ketersedian tempat sampah dan dengan kesegeraan untuk membersihkan dan mengangkut sampah yang telah menumpuk.