Pengelolaan Taman dan Kawasan Wisata

1. pelayanan, inventarisasi, eksplorasi, konservasi, dan reintroduksi jenis tumbuhan yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi, pengembangan dan pendokumentasian biodata jenis tumbuhan koleksi yang berkaitan dengan konservasi ex-situ; 2. pemberian pelayanan jasa ilmiah, pemasyarakatan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi tumbuhan dan introduksi tumbuhan; 3. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Seperti yang telah dijabarkan di atas, kebun raya memiliki beragam tugas dan fungsi yang salah satunya adalah sebagai tempat konservasi ex-situ yang memiliki beragam tanaman koleksi di dalamnya. Tanaman koleksi yang akan ditanam di kebun raya mempunyai kriteria tertentu dengan melalui tahapan-tahapan pemilihan serta memiliki kelengkapan data sehingga mempunyai nilai di bidang ilmu pengetahuan. Selain sebagai kebun pengembangan tanaman berpotensi ekonomi, kebun raya juga berkembang menjadi sebuah lembaga ilmiah yang berperan penting dalam konservasi tumbuhan. Tanaman-tanaman koleksi ini ditanam dengan memperhatikan penataan berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmu pertamanan sehingga memberikan keindahan. Keindahan dan muatan ilmiah yang dimiliki oleh kebun raya menarik minat masyarakat luas untuk mengunjunginya dan menjadikannya sebagai tempat rekreasi dan tempat untuk mempelajari botani.

2.4 Pengelolaan Taman dan Kawasan Wisata

Pengelolaan taman dan kawasan wisata dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk menjaga taman dan area rekreasi serta fasilitas yang berada di dalamnya atau di sekitarnya setepat mungkin Sternloff dan Warren, 1984. Pengertian pengelolaan kawasan menurut Mackinnon 1990 dalam Murtiartini 1999 adalah suatu tindakan baik fisik maupun administrasi yang dilakukan guna mempertahankan, mengamankan, dan melestarikan lanskap suatu kawasan. Dalam Murtiartini 1999 sistem pengelolaan kawasan perlu dilakukan untuk mendukung keberadaan kawasan wisata agar dapat. 1. menciptakan suasana yang menyenangkan, aman, nyaman, dan menyajikan kemudahan bagi para wisatawan. 2. menciptakan dan melindungi nilai estetika dari lanskap kawasan. 3. memelihara kelangsungan hidup tradisi dan seni budaya yang berada didalamnya maupun disekitarnya. 4. menciptakan suatu kondisi yang menghindarimelestarikan pengaruh negatif dari kegiatan wisata. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada obyek wisata alam dalam jumlah besar dan kontinyu akan mengganggu atau merusak ekosistem dan nilai estetika kawasan sehingga diperlukan suatu sistem pengelolaan yang dapat menangani hal ini Mariana, 1992. Penetapan sistem pengelolaan taman dan kawasan wisata tidak dapat persis dilaksanakan sama pada setiap taman dan kawasan wisata yang lainnya. Pada setiap taman dan kawasan wisata terdapat suatu sistem pengelolaan yang tepat dan spesifik untuk dilaksanakan di kawasan tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan letak geografi, fasilitas yang akan dikelola, program wisata yang ditawarkan, dan karakteristik wisatawan yang berkuunjung Sternloff dan Warren, 1984. Meskipun terdapat beberapa perbedaan yang mempengaruhi penetapan sistem pengelolaan masing-masing kawasan namun terdapat prinsip dasar yang menjadi landasan utama untuk menetapkan sistem pengelolaan yang efektif. Prinsip pengelolaan dan pemeliharaan kawasan wisata tersebut adalah sebagai berikut. 1. tujuan dan standar pengelolaan yang ditetapkan. 2. pemeliharaan harus memperhatikan pertimbangan ekonomi dalam hal waktu, tenaga kerja, peralatan, dan bahan. 3. pelaksanaan program pemeliharaan harus berdasarkan pada rencana pengelolaan. 4. penjadwalan rencana kerja pengelolaan harus berdasarkan pada prioritas dan memperhatikan kepentingan politik. 5. semua divisi yang terlibat dalam pengelolaan harus menempatkan perhatian lebih terhadap sistem pengelolaan pencegahan. 6. departemen pengelola harus terorganisir dengan baik. 7. departemen pengelola taman dan kawasan wisata harus didukung oleh sumber daya fiskal yang memadai untuk mendukung program pemeliharaan. 8. departemen pengelola taman dan kawasan wisata harus didukung oleh sumber daya manusia untuk melaksanakan program pemeliharaan. 9. program pengelolaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan. 10. departemen pengelolaan memiliki tanggung jawab untuk menjaga keselamatan publik dan pekerjannya. 11. desain dan kostruksi dari fasilitas menjadi pertimbangan utama dalam pemeliharaan taman dan kawasan wisata. 12. para pegawai bertanggung jawab terhadap pencitraan taman dan kawasan wisata. Prinsip-prinsip di atas dapat memberikan masukan untuk menetapkan garis besar dari program pengelolaan. Prinsip tersebut juga dapat digunakan sebagai standar ukuran keefektifan dari program pengelolaan yang telah berjalan. Jika salah satu dari prinsip pengelolaan tidak ditepati, akan menyebabkan timbulnya gangguan serius dalam menyediaan pelayanan yang berkualitas oleh pengelolaan taman dan kawasan wisata. Secara umum, program pengelolaan kawasan dapat direncanakan dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi fasilitas dan peralatan kawasan wisata, penyusunan perencanaan pemeliharaan rutin, penyusunan perencanaan peralatan untuk pemeliharaan intensif, dan penyusunan jadwal serta cara pemeliharaan preventif. Dilakukan tiga pendekatan untuk menetapkan masukan bagi pengelolaan yang berdasarkan pada Zahnd 1999, yaitu pendekatan bentuk, fungsi, dan kelembagaan atau organisasi. Pendekatan pertama adalah dalam hal bentuk form, pendekatan ini mengarahkan pengelolaan untuk memelihara bentukan fisik dari desain kawasan agar tidak berubah dari perancangan awal. Pendekatan kedua adalah dalam hal fungsi function yang mengarahkan pengelolaan agar mengacu pada tujuan dari perencanaan kawasan. Pendekatan ini berusaha untuk menjaga dan memelihara agar tujuan dan fungsi dari kawasan ini tidak berubah. Pendekatan yang terakhir adalah dalam hal kelembagaan organization dengan tujuan untuk mengarahkan pengelolaan agar pengelola kawasan dapat terorganisir dengan baik sehingga program pengelolaan ini dapat berjalan.

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Februari hingga bulan Agustus 2010. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas KRC yang secara administratif terletak di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat Gambar 3. Gambar 3. Lokasi Penelitian