Waktu dan Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Ruang Lingkup Penelitian

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Februari hingga bulan Agustus 2010. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas KRC yang secara administratif terletak di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat Gambar 3. Gambar 3. Lokasi Penelitian

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kertas pertanyaan kuesioner, kamera digital, komputer, dan software pengelolaan data Microsoft Excel dan SPSS. Bahan yang dibutuhkan untuk keperluan adalah data primer umur pelaku vandalisme, tingkat pendidikan pelaku vandalisme, pekerjaan pelaku vandalisme, jumlah pelaku vandalisme, aktivitas vandalisme yang dilakukan, obyek yang dikenai vandalimse, peralatan yang digunakan untuk melakukan vandalisme, dan faktor yang mendorong untuk melakukan vandalisme dan data yang dimiliki oleh pihak pengelola kawasan berupa data sekunder kondisi umum kawasan dan setting penelitian, sistem pengelolaan kawasan, peta dasar, peta titik tanam, dan peta fasilitas.

3.3 Tahapan Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan terbagi atas tiga tahapan utama. Tahap pertama adalah tahap prasurvei untuk menentukan landasan penelitian, dilanjutkan dengan tahap kedua, yakni tahap survei lapang untuk mengumpulkan data dan pengecekan di lapang. Tahap yang terakhir adalah tahap pascasurvei, yaitu tahap untuk mengelola dan menganalis data yang telah dikompilasi.

3.3.1 Prasurvei

Tahap prasurvei bertujuan menentukan landasan utama penelitian yang mencakup penetapan tujuan penelitian, penyusunan rencana kerja, penentuan lokasi penelitian, penyusunan anggaran biaya, dan pengumpulan informasi yang diperlukan untuk memulai penelitian. Setelah menentukan landasan utama penelitian, dilakukan penyusunan proposal penelitian, dan pengurusan izin penelitian. Pada tahap prasurvei, penelitian pada kawasan KRC dibagi dalam dua setting yang pembagiannya didasarkan pada penetapan kawasan yang telah ditentukan oleh pengelola, yaitu kawasan koleksi dan kawasan rekreasi. Setting yang akan dipilih mewakili kriteria tersebut harus merupakan areal yang memiliki kemiripan obyek yang diamati dengan intensitas kunjungan tinggi dan berpotensi terhadap vandalisme yang akan dilakukan oleh pengunjung. Berdasarkan kriteria tersebut, terpilihlah dua vak didalam KRC, yaitu : 1. Setting Koleksi Setting ini merupakan lokasi yang peruntukan utamanya untuk koleksi tanaman tertentu. Lokasi yang terpilih untuk mewakili setting ini adalah Taman Sakura. Lokasi setting ini berada pada vak XX.B, yaitu di sebelah selatan Taman Rhododendron, di sebelah timur Jalan Air, dan di sebelah barat laut Air Terjun Ciismun. 2. Setting Rekreasi Setting ini merupakan lokasi yang peruntukkan utamanya sebagai area rekreasi yang berada di dalam KRC. Setting yang terpilih untuk mewakili zona ini adalah setting lawn. Setting ini berada pada vak VI.B, yaitu di sebelah barat kolam besar.

3.3.2 Survei Lapang

Tahap survei lapang merupakan tahap pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengecekan lapang melalui pengamatan langsung dan perekaman aktivitas pelaku vandalisme melalui video, kuesioner, serta wawancara. Survei lapang dilaksanakan selama 3,5 bulan mulai dari bulan Maret hingga Juni 2010. Pelaksanaannya dilakukan pada akhir pekan dan hari libur. Pemilihan waktu penelitian pada akhir pekan dan hari libur didasarkan karena tingginya intensitas pengunjung pada hari tersebut sehingga dapat diasumsikan bahwa peluang tindakan vandalisme akan lebih besar. Data sekunder yang dikumpulkan mengacu pada data yang dimiliki oleh pihak pengelola kawasan berupa data fisik peta dasar, peta titik tanam, jenis dan jumlah vegetasi penyusun, serta peta fasilitas dan utilitas dan data sosial keadaan umum lokasi, jumlah pengunjung, dan sistem pengelolaan. Data sekunder juga diperoleh melalui studi pustaka untuk mendapatkan data yang dapat menunjang data primer. 1. Pengamatan Lapang Pengamatan lapang dalam penelitian ini merupakan metode pengamatan melalui pengambilan video dan turun lapang. Pengambilan video dilakukan dengan cara merekam aktivitas yang dilakukan oleh para pengunjung melalui kamera digital pada spot tertentu yang dapat mencakup view ke arah obyek penelitian. Perekaman video dilakukan agar aktivitas vandalisme yang dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang cepat dapat terdata. Selain itu dengan melakukan pengamatan langsung akan diperolehnya data jumlah pelaku vandalisme, tindakan vandalisme yang dilakukan, dan obyek yang dikenai perilaku vandalisme meskipun subyek tidak mau berkomunikasi baik karena takut, tidak ada waktu, maupun enggan. Dalam penelitian ini terdapat empat aktivitas vandalisme yang diamati, yaitu: 1. menulis atau menggambar pada bagian fasilitas, 2. memindahkan fasilitas, 3. mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan 4. membuang sampah tidak pada tempatnya. Terdapat sepuluh obyek dari tindakan vandalisme yang diamati pada kedua setting tersebut. Obyek yang diamati dalam penelitian ini adalah pohon, semak, ground cover , gazebo, jembatan, media informasi, papan nama tanaman, besi penyanggah, bangku taman, dan tempat sampah. Pada setting taman sakura tidak terdapat bangku taman yang dapat diamati pada setting ini. Sedangkan pada setting lawn tidak ditemukannya semak, gazebo, dan jembatan yang berada pada setting ini. Prosedur pengamatan lapang dilakukan selama 10 kali ulangan yang diambil pada akhir pekan dan hari libur, tepatnya pada tanggal 20, 21, 27, dan 28 Maret, 2, 3, 4, 17, dan 18 April, dan 1 Mei 2010. Pengamatan lapang dilakukan pada jam dengan tingkat kunjungan teramai, yaitu pada pukul 10.00-14.00 WIB. Pengambilan video dilakukan selama ± 30 menit pada tiap vak yang dibagi dalam tiga spot pengamatan dengan waktu pengambilan video di tiap spotnya dilakukan selama kurang lebih 10 menit. Untuk menunjang data yang diperoleh dalam pengamatan lapang, juga dilakukan pengamatan secara langsung yang dilakukan setelah pengambilan video. Pengamatan langsung dilakukan selama 10 menit dengan berkeliling di dalam areal dan mengamati perilaku vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung. Pengamatan langsung dilakukan untuk mendata perilaku vandalisme yang dilakukan pada lokasi yang mungkin tidak terekam oleh kamera dan untuk mendata perilaku vandalisme yang dilakukan pada lokasi yang terekam, tetapi kurang begitu jelas terlihat dalam video. 2. Kuesioner Penyebaran kuesioner dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong para pengunjung dalam melakukan tindakan vandalisme. Pembagian kuesioner juga dilakukan untuk memperoleh data mengenai latar belakang pengunjung umur, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir dan faktor lingkungan yang mempengaruhi. Teknik sampling yang digunakan dalam pembagian kuesioner adalah nonprobability sampling, yaitu anggota dalam populasi tidak memiliki peluang atau kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Teknik nonprobability sampling yang dipilih adalah sampling kuota, yaitu dengan menentukan jumlah sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan Sugiyono, 2009. Pembagian kuesioner dilakukan di dua zona yang telah ditetapkan sebagai areal penelitian, yaitu Taman Sakura dan Lawn. Jumlah keseluruhan kuesioner yang dibagikan sebanyak 80 kuesioner yang pada masing-masing zona dibagikan sebanyak 40 kuesioner yang terdiri dari 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang menulis atau menggambar pada bagian fasilitas, 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang memindahkan fasilitas, 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang mematahkan atau mengambil bagian tanaman, dan 10 kuesioner untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku tindakan vandalisme yang membuang sampah tidak pada tempatnya Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Responden Kuesioner No. Aktifitas Vandalisme Taman Sakura reponden Lawn responden Jumlah responden 1 Menulis atau menggambar pada fasilitas atau tanaman 10 10 2 Memindahkan fasilitas 10 10 3 Mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman 10 10 4 Membuang sampah tidak pada tempatnya 10 10 Jumlah 40 40 80 Dalam pembagian kuesioner, terlebih dahulu dilakukan pengamatan lapang untuk mengetahui calon responden yang memenuhi kriteria untuk mengisi kuesioner. Kriteria responden yang dapat mengisi kuesioner adalah orang yang didapati sedang melakukan tindakan vandalisme dalam pengamatan lapang dengan batasan usia 10 tahun ke atas dan dapat menulis serta membaca. Setelah diketahui bahwa subjek tersebut melakukan tindakan vandalisme, kuesioner kemudian diserahkan kepada responden untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku aksi vandalisme memindahkan fasilitas pada setting taman sakura diambil responden yang berasal dari pelaku vandalisme pada setting lawn yang pernah berkunjung ke setting taman sakura. Pemilihan calon responden yang berbeda untuk aksi vandalisme memindahkan fasilitas pada taman sakura disebabkan karena tidak ditemukannya pelaku vandalisme yang memindahkan fasilitas pada setting taman sakura selama kegiatan survei ini berlangsung. Untuk aksi vandalisme ini, ingin diketahui faktor lingkungan yang mendorong pelaku vandalisme ini tidak melakukan aksi vandalisme di taman sakura.

3.3.3 Pascasurvei

Dalam penelitian ini, dilakukan metode analisis dengan menggunakan analisis data eksploratif dari submenu statistik deskriptif. Analisis data eksploratif dilakukan untuk menganalisis data yang berasal dari pengamatan lapang dengan tujuan untuk memeriksa lebih teliti sekelompok data. Proses penyajian data dilakukan dengan pengidentifikasi perilaku dan obyek yang dikenai vandalisme dalam pengamatan langsung dan video ke dalam bentuk data kuantitatif. Data ini kemudian dimasukkan ke dalam Microsoft Excel untuk memperoleh keluaran berupa tabel jumlah dan ragam aktifitas vandalisme serta tabel jumlah dan ragam obyek yang dikenai vandalisme. Data juga diolah ke dalam SPSS untuk memperoleh keluaran berupa boxplot. Boxplot merupakan teknik penyajian data yang dapat menyajikan kesimetrikan penyebaran data dan keanehan data walaupun data aslinya tidak ditampilkan Santoso, 2003. Boxplot memiliki sifat yang tahan terhadap gangguan beberapa data besar tanpa merusak nilai median, nilai kuartil, dan bentuk kotak dalam boxplot . Sifat ketahanan ini menyebabkan boxplot menarik untuk digunakan dalam analisis data eksplorasi. Tampilan dari beberapa boxplot secara bersamaan dapat mempermudah proses perbandingan beberapa kelompok data sehingga dapat langsung diketahui perbedaan dan persamaannya. Boxplot disajikan dalam lima buah batas, yaitu nilai terkecil min, Kuartil 1, Kuartil 2 median, Kuartil 3, dan nilai terbesar maks sebagai pada gambar dibawah ini Gambar 4. BB Q 1 Q 2 Q 3 BA Gambar 4. Bentuk Boxplot secara Horizontal Keterangan : Q 1 , Q 2 , Q 3 adalah kuartil 1, 2, dan 3. BB = Batas Bawah Q 3 - Q 3 -Q 1 . BA = Batas Atas Q 3 + Q 3 -Q 1 . Boxplot dapat memberikan informasi tentang lokasi pemusatan data, rentang penyebaran, kemiringan, atau kecondongan pola sebaran, kemenjuluran data atau panjang ekor, dan data pencilan Emerson dan Strenio, 1983. Penciri numerik yang penting adalah ukuran pemusatan data yang berupa nilai tempat sebagian besar data mengumpul dan ukuran penyebaran data yang menunjukkan besarnya rentangan dari titik pusatnya. Lokasi pemusatan data diwakili oleh nilai median yang dapat dilihat dari nilai garis yang berada dalam kotak, sedangkan rentangan penyebaran dapat dilihat dari panjangnya kotak yang merupakan jarak antarkuartil. Pada umumnya kumpulan data yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap suatu peubah memiliki nilai yang tidak persis sama satu dengan lainnya. Variasi atau keberagaman nilai-nilai pengamatan dapat kita lihat melalui pola sebaran datanya Aunuddin, 1989. Kemiringan atau kecondongan dari pola sebaran data dapat dilihat dari posisi median di dalam kotak. Apabila median terletak lebih dekat dengan Kuartil 1 Q 1 , menunjukkan adanya suatu sebaran dengan kemiringan positif atau memanjang ke arah nilai-nilai yang besar dan kemiringan negatif terjadi bila posisi median lebih dekat dengan Kuartil 3 Q 3 . Kemenjuluran data atau panjang ekor diwakili oleh panjang garis yang menjulur keluar dari kotak dan menjadi petunjuk adanya data yang agak jauh dari kumpulannya. Pencilan data merupakan data-data yang berada di luar batas dan dapat menunjukkan adanya nilai yang memencil. Pencilan data dapat dilihat dengan apakah terdapat melihat data yang terletak di batas bawah BB, sedangkan nilai yang berada di luar batas atas BA merupakan nilai ekstrim. Apabila kotak dalam boxplot tersebut tidak terbentuk, terdapat dua kemungkinan, yaitu data tersebut terpusat pada nilai nol atau data tersebut menyebar berupa nilai pencilan. Langkah dilakukan untuk membuat boxplot dengan menggunakan program SPSS, sebagai berikut. 1. buka lembaran kerja worksheet baru pada program SPSS. 2. masukkan data ke dalam lembar kerja SPSS. 3. pilih menu Analyze kemudian pilih submenu Descriptive Statistics dan pilih Explore . 4. isikan variable yang akan dijadikan Dependent List dan Factor List. 5. pilih Statistics kemudian pilih Descriptives, M-estimator dan Outliners, lalu pilih Continue. 6. kemudian pilih Plot, pada Box-Plot pilih Factor Levels Together, lalu pilih Continue . 7. pada Display, tandai pilihan Both lalu pilih OK.

3.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup yang menjadi pembatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. setting yang diamati dalam penelitian ini terdiri atas setting taman sakura dan setting lawn. 2. aktivitas vandalisme yang diamati adalah menggambar atau menulis pada fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya. 3. obyek vandalisme yang diamati terdiri dari 10 obyek, yaitu pohon, semak, ground cover , gazebo, jembatan, media informasi, papan nama tanaman, besi penyanggah, bangku taman, dan tempat sampah. 4. responden yang dapat mengisi kuesioner adalah orang yang didapati sedang melakukan tindakan vandalisme dalam pengamatan dengan batasan usia 10 tahun ke atas dan dapat menulis serta membaca. 5. faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalisme menggambar atau menulis pada fasilitas adalah setting berada pada lokasi yang sepi dan sudah didapati gambar atau tulisan yang berada pada setting tersebut. 6. faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalisme memindahkan fasilitas adalah struktur yang tidak permanen dan material yang rentan. 7. faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalisme mematahkan dan mengambil bagian dari tanaman adalah kemudahan untuk dijangkau dan keindahan atau keunikan dari bagian tanaman. 8. faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalismemembuang sampah sembarangan adalah minimnya tempat sampah dan sampah yang telah dibuang sembarangan sebelumnya.

BAB IV KONDISI UMUM

4.1 Sejarah Kebun Raya Cibodas

Pada awalnya Kebun Raya Cibodas dibuka sebagai areal percobaan penanaman kina Cinchona calisaya Wedd. yang pertama di Indonesia, tepatnya pada tanggal 11 April 1852. Penanaman kina tersebut dilakukan oleh Johanes Ellias Teysmann, yang ketika itu menjabat sebagai Hortulanus Direktur Kebun Raya Bogor. Pada tanggal 4 Desember 1852, J.K. Hasskarl diperintahkan untuk mengeksplorasi kina yang terdapat di Amerika Selatan dan menjadikan kina tersebut sebagai koleksi untuk ditanam di Pegunungan Tjibodas. Dalam perjalanan tersebut, Hasskarl berhasil membawa 75 jenis tanaman kina yang kemudian diberi kepercayaan untuk mengurus budidaya kina tersebut. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Hasskarl diharuskan untuk bekerja terpisah dari organisasi induk lembaganya yaitu Kebun Raya Bogor. Sejak itulah dilakukan serah terima pemisahan Kebun Raya Cibodas dari Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1856, Dr. F. W. Junghuhn ditugaskan untuk mengelola budidaya kina yang ditanam di Pegunungan Tjibodas. Junghuhn berperdapat bahwa Tjibodas kurang sesuai untuk tanaman kina karena Pegunungan Tjibodas mengandung cadas dengan lapisan humus yang tipis sehingga perkebunan kina di dialihkan ke daerah Cinyiruan dan Cibeureum, yang terletak 50 km sebelah selatan Bandung. Pada tahun 1862, Johanes Ellias Teysmann melanjutkan penanaman di Kebun Raya Bogor dengan berbagai tanaman koleksi, baik tanaman asli dari Indonesia maupun tanaman- tanaman asli luar negeri. Penanaman tanaman introduksi yang berasal dari daerah subtropis menyebabkan Teysmann merasa kesulitan untuk mengatasi tanaman koleksi tersebut. Oleh karena itu, ia memindahkan tanaman koleksi ke Cibodas yang merupakan kawasan yang cocok untuk tanaman dataran tinggi basah dan tanaman dari negara subtropis. Kawasan ini dijadikan sebagai areal aklimatisasi penyesuaian iklim untuk jenis-jenis tanaman yang didatangkan dari luar negeri yang tidak dapat tumbuh baik di bogor khususnya tanaman yang hidup di dataran tinggi