Valuasi ekonomi sumberdaya alam Kebun Raya Cibodas

(1)

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM KEBUN RAYA CIBODAS

Oleh:

VIDYA MAHESI

A14304033

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(2)

RINGKASAN

VIDYA MAHESI. A14304033. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas. Dibawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA dan TUTUT SUNARMINTO.

Indonesia sebagai salah satu negara ekuator, kepulauan, dan hutan tropis basah terbesar ketiga di dunia, dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang terbesar di dunia, dan digolongkan sebagai salah satu megabiodiversity country. Meski luas daratannya hanya 1,32 persen luas bumi, Indonesia memiliki 17 persen spesies dunia dari mulai tumbuhan bunga, serangga, ikan, ampibia, reptilia, burung hingga binatang menyusui. Keanekaragaman ini memerlukan upaya untuk melestarikannya. Salah satu bentuk upaya untuk melestarikan sumberdaya alam tersebut adalah dengan melakukan upaya konservasi. Kebun Raya Cibodas (KRC) adalah salah satu bentuk kawasan konservasi ex-situ.

Adanya kawasan konservasi, baik berupa ex situ dan in situ telah memberikan banyak manfaat. Manfaat tersebut dapat yang berupa tangible, yang dapat diukur dan dapat juga berupa manfaat yang intangible, yaitu manfaat yang sulit diukur. Manfaat tangible dapat berupa manfaat yang berbentuk material yang dapat diraba, seperti kayu, rotan, getah dan lain-lain yang dapat bersifat ekonomis. Manfaat intangible berupa manfaat yang berbentuk immaterial atau tidak dapat diraba berupa rekreasi, pendidikan, fungsi hidrologis, fungsi ekologis dan lain-lain.

KRC sebagai kawasan mempunyai fungsi terhadap lingkungan, yaitu sebagai penyedia jasa lingkungan, penyedia sumberdaya hayati (dalam hal ini flora) dan fungsinya sebagai tempat rekreasi. Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap manfaat sumberdaya alam dan belum banyaknya penilaian ekonomi secara kuantitatif dari manfaat tersebut, menyebabkan masyarakat belum melihat manfaat secara nyata dari adanya manfaat suatu kawasan konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menilai manfaat dari lingkungan yang bersifat tangible dan intangible agar masyarakat menyadari pentingnya lingkungan dan nantinya dapat berpartisipasi dalam pemeliharaan dan keberlanjutan lingkungan.

Nilai jasa lingkungan lebih besar dari nilai jual pohon atau tanaman (dalam tahun). Yang menjadi permasalahan adalah nilai jasa lingkungan tidak langsung dirasakan secara ekonomi. Nilai sumberdaya hayati dapat dikelompokkan berdasarkan nilai ekologi, nilai komersial dan nilai rekreasi. Nilai ekonomi wisata dari sisi permintaan wisata yang didekati dari biaya perjalanan adalah sebesar Rp. 109.326.386.400/tahun per tahun. Nilai ini masih rendah. Surplus konsumen wisata dengan metode biaya perjalanan sebesar Rp.22.727 per individu, sedangkan berdasarkan kesediaan membayar sebesar Rp.12.218 per individu. Adanya surplus konsumen, baik surplus wisata maupun diluar wisata dapat dijadikan acuan dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi.

Kawasan konservasi meliputi fungsi, jasa dan produk komponen keanekaragaman hayati yang dimiliki KRC, serta besarnya nilai ekonomi yang dihasilkan tidak akan dapat diperoleh secara lestari jika sumberdayanya yang bersangkutan tidak dikelola secara lestari. Dari gambaran di atas, dapat di ketahui bahwa keanekaragaman hayati berperan sangat penting dan vital untuk menjamin kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Mulai dari mutu udara,


(3)

mutu air, mutu tanah dan mutu lingkungan secara keseluruhan, hingga untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia, semuanya tergantung secara langsung maupun tak langsung pada sumberdaya hayati. Perlu adanya sosialisasi kepada masayarakat tentang pentingnya nilai jasa lingkungan. Kerja sama dan pembinaan industri kecil terutama yang memproduksi souvenir dan penjualan tanaman hias sebagai salah satu usaha pengembangan masyarakat khususnya peningkatan pendapatan dan usaha sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan direct use value. Setiap pohon di taman botani atau kebun raya berhak mempunyai nomor induk, label tanaman dan catatan kehidupannya. Contohnya KR Singapura memasang chip pada pohon-pohon dan tanaman yang penting. Malaysia memasang penangkal petir di setiap pohon yang diperhitungkan dan harus dilindungi. Pohon-pohon itu dipetakan, diasuransikan, dipromosikan dan benar-benar dipelihara karena begitu besar dan banyaknya jasa lingkungan yang dihasilkan oleh pohon.

Adanya metode penghitungan keanekaragaman hayati perlu diketahui oleh masyarakat, agar masyarakat dapat menentukan sikap apakah angka-angka yang dikemukakan dalam pernyataan mengenai kekayaan hayati itu benar dan berdasar. Sikap ini penting artinya dalam pengelolaan keanekaragaman hayati yang bersangkutan, sehingga dalam pengelolaan ini dapat dicapai hasil yang efektif. Nilai keberadaan suatu kawasan tidak hanya terletak pada nilai ekonomis semata, justru dari kelestarian kawasan itu dan pemanfaatannya sebagai objek wisata, pendidikan dan sebagai penopang kelangsungan kehidupan

Kata Kunci: Kebun Raya, Valuasi Ekonomi, Jasa Lingkungan, Keanekaragaman Hayati, Wisata


(4)

SUMMARY

VIDYA MAHESI. A14304033. Economic Valuation of Cibodas Botanical Garden Based on Environmental Services, Value of Resources Genetic and Demand for Ecotourism. Under Supervision of SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA and TUTUT SUNARMINTO.

Indonesia is an equator country, archipelago country and the third tropical forest in the world, known as country that has the biggest diversity of resources genetic in the world and as one of megabiodiversity country. Though it broadly only 1,32 percentage of wide world’s, Indonesia has 17 percentage of world’s species from flora, insects, fishes, amphibies, reptiles, birds to mammals. The diversity needs effort to make it sustain. One of the effort is by conservation. Cibodas Botanical Garden is one of ex-situ conservation.

By conservation, ex situ or in-situ have given many advantages. The advantages can be tangible, which is can be measured or intangible, which is unmeasured. The tangible advantages is the material one, such as woods, rattan, sap, etc. and has economics value. The intangible advantages is the immaterial, such as recreation, education, hydrology benefit, ecology, etc.

Cibodas Botanical Garden, as a place of conservation has ecology functions, such as environmental services, resources genetic (flora), and as a recreation place. Our society still have low understanding about the benefits of resources genetic and haven’t many research about it, so they didn’t feel the benefits. The objectives of this research were to valuate the environment which is tangible and intangible in order to the society realized how important and for the sustainability and keep our environment for the future.

Value of environment services was bigger than tangible benefit (in year). The problem is value of environmental services is invisible and can’t feel directly. The resources genetic can be classified based on value of ecology, value of commercial and value of recreation. The economic of recreation based on demand side was Rp. 109.326.386.400/year. This value is too low. Consumers surplus from tourism by travel cost approach was Rp.22.727/person, in the other hand, based on willingness to pay was Rp.12.218/person. This consumers surplus (in or out from tourism) could be as reference for developing and managing the place of conservation.

The place of conservation include function, services and component of diversity of resources genetic wasn’t lasting get if it doesn’t sustainable manage. From the research, we can conclude that diversity of resources genetic was very important and vital for assure of live and welfare of human. From the quality of air, soil and environment as a whole until for basic needs for human were depend directly or indirectly based on resources genetic. Socialiszation for society is a must in order our society know how important the environmental services. The cooperation and management development of small industry especially which is production souvenir and sales the flora as one effort of developing society to increase the direct use value. Every tree in botanical garden is have deserved registration number, label of plant and their history of live. For instance, at Singapore botanical garden is set the chip at every three and important plants. Malaysia were set arrestor in every tree that assurance. The trees were mapped, promoted and well safely in order to the trees have much value of environment services provided by threes.


(5)

The valuation of resources genetic is must known by our society in order to they know how important the resources genetic is and it’s really real. This attitude is important for managing the diversity of resources genetic, so that for management can be reach effective results. The existence value of conservation isn’t only based on value of economic, but also from the sustainability of that place and it’s utilization as edu-tourism, research and development and for supporting the life.

Key Words: Botanical Garden, Economic Valuation, Environmental Services, Resources Genetic, Tourism


(6)

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM KEBUN RAYA CIBODAS

VIDYA MAHESI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(7)

Judul Skripsi : Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas Nama : Vidya Mahesi

NRP : A14304033

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dosen Pembimbing 1, Dosen Pembimbing 2,

Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si. NIP. 130 367 086 NIP. 131 878 494

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019


(8)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini,

Bogor, Juni 2008

Vidya Mahesi NRP A14304033


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 26 Juli 1986 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Amri Ludji dan Hasneti Karmela. Penulis menyelesaikan sekolah menegah atas pada SMU N 3 Jambi tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Insitut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menuntut ilmu di IPB penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti Organisasi Mahasiswa Daerah Jambi Periode 2004-2008, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertaninan (BEM Faperta) sebagai Bendahara Periode 2006/2007, anggota UKM International Association for Agricultural Student and Related Science (IAAS) Periode 2005/2006, anggota Institut Pertanian Bogor Crisis Center (ICC) periode 2005/2006 serta aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan. Penulis juga menjadi asisten dosen dalam mata kuliah Ekonomi Umum selama empat semester dari tahun 2006 sampai 2008. Selain itu, penulis juga berkesempatan memperoleh beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik).

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas’ dibawah bimbingan Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja M.Sc, dan Ir. Tutut Sunarminto M.Si. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai dari bulan Maret sampai dengan Juni 2008. Pengambilan dan pengolahan data dilaksanakan selama dua bulan, dimulai dari bulan April sampai dengan Juni 2008.


(10)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Insitut Pertanian Bogor.

Skripsi dengan judul “Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas” dibimbing oleh Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc dan Bapak Ir. Tutut Sunarminto M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memvaluasi nilai ekonomi suatu kawasan konservasi, dalam hal ini kawasan konservasi ex-situ.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pengelola kawasan konservasi, khususnya kawasan konservasi ex-situ dalam mengelola dan mengapresiasi nilai sumberdaya yang mereka kelola. Selain itu, bagi masyarakat agar mereka mengetahui manfaat tangible dan intangible suatu kawasan. Penulis berharap semoga dengan penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa, masyarakat, pengelola kawasan konservasi, pemerhati lingkungan maupun bagi aparat pemerintah pusat dan daerah.

Sebagai sebuah tulisan ilmiah, studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap khasanah ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan ekonomi lingkungan. Penulisan ini tidak luput dari kesalahan sehingga saran serta kritik bagi penyempurnaan sangat diharapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan kajian ini berguna dan dapat diambil manfaatnya oleh yang memerlukan, Amin.

Bogor, Juni 2008


(11)

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM KEBUN RAYA CIBODAS

Oleh:

VIDYA MAHESI

A14304033

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(12)

RINGKASAN

VIDYA MAHESI. A14304033. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas. Dibawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA dan TUTUT SUNARMINTO.

Indonesia sebagai salah satu negara ekuator, kepulauan, dan hutan tropis basah terbesar ketiga di dunia, dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang terbesar di dunia, dan digolongkan sebagai salah satu megabiodiversity country. Meski luas daratannya hanya 1,32 persen luas bumi, Indonesia memiliki 17 persen spesies dunia dari mulai tumbuhan bunga, serangga, ikan, ampibia, reptilia, burung hingga binatang menyusui. Keanekaragaman ini memerlukan upaya untuk melestarikannya. Salah satu bentuk upaya untuk melestarikan sumberdaya alam tersebut adalah dengan melakukan upaya konservasi. Kebun Raya Cibodas (KRC) adalah salah satu bentuk kawasan konservasi ex-situ.

Adanya kawasan konservasi, baik berupa ex situ dan in situ telah memberikan banyak manfaat. Manfaat tersebut dapat yang berupa tangible, yang dapat diukur dan dapat juga berupa manfaat yang intangible, yaitu manfaat yang sulit diukur. Manfaat tangible dapat berupa manfaat yang berbentuk material yang dapat diraba, seperti kayu, rotan, getah dan lain-lain yang dapat bersifat ekonomis. Manfaat intangible berupa manfaat yang berbentuk immaterial atau tidak dapat diraba berupa rekreasi, pendidikan, fungsi hidrologis, fungsi ekologis dan lain-lain.

KRC sebagai kawasan mempunyai fungsi terhadap lingkungan, yaitu sebagai penyedia jasa lingkungan, penyedia sumberdaya hayati (dalam hal ini flora) dan fungsinya sebagai tempat rekreasi. Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap manfaat sumberdaya alam dan belum banyaknya penilaian ekonomi secara kuantitatif dari manfaat tersebut, menyebabkan masyarakat belum melihat manfaat secara nyata dari adanya manfaat suatu kawasan konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menilai manfaat dari lingkungan yang bersifat tangible dan intangible agar masyarakat menyadari pentingnya lingkungan dan nantinya dapat berpartisipasi dalam pemeliharaan dan keberlanjutan lingkungan.

Nilai jasa lingkungan lebih besar dari nilai jual pohon atau tanaman (dalam tahun). Yang menjadi permasalahan adalah nilai jasa lingkungan tidak langsung dirasakan secara ekonomi. Nilai sumberdaya hayati dapat dikelompokkan berdasarkan nilai ekologi, nilai komersial dan nilai rekreasi. Nilai ekonomi wisata dari sisi permintaan wisata yang didekati dari biaya perjalanan adalah sebesar Rp. 109.326.386.400/tahun per tahun. Nilai ini masih rendah. Surplus konsumen wisata dengan metode biaya perjalanan sebesar Rp.22.727 per individu, sedangkan berdasarkan kesediaan membayar sebesar Rp.12.218 per individu. Adanya surplus konsumen, baik surplus wisata maupun diluar wisata dapat dijadikan acuan dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi.

Kawasan konservasi meliputi fungsi, jasa dan produk komponen keanekaragaman hayati yang dimiliki KRC, serta besarnya nilai ekonomi yang dihasilkan tidak akan dapat diperoleh secara lestari jika sumberdayanya yang bersangkutan tidak dikelola secara lestari. Dari gambaran di atas, dapat di ketahui bahwa keanekaragaman hayati berperan sangat penting dan vital untuk menjamin kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Mulai dari mutu udara,


(13)

mutu air, mutu tanah dan mutu lingkungan secara keseluruhan, hingga untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia, semuanya tergantung secara langsung maupun tak langsung pada sumberdaya hayati. Perlu adanya sosialisasi kepada masayarakat tentang pentingnya nilai jasa lingkungan. Kerja sama dan pembinaan industri kecil terutama yang memproduksi souvenir dan penjualan tanaman hias sebagai salah satu usaha pengembangan masyarakat khususnya peningkatan pendapatan dan usaha sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan direct use value. Setiap pohon di taman botani atau kebun raya berhak mempunyai nomor induk, label tanaman dan catatan kehidupannya. Contohnya KR Singapura memasang chip pada pohon-pohon dan tanaman yang penting. Malaysia memasang penangkal petir di setiap pohon yang diperhitungkan dan harus dilindungi. Pohon-pohon itu dipetakan, diasuransikan, dipromosikan dan benar-benar dipelihara karena begitu besar dan banyaknya jasa lingkungan yang dihasilkan oleh pohon.

Adanya metode penghitungan keanekaragaman hayati perlu diketahui oleh masyarakat, agar masyarakat dapat menentukan sikap apakah angka-angka yang dikemukakan dalam pernyataan mengenai kekayaan hayati itu benar dan berdasar. Sikap ini penting artinya dalam pengelolaan keanekaragaman hayati yang bersangkutan, sehingga dalam pengelolaan ini dapat dicapai hasil yang efektif. Nilai keberadaan suatu kawasan tidak hanya terletak pada nilai ekonomis semata, justru dari kelestarian kawasan itu dan pemanfaatannya sebagai objek wisata, pendidikan dan sebagai penopang kelangsungan kehidupan

Kata Kunci: Kebun Raya, Valuasi Ekonomi, Jasa Lingkungan, Keanekaragaman Hayati, Wisata


(14)

SUMMARY

VIDYA MAHESI. A14304033. Economic Valuation of Cibodas Botanical Garden Based on Environmental Services, Value of Resources Genetic and Demand for Ecotourism. Under Supervision of SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA and TUTUT SUNARMINTO.

Indonesia is an equator country, archipelago country and the third tropical forest in the world, known as country that has the biggest diversity of resources genetic in the world and as one of megabiodiversity country. Though it broadly only 1,32 percentage of wide world’s, Indonesia has 17 percentage of world’s species from flora, insects, fishes, amphibies, reptiles, birds to mammals. The diversity needs effort to make it sustain. One of the effort is by conservation. Cibodas Botanical Garden is one of ex-situ conservation.

By conservation, ex situ or in-situ have given many advantages. The advantages can be tangible, which is can be measured or intangible, which is unmeasured. The tangible advantages is the material one, such as woods, rattan, sap, etc. and has economics value. The intangible advantages is the immaterial, such as recreation, education, hydrology benefit, ecology, etc.

Cibodas Botanical Garden, as a place of conservation has ecology functions, such as environmental services, resources genetic (flora), and as a recreation place. Our society still have low understanding about the benefits of resources genetic and haven’t many research about it, so they didn’t feel the benefits. The objectives of this research were to valuate the environment which is tangible and intangible in order to the society realized how important and for the sustainability and keep our environment for the future.

Value of environment services was bigger than tangible benefit (in year). The problem is value of environmental services is invisible and can’t feel directly. The resources genetic can be classified based on value of ecology, value of commercial and value of recreation. The economic of recreation based on demand side was Rp. 109.326.386.400/year. This value is too low. Consumers surplus from tourism by travel cost approach was Rp.22.727/person, in the other hand, based on willingness to pay was Rp.12.218/person. This consumers surplus (in or out from tourism) could be as reference for developing and managing the place of conservation.

The place of conservation include function, services and component of diversity of resources genetic wasn’t lasting get if it doesn’t sustainable manage. From the research, we can conclude that diversity of resources genetic was very important and vital for assure of live and welfare of human. From the quality of air, soil and environment as a whole until for basic needs for human were depend directly or indirectly based on resources genetic. Socialiszation for society is a must in order our society know how important the environmental services. The cooperation and management development of small industry especially which is production souvenir and sales the flora as one effort of developing society to increase the direct use value. Every tree in botanical garden is have deserved registration number, label of plant and their history of live. For instance, at Singapore botanical garden is set the chip at every three and important plants. Malaysia were set arrestor in every tree that assurance. The trees were mapped, promoted and well safely in order to the trees have much value of environment services provided by threes.


(15)

The valuation of resources genetic is must known by our society in order to they know how important the resources genetic is and it’s really real. This attitude is important for managing the diversity of resources genetic, so that for management can be reach effective results. The existence value of conservation isn’t only based on value of economic, but also from the sustainability of that place and it’s utilization as edu-tourism, research and development and for supporting the life.

Key Words: Botanical Garden, Economic Valuation, Environmental Services, Resources Genetic, Tourism


(16)

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM KEBUN RAYA CIBODAS

VIDYA MAHESI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(17)

Judul Skripsi : Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas Nama : Vidya Mahesi

NRP : A14304033

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dosen Pembimbing 1, Dosen Pembimbing 2,

Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si. NIP. 130 367 086 NIP. 131 878 494

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019


(18)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini,

Bogor, Juni 2008

Vidya Mahesi NRP A14304033


(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 26 Juli 1986 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Amri Ludji dan Hasneti Karmela. Penulis menyelesaikan sekolah menegah atas pada SMU N 3 Jambi tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Insitut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menuntut ilmu di IPB penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti Organisasi Mahasiswa Daerah Jambi Periode 2004-2008, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertaninan (BEM Faperta) sebagai Bendahara Periode 2006/2007, anggota UKM International Association for Agricultural Student and Related Science (IAAS) Periode 2005/2006, anggota Institut Pertanian Bogor Crisis Center (ICC) periode 2005/2006 serta aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan. Penulis juga menjadi asisten dosen dalam mata kuliah Ekonomi Umum selama empat semester dari tahun 2006 sampai 2008. Selain itu, penulis juga berkesempatan memperoleh beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik).

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas’ dibawah bimbingan Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja M.Sc, dan Ir. Tutut Sunarminto M.Si. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai dari bulan Maret sampai dengan Juni 2008. Pengambilan dan pengolahan data dilaksanakan selama dua bulan, dimulai dari bulan April sampai dengan Juni 2008.


(20)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Insitut Pertanian Bogor.

Skripsi dengan judul “Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas” dibimbing oleh Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc dan Bapak Ir. Tutut Sunarminto M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memvaluasi nilai ekonomi suatu kawasan konservasi, dalam hal ini kawasan konservasi ex-situ.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pengelola kawasan konservasi, khususnya kawasan konservasi ex-situ dalam mengelola dan mengapresiasi nilai sumberdaya yang mereka kelola. Selain itu, bagi masyarakat agar mereka mengetahui manfaat tangible dan intangible suatu kawasan. Penulis berharap semoga dengan penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa, masyarakat, pengelola kawasan konservasi, pemerhati lingkungan maupun bagi aparat pemerintah pusat dan daerah.

Sebagai sebuah tulisan ilmiah, studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap khasanah ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan ekonomi lingkungan. Penulisan ini tidak luput dari kesalahan sehingga saran serta kritik bagi penyempurnaan sangat diharapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan kajian ini berguna dan dapat diambil manfaatnya oleh yang memerlukan, Amin.

Bogor, Juni 2008


(21)

UCAPAN TERIMA KASIH

Allhamdulillahirobilalamin…

Penulisan ini tidak akan terwujud tanpa bimbingan, bantuan, dukungan arahan dan doa yang diberikan oleh semua pihak sehingga tulisan ini dapat diselesaikan. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluargaku tersayang, Ayah dan Ibu… They’re always there for me when I cry, seen each tears drop from each eye, always there for talk, comforts me, given me everything… They’re the greatest person I’ve ever known…

My sisters, kakakku Ayu…thanks for advices and motivation… adekku Manda…thanks for affection and attention.. Luv u all.

2. Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc dan Bapak Ir. Tutut Sunarminto, M.Si sebagai dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan waktu yang sangat berharga kepada penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, sebagai dosen penguji utama dan Bapak Adi Hadianto, SP sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Prof. Mangara Tambunan selaku dosen pembimbing akademik penulis selama masa perkuliahan.

5. Kepala Kebun Raya Cibodas (KRC) atas izin yang diberikan untuk melakukan penelitian di KRC.

6. Bapak Agus, Bapak Didi, Bapak Tatang, Ibu Win, Mba Dwi, Mba Tutut Teh Puji dan pihak-pihak KRC yang telah banyak membantu selama penelitian. Terimakasih atas diskusi, data-data dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis.

7. Seluruh dosen, staf pengajar dan staf penunjang EPS.

8. Mba Ine, Makasih atas saran, ide dan diskusinya dan thanks so much sist.. May Allah makes everything good in your life…

9. My best friends, Santi, Mute, Ci’an, Nia, Erna, Retno, Teh Fitri… Thanks for being my great friends…You make my world more colorful and brighter….


(22)

10. Keluarga di Maharani….It’s feels like home…Thanks for all the joy we’ve made together…

11. Ardiyansyah Putra, Thanks for everything…

12. Ernest Adelia Putri…For me it’s hard to tell even in a word how deep our friendship...Thanks for being my great friend…

13. Farida, teman satu bimbingan, It’s so nice having friend like you…Thanks for the spirit and helping…

14. Teman- teman EPS 41…Hope our friendship will be forever… Keep in touch yeah friends…

15. Teman-teman asrama: Mona, Lina, Renna, Wahyu, Eneng, Winda, Kiki, Sarah, Tita, Asri, Alfa….Thanks for being my great roommate…

16. Rekan-rekan satu KKP: Hening, Dinna, Sinta, Sondang, Coki, Indra… I could learnt a lot from them… Thanks for all the happiness, cooperation and nice memories…

Semua pihak yang telah membantu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah telah diberikan, Amin.


(23)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... iii DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 3 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nilai Total Ekonomi ... 10 2.2. Jasa Lingkungan ... 11 2.3. Dampak Pencemaran Udara ... 12 2.4. Sumberdaya dan Keanekaragaman Hayati ... 13 2.5. Konservasi ... 15 2.5.1. Konservasi In Situ ... 15 2.5.2. Konservasi Ex Situ ... 15 2.6. Pariwisata ... 16 2.7. Permintaan Rekreasi ... 17 2.8. Penawaran Rekreasi ... 19 2.9. Obyek Wisata sebagai Barang Publik ... 19 2.10. Surplus Konsumen ... 20 2.11. Penilaian Manfaat Obyek Wisata ... 21 2.11.1. Metode Kontingensi (Contigent Valuation Method) ... 22 2.11.2. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) ... 24 2.11.3. Metode Harga Hedonik (The Hedonic Pricing Method) .... 26 2.12. Regresi Poisson ... 27 2.13. Tinjauan Studi Terdahulu ... 28 III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 . Nilai Total Ekonomi ... 31 3.2. Obyek Wisata Sebagai Barang Publik ... 31 3.3. Pemintaan Rekreasi ... 32 3.4. Penawaran Rekreasi ... 32 3.5. Surplus Konsumen dan Kesediaan Membayar ... 33 3.6. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) ... 34 3.7. Regresi Poisson ... 36 3.8. Kerangka Berpikir ... 37 3.9. Hipotesis Penelitian ... 40 IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41 4.2. Penentuan Responden ... 41 4.3. Pengambilan Data ... 42 4.4. Pengolahan Data ... 43 4.4.1. Permintaan Rekreasi ... 43 4.4.2. Penawaran Rekreasi ... 44 4.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 49 4.6. Asumsi Penelitian ... 50


(24)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Sejarah ... 51 5.2. Letak dan Luas ... 52 5.3 Tugas dan Fungsi Kebun Raya ... 53 5.3.1. Tugas Pokok Kebun Raya ... 53 5.3.2. Fungsi Kebun Raya ... 53 5.4. Vandalisme ... 54 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Valuasi Kebun Raya Cibodas Berdasarkan Jasa Lingkungan ... 55 6.1.1. Penghasil Gas Oksigen ... 55 6.1.2. Penyerap dan Penjerap Gas-Gas Pencemar Udara ... 59 6.1.3.Carbon Offset ... 60 6.1.4. Eco-tourism ... 62 6.2. Valuasi Kebun Raya Cibodas Berdasarkan Nilai

Sumberdaya Hayati ... 62 6.2.1. Sumberdaya Hayati Kebun Raya Cibodas (Flora) ... 62 6.2.2. Manfaat dan Nilai Keanekaragaman Hayati ... 67 6.3. Permintaan Wisata Kebun Raya Cibodas ... 69 6.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Demografi ... 69 6.3.2. Hal-hal yang Berkaitan dengan Permintaan Wisata ... 71 6.3.3. Penilaian Pengunjung Terhadap Pelayanan

Kebun Raya Cibodas ... 78 6.3.4. Penilaian Pengunjung Terhadap Kualitas Lingkungan ... 80 6.3.5. Fungsi Permintaan Rekreasi Kebun Raya Cibodas dan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rekreasi ... 82 6.3.6. Pendugaan Surplus Konsumen Wisata... 85 6.4. Analisis Pengelolaan Kawasan dan Rekomendasi Kebijakan ... 87 6.4.1. Nilai Ekonomi Supply Kebun Raya Cibodas ... 87 6.4.2. Analisis Pengelolaan Kawasan ... 87 VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... 89 7.2. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA


(25)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Kekayaan Spesies Tanaman dan Hewan di Indonesia ... 1 2. Pengaruh Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan ... 13 3. Kemampuan Serapan Gas-Gas Pencemar Udara oleh Tajuk Pohon...60 4. Kekayaan UPT BKT Kebun Raya Cibodas ... 63 5. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Faktor Demografi .... 70 6. Biaya Pengelolaan KRC Tahun 2007 ... 88


(26)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Diagram Teknik Valuasi Ekonomi Berdasrkan Pengelompokan

Nilainya ... 10 2.a. Kawasan Konservasi Ex-Situ ... 16 2.b. Kawasan Konservsi In-Situ ... 16 3. Kurva Permintaan ... 20 4. Berbagai Pendekatan Nilai dalam Mengukur Barang Publik ... 21 5. Diagram Teknik Valuasi Ekonomi Berdasrkan Pengelompokan

Nilainya di Kebun Raya Cibodas ... 31 6. Kurva Permintaan Rekreasi dan Surplus Konsumen... 32 7. Bagan Alir Kerangka Pemikiran ... 39 8.a) Lokasi Penelitian, Pintu Gerbang b) Taman di KRC ... 41 9. Tanaman Aggrek. a). Cymbidium roseum, b) Dendrobium lawessi

c). Vanda tricolor ... 64 10. Tanaman Lumut Kebun Raya Cibodas a). Calymperaceae

b). Hypnaceae, c). Thuidiaceae ... 65 11. Taman Lumut Kebun Raya Cibodas ... 65 12. Tanaman Koleksi a). Bunga Bangkai , b). Viola Odorata,

c). Acacia farnesia ... 66 13. Tanaman Obat a). Artemisia vulgaris

b). Ficus deltoidea jack, c) Urena lobata. ... 67 14. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Motivasi Kunjungan ... 72 15.a.Sebaran Pengunjung Berdasarkan Cara Kedatangan ... 73 15.b.Sebaran Pengunjung Berdasarkan Jumlah Rombongan ... 73 16. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Jenis Kendaraan ... 73 17. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Sumber Informasi ... 74 18.a.Frekuensi Kunjungan dalam Satu Tahun Terakhir ... 73 18.b.Frekuensi Kunjungan dalam Lima Tahun Terakhir ... 76 19. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Biaya Perjalanan ... 76 20. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Lama Kunjungan ... 76 21. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Potensi Lokasi ... 77 22. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Waktu Tempuh Menuju KRC ... 77 23. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Lama Mengetahui Kawasan... 78 24. Penilaian Pengunjung Terhadap Keamanan Obyek Wisata ... 79 25. Penilaian Pengunjung Terhadap Penyediaan Fasilitas Rekreasi... 79 26. Penilaian Pengunjung Terhadap Kemudahan Mencapai Lokasi ... 80 27. Penilaian Pengunjung Terhadap Kondisi Kebersihan... 81 28. Kurva Dugaan WTP Responden KRC ... 86


(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Kuesioner Permintaan Wisata dengan Pendekatan Travel Cost ... 98 2. Jenis Koleksi, Penyebaran dan Asal Koleksi Tanaman Anggrek

di Kebun Raya Cibodas ... 100 3. Daftar Koleksi Famili dan Genus Bryophyta Taman Lumut

Kebun Raya Cibodas ... 103 4. Data Tanaman Koleksi Kebun Raya Cibodas ... 105 5. Beberapa Jenis Tanaman Berpotensi Obat di Kebun Raya Cibodas

dan Kegunaannya ... 110 6. Nilai Ekonomi Tanaman di Kebun Raya Cibodas ... 112 7. Uji Kolinearitas untuk Mengetahui Adanya Multikolinearitas... 116 8. Uji Homoskedastisitas, Normalitas dan Linearitas ... 117 9. Jumlah Pengunjung Wisata Nusantara UPT Balai Konservasi

Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, LIPI Periode 2000-2007 ... 118 10. Daftar Nama dan Harga Tanaman Hias dalam Pot yang Tersedia

di Galeri Tanaman Hias Kebun Raya Cibodas ... 119 11. Daftar Harga Bibit di Pasaran Umum...125 12. Biaya Pengobatan Penyakit/orang ... 128 13. Biaya Pengobatan Penyakit Akibat Pencemaran Udara

di Kelurahan Ragunan dan Pasar Minggu 2007 ... 128 14. Hasil Regresi Poisson Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


(28)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara ekuator, kepulauan dan hutan tropis basah terbesar ketiga di dunia, dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang terbesar di dunia dan digolongkan sebagai salah satu megabiodiversity country. Meski luas daratannya hanya 1,32 persen luas bumi, Indonesia memiliki 17 persen spesies dunia dari mulai tumbuhan bunga, serangga, ikan, ampibia, reptilia, burung hingga binatang menyusui1. Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai potensi unggul dalam hal keragaman genetik, sehingga potensi isolasi spesies pada tiap pulau mengarah pada pembentukan genetik baru. Dengan ditemukannya garis Wallace yang berkaitan dengan perbedaan flora dan fauna antara Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali sebagai wilayah Barat dan Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Papua sebagai wilayah Timur. Tabel 1. menunjukkan kekayaan sumberdaya hayati Indonesia.

Tabel 1. Kekayaan Spesies Tanaman dan Hewan di Indonesia

Spesies Kalimantan Jawa Sumatera Sulawesi Papua

Tumbuhan Mammalia Burung Ular Amphibi Ikan Kupu-kupu

10.000 – 15.000 222 420 166 100 394 40 4.500 183 340 7 36 132 35 9.000 196 465 150 70 272 49 5.000 127 240 64 29 68 38

15.000 – 20.000 220 578 98 197 282 26

Sumber: Mackinon et al., 1996

Keanekaragaman ini memerlukan upaya pelestarian. Salah satu bentuk upaya untuk melestarikan sumberdaya alam tersebut adalah dengan melakukan upaya konservasi. Adanya kawasan konservasi, baik berupa ex situ dan in situ telah memberikan banyak manfaat. Manfaat tersebut dapat yang berupa tangible,

1

www.anekaplantasia.cybermediaclips,


(29)

yang dapat diukur dan dapat juga berupa manfaat yang intangible, yaitu manfaat yang sulit diukur. Manfaat tangible dapat berupa manfaat yang berbentuk material yang dapat diraba, seperti kayu, rotan, getah dan lain-lain yang dapat bersifat ekonomis. Manfaat intangible berupa manfaat yang berbentuk immaterial atau tidak dapat diraba berupa rekreasi, pendidikan, fungsi hidrologis, fungsi ekologis dan lain-lain.

Potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya tersebut, perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan upaya konservasi sehingga tetap tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pariwisata alam, maka kawasan Pelestarian alam seperti Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam yang memiliki gejala keunikan alam, keindahan alam, keanekaragaman flora dan faunanya sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam, disamping sebagai wahana penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Agar obyek dan daya tarik wisata dapat dimanfaatkan secara nyata diperlukan modal dan teknologi yang memadai, serta untuk menjaga kelestariannya diperlukan pengelolaan yang arif agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan kawasan dan sosial budaya masyarakat sekitar.

Pemanfaatan jasa lingkungan untuk kepentingan wisata alam, perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan pariwisata alam yakni konservasi, edukasi, ekonomi, rekreasi dan partisipasi masyarakat. Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan


(30)

manusia. Dalam kawasan konservasi dapat dilakukan kegiatan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya dan wisata alam.

Rekreasi alam merupakan salah satu manfaat intangible dari suatu kawasan konservasi. Akibat rendahnya pemahaman terhadap manfaat rekreasi dan belum banyaknya penilaian ekonomi secara kuantitatif dari manfaat tersebut, menyebabkan masyarakat belum melihat manfaat secara nyata dari adanya manfaat suatu kawasan konservasi. Untuk dapat menilai manfaat intangible secara kuantitatif, para ahli ekonomi sumberdaya telah mengembangkan beberapa pendekatan.

Pembangunan wisata pada intinya adalah menjual daya tarik suatu kawasan tersebut, baik berupa keindahan alam, kenyamanan, budayanya yang khas dan lain-lain. Banyak daerah di Indonesia yang telah mengembangkan potensi pariwisatanya, salah satunya adalah di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor ini, memiliki potensi agrowisata perkebunan teh di Cibeber, Warung Kondang, Sukanegara dan Campaka. Wisata pantai di wilayah selatan di Argabinta, Sindang Barang dan Cidaun. Potensi lainnya adalah di Kecamatan Ciranjang berupa waduk, Pacet dengan Kebun Raya Cibodasnya dan Taman Nasional Gunung Gede dan Cikalong Kulon dengan Makam Dalem Cikundul (Dinas Pariwisata dan Perhubungan Kabupaten Cianjur dalam Wijayanti, 2003).

1.2. Perumusan Masalah

Hingga kini tidak diketahui pasti jumlah potensi keragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia dan berapa besar manfaat yang bisa digali. Bahkan, sebelum keragaman hayati di Nusantara teridentifikasi, telah terjadi pemusnahan tak terhingga, contohnya akibat penebangan hutan membabi buta dan kebakaran hutan, yang semua adalah ulah manusia. Kerusakan sumberdaya di Indonesia


(31)

sudah memprihatinkan. Tidak heran bila Indonesia masuk hotspot country, yaitu negara yang paling tinggi tingkat keterancaman keragaman hayatinya dari kepunahan. Oleh karena itu, upaya konservasi sumberdaya alam di Indonesia dan pemanfaatannya secara lestari segera ditingkatkan. Adanya kerusakan sumberdaya berdampak negatif seperti hilangnya keragaman hayati dan sumber genetika, serta menurunnya nilai ekonomi hutan dan stabilitas ekosistem penyangga. Untuk menyelamatkan hutan termasuk plasma nutfah yang tersisa dilakukan upaya konservasi in-situ seperti taman nasional, hutan lindung, atau suaka margasatwa, maupun eks-situ dengan membangun kebun raya.

Kebun raya keberadaannya mempunyai banyak manfaat. Selain sebagai pusat konservasi di kawasan ex-situ, kebun raya juga berfungsi untuk pendidikan, penelitian dan pengembangbiakan tumbuhan. Pendirian kebun raya baru terutama di daerah tropis perlu diprioritaskan mengingat daerah tersebut merupakan pusat keragaman tumbuhan dunia. Kenyataannya, jumlah kebun raya di negara tropis, kususnya di Indonesia masih sangat sedikit. Kebun raya bertujuan mengkonservasi spesies tumbuhan bernilai ekonomis dan sesuai dengan daya dukung. Upaya konservasi tumbuhan secara ex-situ di Jawa sejauh ini baru dilakukan di Jawa Barat (Kebun Raya Bogor, 1817 dan Kebun Raya Cibodas, 1852) serta di Jawa Timur (Kebun Raya Purwodadi, 1941).

Dimata Internasional Indonesia dianggap kurang serius dalam menangani kelestarian sumberdaya hayati. Anggapan ini rasanya tidak berlebihan karena beberapa kawasan, khususnya hutan-hutan di wilayah republik tercinta ini dari waktu kewaktu jumlahnya makin menurun dengan laju yang semakin cepat, beberapa jenis dan varietas mulai langka bahkan ada yang telah punah sama sekali. Bertambah dan punahnya suatu tumbuhan masih menjadi misteri alam dan ini harus ada bukti secara genetik bukan lagi hanya sekedar daftar atau


(32)

deskripsi morfologi tumbuhan (Retnoningsih A, 2006). Krisis global pada dasarnya berakar dari ketidakmampuan bumi dalam mendukung pola penggunaan sumberdaya secara tidak berkelanjutan. Hal ini diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang pesat dan kecenderungan perilaku untuk meniru pola pembangunan keliru yang diterapkan oleh berbagai negara maju. Akibatnya, dunia terancam serius oleh perubahan alamiah dan antropogenik berskala mondial. Terdapat sebuah skenario dikembangkan pada akhir dekade 1990-an yang mengemukakan bahwa krisis global tidak terhindarkan lagi yang terjadi pada tahun 2020 apabila lima faktor yang diuraikan berikut ini terjadi dalam kecepatan yang tengah berlangsung dewasa ini. Faktor-faktor tersebut adalah:

(1). Pemanasan global dan kenaikan paras muka air laut. Kota-kota, seperti Jakarta dan berbagai kota lain di dunia serta sejumlah negara pantai akan terancam secara langsung oleh perubahan global ini.

(2). Menipisnya sumberdaya alam. Kebudayaan Barat yang mendominasi dunia, pada dasarnya berbasis pada materialisme dan telah mengkonsumsi bahan, lahan, energi dan pangan dalam jumlah yang sangat besar. Perilaku antroposentris seperti ini telah membebani bumi dengan makin menipisnya sumberdaya yang dikandungnya.

(3). Kepunahan jenis. Pemanasan global pada kesempatan yang pertama merupakan pemicu punahnya sejumlah jenis, sementara bagian terbesar dari kepunahan tersebut berhubungan dengan transformasi permukaan bumi yang disebabkan oleh eksploitasi sumberdaya baik yang terbarukan dan tak terbarukan secara berlebihan.

(4). Ledakan penduduk dan kaitannya dengan kelangkaan air dan pangan. Dapat diramalkan bahwa dengan jumlah penduduk di dunia sebesar 8 milyar pada tahun 2020, dunia akan menghadapi persoalan dahsyat


(33)

dalam pasokan air dan pangan. Air dan pangan akan menjadi sumber utama konflik antar negara dan wilayah, sebagaimana yang tengah kita saksikan secara sporadis di berbagai bagian dunia dewasa ini.

(5). Berkembangnya kaum urban. Sehubungan dengan gerakan urbanisasi penduduk ke kota-kota besar dunia, berbagai megalopolis raksasa kerap kali lebih merasakan pertautan di antara mereka sendiri ketimbang dengan negara asal dimana mereka berada.

Adanya kelima faktor tersebut di atas juga berperan dalam pelestaraian sumberdaya alam. Peran dari kelompok pesimistis semakin menguatkan agar perlunya menjaga dan melestarikan lingkungan. Salah satu bentuk upaya pelestarian lingkungan adalah Kebun Raya. Diantara sekian banyak obyek wisata yang ada di Kabupaten Cianjur, Kebun Raya Cibodas (KRC) salah satu obyek wisata yang banyak dikunjungi. Potensi yang dimiliki KRC sangat besar, diantaranya adalah pemandangan yang indah dan kualitas udara yang sejuk dan bersih. Lokasi KRC yang strategis menjadikannya potensial untuk dikunjungi.

Obyek wisata merupakan salah satu barang publik, artinya fasilitas yang ada di lokasi tersebut dapat digunakan secara bersama oleh banyak pelaku ekonomi. Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang tersebut. Barang publik yang berkaitan dengan lingkungan antara lain adalah udara segar, pemandangan yang indah, rekreasi, air bersih, kenyamanan dan yang sejenisnya. Kebun Raya Cibodas termasuk ke dalam barang publik karena memenuhi ciri-ciri tersebut.

Rekreasi dalam suatu kawasan, dalam hal ini KRC, dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, dari sudut pandang permintaan yang diwakili oleh pengunjung. Pengunjung yang datang ke KRC ingin menikmati kegiatan rekreasi dan merasakan kenyamanan, keindahan alam, udara yang bersih dan lain-lain.


(34)

Permasalahan yang timbul dari sudut pandang ini adalah terkadang pengunjung masih mempunyai apresiasi yang rendah terhadap sumberdaya alam. Contohnya, pengunjung ingin membayar murah dan terkadang berperilaku yang negatif, seperti: vandalisme, membuang sampah sembarangan dan lain-lain. Padahal, jika apresiasi pengunjung cukup baik atau baik, mereka akan memperoleh kegiatan rekreasi yang bernilai edukatif. Sudut pandang yang kedua dari sisi penawarannya, dalam hal ini pihak pengelola. Pengelola tempat rekreasi harus dapat menawarkan tempat rekreasi dengan sebaik mungkin sehingga menarik untuk dikunjungi. Permasalahannya adalah pihak pengelola belum mampu mengapresiasi sumberdaya wisata dan belum bisa mengexplore sumberdaya yang terdapat dalam kasawan wisata. Pihak pengelola seharusnya bisa memberikan manfaat atau nilai lebih kepada pengunjung dengan menawarkan kawasan wisata yang meningkatkan nilai. Dengan adanya penilaian secara kuantitatif mengenai hal ini, maka diharapkan adanya alokasi sumberdaya secara optimal.

Gagalnya pasar dalam mengalokasikan barang publik ditentukan oleh tidak terdapatnya informasi yang harus dibayar oleh individu dalam menikmati barang publik atau rekreasi alam. Padahal informasi tersebut berguna dalam mengestimasi manfaat yang diterima dan biaya yang harus dikeluarkan. Ketidakmampuan pasar dalam menilai manfaat rekreasi secara kuantitatif, mengakibatkan alokasi sumberdaya alam dalam bentuk rekreasi belum optimal atau dapat diamanfaatkan secara berlebihan. Kesulitan ini dapat diatasi dengan pendekatan kurva permintaan berdasarkan willingness to pay dengan mentukan harga yang direfleksikan melalui kesediaan membayar dari setiap pemakai. Dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan, dapat diestimasi fungsi permintaan yang dapat menentukan nilai ekonomi demand suatu kawasan. Jika


(35)

dilihat dari sisi penawaran suatu rekreasi, dapat didekati dengan Total Economic Value.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

(1) berapakah nilai Kebun Raya Cibodas berdasarkan jasa lingkungan?; (2) berapakah nilai Kebun Raya Cibodas berdasarkan nilai sumberdaya

hayati?;

(3) bagaimana penilaian pengunjung terhadap KRC, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan terhadap rekreasi dan berapa nilai ekonomi wisata?;

(4) apakah pengelolaan KRC efisien dan upaya apa saja yang seharusnya dilakukan oleh pihak pengelola agar alokasi sumberdaya wisata dapat optimal serta menduga nilai ekonomi KRC jika dilihat dari sisi penawarannya?.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

(1) menduga nilai ekonomi Kebun Raya Cibodas berdasarkan jasa lingkungan;

(2) menduga nilai ekonomi Kebun Raya Cibodas berdasarkan nilai sumberdaya hayati (flora);

(3) mengidentifikasi penilaian pengunjung terhadap KRC, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi dan menilai permintaan ekonomi wisata;

(4) mengidentifikasi dan menganalisis pengelolaan KRC, merumuskan rekomendasi kebijakan untuk pihak pengelola kawasan agar alokasi


(36)

sumberdaya dapat optimal dan mengkuantifikasi nilai sumberdaya wisata yang terdapat di KRC, sehingga pengelola dapat meningkatkan wisata yang memiliki nilai.

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

(1) bagi penulis, sebagai sarana pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh pada kehidupan nyata;

(2) penelitian ini diharapkan mampu memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya manfaat kawasan konservasi secara nyata, sehingga nantinya masyarakat dapat berpartisipasi dalam pemeliharaannya;

(3) penilaian dan manfaat rekreasi yang bersifat ekonomis dan kuantitatif dapat dijadikan dasar dalam penentuan kebijakan mengenai alokasi sumberdaya, khususnya sumberdaya hayati dan rekomendasi kebijakan bagi pengelolaan Kebun Raya Cibodas bagi pihak pengelola;

(4) bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan terhadap aplikasi dan metode-metode kuantitatif dalam menilai manfaat suatu kawasan yang bersifat tangible dan intangible.


(37)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nilai Total Ekonomi

Untuk mengukur sejumlah nilai (nilai total ekonomi), para ahli ekonomi telah membedakan nilai pengguna (user value) dari nilai non pengguna (non-user value). Nilai total ekonomi merupakan nilai kegunaan aktual (actual value) ditambah nilai pilihan (option value) dan ditambah nilai eksistensi (existence value). Teknik valuasi ekonomi dapat ditentukan berdasarkan pengelompokan nilai barang atau jasa (World Bank dalam Rofiko, 2003). Diagram teknik valuasi ekonomi berdasarkan pengelompokan nilainya dapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Teknik Valuasi Ekonomi Berdasarkan Pengelompokan Nilainya

Sumber: Environment Department the World Bank dalam Rofiko, 2003.

Penilaian ekonomi sumberdaya berdasarkan manfaatnya, yaitu:

(1). Manfaat langsung, terdiri atas: (1) nilai tegakan kayu, (2) potensi flora, (3) satwa liar, (4) sumberdaya perikanan, (5) pertanian (ladang dan kebun), (6) sumberdaya air (DAS), (7) wisata alam, (8) tambang dan galian.

NILAI EKONOMI TOTAL

NILAI GUNA NILAI BUKAN GUNA

NILAI GUNA LANGSUNG Pendekatan harga pasar Hedonic Price Contingent Valuation Biaya Perjalanan

NILAI GUNA TIDAK LANGSUNG Contingent Valuation Pendekatan harga pasar NILAI HARAPAN Contingent Valuation NILAI KEBERADAAN Contingent Valuation NILAI PILIHAN Contingent Valuation Hedonic Price


(38)

(2). Manfaat tidak langsung, terdiri atas: (1) pengendali erosi, (2) pengendali banjir.

(3). Manfaat bukan guna, terdiri atas: (1) manfaat keberadaan habitat dan keanekaragaman hayati (pendidikan dan penelitian), (2) manfaat keanekaragaman hayati dan spesies langka (pengetahuan).

Pengukuran sumberdaya (Rees dalam Fauzi, 2004):

(1). Sumberdaya hipotetikal. Adalah konsep pengukuran deposit yang belum diketahui namun diharapkan ditemukan pada masa mendatang berdasarkan suvei yang dilakukan saat ini. Pengukuran sumberdaya ini biasanya dilakukan dengan mengesktrapolasi laju pertumbuhan produksi dan cadangan terbukti (proven reserve) pada periode sebelumya.

(2). Sumberdaya spekulatif. Konsep pengukuran ini digunakan untuk mengukur deposit yang mungkin ditemukan pada daerah yang sedikit atau belum diekstrapolasi, di mana kondisi geologi memungkinkan ditemukannya deposit.

(3). Cadangan kondisional (conditional reserves). Adalah deposit yang sudah diketahui atau ditemukan namun dengan kondisi harga output dan teknologi yang ada saat ini belum bisa dimanfaatkan secara ekonomis. (4). Cadangan terbukti (proven resource). Adalah sumberdaya alam yang

sudah diketahui dan secara ekonomis dapat dimanfaatkan dengan teknologi, harga dan permintaan yang ada saat ini.

2.2. Jasa Lingkungan

Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa manfaat langsung (tangible) dan/atau manfaat tidak langsung (intangible) antara lain: jasa wisata alam/rekreasi, jasa perlindungan


(39)

tata air/hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, penyerapan dan penyimpanan karbon (carbon offset).

2.3. Dampak Pencemaran Udara

Menurut WHO (1947) sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari kelemahan, penyakit, cacat atau kekurangan. Definisi ini hendak melihat kesehatan secara menyeluruh, bukan hanya dari segi fisik saja, sementara menurut UU No. 23 Thaun 1992 tentang Kesehatan, yang dimaksud dengan Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis, maka dengan merujuk dari definisi UU tersebut, manusia selalu dilihat sebagai suatu kesatuan yang utuh.

Perhatian masyarakat terhadap kualitas udara semakin besar ketika mengetahui dampaknya terhadap kesehatan terutama anak-anak. Berdasarkan studi Bank Dunia dalam Asyrafy (2008), pencemaran udara merupakan pembunuh kedua bagi anak balita di Jakarta, 14% bagi seluruh kematian balita Indonesia dan 6% bagi seluruh angka kematian penduduk Indonesia.

Dampak terhadap kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara akan terakumulasi dari hari ke hari. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan berakibat pada berbagai gangguan kesehatan, seperti: bronchitis, emphysema dan kanker paru-paru. Dampak kesehatan yang diakibatkan oleh pencemaran udara berbeda-beda antar individu. Populasi yang paling rentan adalah kelompok individu berusia lanjut dan balita. Menurut penelitian di Amerika Serikat, kelompok balita mempunyai kerentanan enam kali lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Kelompok balita lebih rentan karena mereka lebih banyak menghirup zat-zat pencemar. Pada Tabel 2. Disajikan beberapa gas pencemar dan dampaknya terhadap kesehatan.


(40)

Tabel 2. Pengaruh Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan

No. Parameter

Pencemar

Dihasilkan dari Jenis Bahan Bakar

Pengaruh

1. Karbon Monoksida

(CO)

- Bensin/Premix - BBM 2 Tak - Gas

- Menurunkan kapasitas darah untuk membawa oksigen - Melemahkan kemampuan

berpikir

- Memperberat penyakit jantung dan pernapasan

- Menyebabkan sakit kepala (pusing)

2. Karbondioksida

(CO2)

- Bensin/Premix - BBM 2 Tak - Gas

- Mempengaruhi iklim dunia melalui green house effect

3. Nitogen Dioksida

(NO2)

- Bensin/Premix - Solar

- BBM 2 Tak

- Memperberat penyakit jantung dan pernapasan

- Iritasi paru-paru

- Menyebabkan hujan asam - Menghambat pertumbuhan - Menurunkan visualitas atmosfer

4. Hidrokarbon (HC) - Bensin/Premix

- Solar - BBM 2 Tak

- Melalui system pernapasan, beberapa senyawa hidrokarbon dapat menyebabkan kanker

5. Partikel depu,

jelaga dan asap

- BBM 2 Tak - Solar

- Menyebabkan kanker

- Memperberat penyakit jantung dan pernapasan

- Mengganggu fotosintesa tanaman - Menurunkan visualitas atmosfir

Sumber: Suharsono dalam Asyrafy (2008)

2.4. Sumberdaya dan Keanekaragaman Hayati

Ilmu ekonomi secara konvensional sering didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana manusia mengalokasikan sumberdaya yang langka. Dengan demikian, ilmu ekonomi sumberdaya alam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengalokasian sumberdaya alam seperti air, lahan, ikan dan hutan. Secara eksplisit ilmu ini mencari jawaban seberapa besar sumberdaya harus diekstrasi sehingga menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Dalam literatur ekonomi sumberdaya, pengertian atau konsep sumberdaya, didefinisikan cukup beragam. Ensiklopedia Webster, misalnya mendefiniskan sumberdaya antara lain:


(41)

(2) sumber persediaan, penunjang atau bantuan;

(3) sarana yang dihasilkan oleh kemampuan atau pemikiran seseorang. Dalam pengertian umum, sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Grima dan Berkes (1989) mendefinisikan sumberdaya sebagai aset untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia. Rees (1990) lebih jauh menyatakan bahwa sesuatu untuk dikatakan sumberdaya harus memilki dua kriteria, yaitu:

(1) harus ada pengetahuan, teknologi atau keterampilan (skill) untuk memanfaatkannya;

(2) harus ada permintaan (demand) terhadap sumberdaya tersebut.

Keanekaragaman hayati ialah keanekaragaman didalam makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem perairan lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman didalam jenis, antar jenis dan ekosistem. Dalam pengertian lain keanekaragaman hayati merujuk pada keanekaragaman semua jenis tumbuhan, hewan dan jasad renik (mikroorganisme), serta proses ekosistem dan ekologis dimana mereka menjadi bagiannya. Keanekaragaman genetik (didalam jenis) mencakup keseluruhan informasi genetik sebagai pembawa sifat keturunan dari semua makhluk hidup yang ada. Keanekaragaman jenis berkaitan dengan keragaman organisme atau jenis yang mempunyai ekspresi genetis tertentu. Keanekaragaman ekosistem merujuk pada keragaman habitat, yaitu tempat berbagai jenis makhluk hidup melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor abiotik dan biotik lainnya. Keanekaragaman hayati lebih dari sekedar jumlah jenis-jenis flora dan fauna.


(42)

2.5. Konservasi

Konservasi sumberdaya alam hati adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaataannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Menurut lokasinya, konservasi dapat dibedakan menjadi konservasi in situ dan ex situ. (BPS dalam Wijayanti, 2003). 2.5.1. Konservasi In Situ

Konservasi in situ merupakan upaya pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di dalam suaka alam yang dilakukan dengan membiarkan agar populasinya tetap seimbang menurut proses alami di habitatnya. Sampai saat ini telah ditetapkan enam jenis kawasan konservasi in situ, yaitu: taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, cagar alam, suaka margasatwa dan taman buru.

Hutan suaka alam adalah kawasan hutan yang karena sifatnya khas di peruntukan secara khusus untuk perlindungan alam hayati dan atau manfaat-manfaat lainnya. Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

2.5.2. Konservasi Ex Situ

Konservasi ex situ merupakan upaya pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar kawasan yang dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkannya untuk menghindarkan kepunahan, misalnya kebun bintang, kebun raya atau kebun botani. Pola pelestarian ex situ kelompok tumbuhan yang sudah diterapkan di Indonesia adalah Kebun Raya (Bogor,


(43)

Cibodas, Purwodadi dan Bali), Kebun Hortikultura (Pasar Minggu, Lembang Malang), Kebun Tumbuhan Obat (Tawangmangu-Jawa Tengah) dan Arbotetrum. Bentuk pelestarian ex situ yang lain yang juga telah diterapkan di Indonesia adalah konservasi/pelestarian biji (seed strorage) dan kultur jaringan (tissue culture) baik dari jenis tumbuhan dilindungi (langka) maupun tidak. Salah satu bentuk konservasi ex situ adalah kebun raya, yang dalam pengertian umum sering diartikan sebagai kebun yang pepohonan yang ditata rapi, indah dan nyaman untuk rekreasi.

a). b).

Gambar 2. Kawasan Konservasi. a). Kawasan Konservasi Ex-Situ dan b). Kawasan Konservasi In-Situ

Sumber: www.googleimages/kawasan*konservasi. Diakses tanggal 9 April 2008.

2.6. Pariwisata

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), pariwisata dapat didefinisikan sebagai sesuatau yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan hiburan. Menurut Undang-Undang Kepariwisataan (1990), pariwisata didefinisikan sebagai:

(1) kegiatan perjalanan atau sebagian kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di dalamnya;

(2) wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan (traveller);

(3) pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata;


(44)

(4) kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggraan pariwisata.

2.7. Permintaan Rekreasi

Permintaan (demand) adalah hubungan antara kuantitas komoditas tertentu yang akan dibeli konsumen selama periode waktu tertentu, dengan harga komoditas itu. Permintaan dipengaruhi oleh berbagai variabel, seperti: harga komoditas itu sendiri, harga komoditas lain, selera, distribusi pendapatan dan jumlah penduduk (Lipsey, et.al. 1993). Permintaan dalam rekreasi berupa benda bebas (free goods) yang didapat tanpa membelinya, tetapi menjadi daya tarik wisatawan sebagai obyek pariwisata. Permintaan rekreasi terbagi dalam dua bagian, yaitu:

(1) permintaan potensial (potential demand), yaitu sejumlah orang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan rekreasi karena mempunyai uang, keadaan fisik masih kuat, hanya belum mempunyai waktu luang untuk berpergian sebagi wisatawan;

(2) permintaan aktual (actual demand), yaitu sejumlah orang yang sedang melakukan perjalanan rekreasi ke suatu daerah tujuan tertentu (Kamus Pariwisata Depdikbud, 1990).

Clawson dan Knetsch (1975) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi, yaitu:

(1). Faktor individu atau faktor yang berhubungan dengan konsumen potensial, terdiri dari:

(1) jumlah individu yang berada di sekitar tempat rekreasi;

(2) distribusi (penyebaran) geografis daerah konsumen potensial yang berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan untuk mencapai areal wisata;


(45)

(3) karakteristik sosial ekonomi, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan;

(4) pendapatan perkapita rata-rata, distribusi pendapatan masing-masing individu untuk keperluannya;

(5) rata-rata waktu luang dan alokasinya;

(6) pendidikan khusus, pengalaman, dan pengetahuan yang berhubungan dengan rekreasi.

(2). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat rekreasi, terdiri dari: (1) keindahan daya tarik;

(2) intensitas dan sifat pengelolaanya; (3) alternatif pilihan rekreasi lain;

(4) kapasitas akomodasi untuk keperluan potensial; (5) karakteristik iklim cuaca tempat rekreasi.

(3). Hubungan konsumen potensial dengan tempat rekreasi, terdiri dari:

(1) lama waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat rekreasi;

(2) kesenangan (kenyamanan) dalam perjalanan;

(3) biaya yang diperlukan untuk berkunjung ke tempat rekreasi;

(4) meningkatnya permintaan rekreasi sebagai akibat promosi yang menarik. Permintaan dan penawaran berdasarkan anggapan bahwa harga barang-barang atau jasa-jasa berbeda sebagai reaksi terhadap perubahan dalam jumlah atau kualitas keseimbangan barang-barang yang disediakan (Bohm 1971, 1972; Sibden dan Worrel 1979 dalam Hufschmidt, et.al 1987). Sering kali barang publik murni termasuk, sehingga barang yang sama dengan kualitas tertentu tersedia bagi setiap orang. Contoh barang publik demikian itu adalah udara bersih dan pemandangan di pegunungan (Hufschmidt, et.al 1987).


(46)

2.8. Penawaran Rekreasi

Menurut Nicholson (1990) penawaran (supply) adalah kuantitas dari barang ekonomi yang ditawarkan dengan semua harga yang mungkin dapat dicapai pada waktu tertentu. Penawaran juga dapat diartikan sebagai jumlah barang-barang ekonomi yang tersedia dan akan dijual ke pasar. Penawaran rekreasi dalam kepariwisataan meliputi seluruh daerah tujuan yang ditawarkan kepada wistawan.

Penawaran rekreasi terdiri dari unsur-unsur daya tarik alam, seperti iklim, flora dan fauna, hutan belukar dan sebagainya serta hasil ciptaan manusia berupa monumen, rumah ibadah dan sebagainya yang dapat mendorong orang untuk mengunjunginya (Sinaga, 1995). Namun demikian usur-unsur penawaran rekreasi seperti ketersediaan (availability) dan keterjangkauan (accessibility) turut mempengaruhi.

Yoeti dalam Nurdini (2004) memberikan beberapa ciri khas dari penawaran rekreasi, yaitu:

(1). Merupakan penawaran jasa-jasa (service supply), karena sifatnya yang tidak dapat dipindah-pindahkan. Jika orang memerlukan jasa itu, maka orang itu harus datang sendiri ke tempat di mana jasa itu dihasilkan. (2). Penawaran sangat kaku (rigid supply), karena itu eksploitasinya sangat

sulit untuk disesuaikan dengan keperluan lain.

(3). Penawaran dalam pariwisata sangat tergantung kepada persaingan dari penawaran barang-barang dan jasa-jasa lain. The law of substitution akan sangat mempengaruhi.

2.9. Obyek Wisata Sebagai Barang Publik

Barang publik (public goods) adalah suatu barang atau komoditas yang memilki ciri non-rivalry dalam mengkonsumsinya dan non-excludable dalam


(47)

memperoleh manfaatnya (Callan dan Thomas dalam Supriyatna, 2003). Orang tidak dapat disekat dari penggunaan manfaat yang diberikan oleh barang publik. Tidak ada persaingan dalam mengkonsumsi berarti penggunaan oleh seorang konsumen tidak akan mengurangi konsumsi orang lain dalam menggunakannya. Barang yang bersifat tidak ada persaingan juga mempunyai arti bahwa konsumsi dapat ditingkatkan dengan biaya marjinal masyarakat sama dengan nol (zero marginal social cost). Dapat pula disimpulkan bahwa barang barang perorangan digunakan atau dikonsumsi secara ekslusif, sedangkan secara bersamaan oleh banyak pelaku ekonomi. Obyek wisata termasuk barang publik karena apabila seseorang memandang keindahan suatu taman, maka konsumsi seseorang tidak akan mengurangi konsumsi orang lain mengenai pemandangan yang sama dan setiap orang yang menikmati pemandangan dapat memperoleh manfaat yang sama tanpa mengurangi manfaat yang diperoleh oleh orang lain.

2.10. Surplus Konsumen

Nilai tambahan yang diterima seseorang karena mengkonsumsi suatu barang melebihi dari harga yang disebut surplus konsumen (Nicholson, 1990). Gambar 3 terlihat sumbu P adalah proksi harga dan Q adalah proksi kuantitas. Surplus konsumen didefinisikan sebagai jumlah kesediaan membayar (wilingness to pay) seseorang konsumen terhadap suatu komoditas di atas harga aktual yang dibayarkan. Daerah abc menunjukkan besarnya surplus konsumen dengan harga sebesar a dan jumlah yang diminta q0.

P a

surplus konsumen b c

0 qo Q


(48)

2.11. Penilaian Manfaat Obyek Wisata

Menurut Hufschmidt, et.al (1987) teknik untuk menilai manfaat perubahan lingkungan dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu:

(1) yang langsung berdasarkan pada nilai pasar atau produktivitas;

(2) yang menggunakan nilai pasar barang subtitut (surogat/ganti) atau pelengkap/komplementer;

(3) pendekatan yang menggunakan teknik survey.

Ada beberapa pendekatan yang dapat diaplikasikan untuk menilai barang lingkungan dari segi ekonomi dan hubungan antara teknik yang satu dengan teknik yang lainnya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Berbagai Pendekatan Nilai dalam Mengukur Barang Publik Sumber: Garod dan Willis, 1999

Para peneliti membagi pendekatan nilai dalam mengukur barang publik menjadi dua pendekatan dasar, yaitu metode tidak langsung (indirect methods/behavioral methods) dan metode langsung (direct methods/stated

Dose Response Funcntion

Stated Preferences Direct approach Revealed Prefrences Surrogate

market, indirect approach

Market values

Hedonic markets

Travel cost method

Contingent valuation

Choice experiment

Wage risk property

Open/closed ended

Bidding game

Payment card Avertive

behaviour

USE VALUES NON-USE VALUES+USE VALUES


(49)

preferences methods) untuk menilai manfaat suatu tempat atau barang lingkungan (Haab dan Mc Connell, 2002). Metode langsung dibagi menjadi 2, yaitu metode kontingensi (contigent valuation) dan metode pilihan (choice experiment), sedangkan metode tidak langsung dibagi menjadi empat, yaitu: pendekatan nilai pasar (market values), metode hedonik (hedonic market), metode biaya perjalanan (travel cost) dan avertive behavior.

Penilaian (valuasi) adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa (Davis dan Johnson, 1987). Nilai (value) merupakan persepsi seseorang, adalah harga yang diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Kegunaan, kepuasaan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan berkonotasi nilai atau harga. Ukuran harga ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya.

2.11.1. Metode Kontingensi (Contingent Valuation Method)

Metode kontingensi (CVM) adalah suatu cara untuk menilai sejumlah uang suatu nilai non-use dari suatu barang lingkungan dengan metode survai. Metode CVM digunakan untuk megestimasi nilai ekonomi dari berbagai macam ekosistem dan jasa pelayanan lingkungan dan sangat fleksibel untuk digunakan. Dapat juga mengestimasi berbagai variasi dari non-market goods and sevices yang tidak dapat diukur oleh teknik yang lainnya (University of Maryland, 2003).

Menurut Grarod dan Willis (1999) CVM adalah suatu metode untuk mengumpulkan preferensi seseorang mengekspresikan kesediaan membayar (willingness to pay) seseorang. Pada dasarnya CVM menanyakan berapa kesediaan membayar mereka untuk memperoleh suatu manfaat. CVM memiliki dua keuntungan, yaitu: (1) pada kasus tertentu metode ini merupakan


(50)

satu-satunya teknik yang mengkur manfaat; (2) metode ini dapat diaplikasikan pada berbagai kebijakan lingkungan.

Prinsip yang mendasari metode ini adalah bahwa bagi orang yang mempunyai preferensi yang benar tetapi tersembunyi terhadap seluruh jenis barang lingkungan, kemudian diasumsikan bahwa orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mentransformasikan preferensi tersebut ke dalam bentuk nilai moneter atau nilai uang. Dengan asumsi ini maka pada dasarnya metode CVM ini menilai barang lingkungan dengan menanyakan dua pertanyaan berikut:

(1) berapakah jumlah maskimum uang yang ingin dibayarkan oleh seseorang atau rumah tangga (willingness to pay) setiap bulan atau setiap tahunnya untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan atau untuk dapat menikmati tempat rekreasi;

(2) berapakah jumlah maksimum yang bersedia diterima oleh seseorang atau rumah tangga (willingness to accept) setiap bulan atau setiap tahunnya sebagai kompensasi jika dilarang untuk datang ke tempat rekreasi.

Pendekatan ini lebih fleksibel dan digunakan apabila pendekatan biaya perjalanan tidak dikumpulkan, dan juga ketika analisa diperlukan untuk mengevaluasi perbedaan kualitas pada aktivitas rekreasi. Kesukaran utama dengan metode ini adalah sifatnya yang subjektif dan meruapakan jawaban atas pertanyaan hipotesis hingga menimbulkan bias yang dapat memepengaruhi hasil. Teknik berdasarkan survai berusaha mengukur nilai yang tersirat yang ada pada pelestarian atau pengrusakan kualitas lingkungan. Kualitas ini sering tidak berwujud (misalnya sifat alami pemandangan, kebersihan udara atau situasi sunyi). Metode ini memiliki beberapa kelemahan (Garrod dan Willis, 1999), yaitu:

(1). Kesalahan hipotesis (framing effects). Kesalahan ini bisa dihindari dengan persiapan daftar pertanyaan yang hati-hati dan dipaparkan


(1)

Lampiran 11. Daftar Harga Bibit di Pasaran Umum

No. Nama Lokal Nama Jenis Suku Harga

1 Alkesah Pouteria campheciana (Kunth) Boehini Sapotaceae 3500

2 Alpukat Persea americana Mill. Lauraceae 3000

3 Ampelas/Rempelas Ficus ampelas Burm. f Moraceae 3000 4

Angsana/Sono

Kembang Pterocarpus indicus Wild Fabaceae 3000

5 Asam Jawa Tamarindus indica L. Fabaceae 3000

6

Asam Ronda/Asam

Landi Pithecelobium dulce (Roxb) Benth Fabaceae 3000 7

Asam

Selong/Dewandaru Syzygium michelli Lamk Myrtaceae 3000

8 Awar-awar Ficus septica Burm. f Moraceae 3000

9 Bacang Mangifere feotida Lour Anacardianceae 3500 10

Belalang/Pohon

Belalang Hymnenea courbaril L Fabaceae 6000

11 Belimbing Averhoa carambola L Oxalidaceae 3500

12 Belimbing Wuluh Averhoa blimbi L Oxalidaceae 3500

13 Berenuk Cressentia cujete L Bignoniaceae 3500

14 Beringin/Waringin Ficus brnjamnina L Moraceae 6000 15

Bintraro/Buta-buta

Badak Cerbera manghas L Apocynaceae 26000

16 Biola Cantik/Mandolin Ficus lyrata Warb Moraceae 16000 17 Bisbul/Buah Mentega Diospyrus philippensis DC Ebenaceae 11000 18 Buchanania Bunchanania arborenscens (BI) BI Anacardianceae 6000 19 Bulang Gmenilia eliptica J.E. Smith Verbenaceae 6000 20 Bulang India Gmenilia arborera Roxb Verbenaceae 3500 21

Bulu Jeraka/Bulu

Tampi Ficus of glabella BI Moraceae 5000

22 Bunga Kupu-kupu Bauhinia purpurea Fabaceae 5000 23 Bungur Langerstromea flosreginae Retz Lytraceae 5000 24 Buni Antidesma bunius (L) Spreng Euphorbiaceae 5000 25

Cangkring/Dadap

Serep Erythrina variegata L Fabaceae 4000

26 Caralia Branchita Caralia brachita (Lour) Merr Rhizophoraceae 16000 27 Cemara Gimbal Cuperssus semphervirens L Cupressaceae 16000 28 Cemara Gunung Casuarina junghuniana Miq Casuarinaceae 16000 29 Cemara Kipas Thuja orientalis L Cupressaceae 16000


(2)

No. Nama Lokal Nama Jenis Suku Harga 30 Cemara Laut Casuarina equisetifola J.R. & G. Frost Casuarinaceae 11000 31 Cempedak Artocarpus integer (Thunb) Merr Moraceae 3500 32 Cengal Pasir Hopea odorata Roxb Dipterocarpaceae 3000

33 Cepelat Nephelium mutabile BI Sapindaceae 2500

34 Ceri Muntinga calabura L Tiliaceae 2500

35 Dadap Merah Erythrina cristagalli L Fabaceae 6000 36 Damar Laki Auraccaria cuninghamii Ait.ex.D Don Ararucariaceae 8000

37 Dedalu Salix tetrasperma Roxb Sallxaceae 11000

38 Durian Durio zibthinus Murr Bombacaceae 16000

39 Dysoxylum Dysoxylum sp Meliaceae 6000

40 Flamboyan Delonix regia (Boyer e.Hook) Raffin Fabaceae 3000

41 Ficus sp Ficus sp Moraceae 3500

42 Gamal Glyricidia maculata H.B.K Fabaceae 6000

43 Gandaria Bouea macrophyla Griff Anacardianceae 6000 44 Gayam Inocarpus fagoferus (Park) Fosb Fabaceae 6000 45 Gedi, Gidi Albemoschus manihot (L) Medik Malvaceae 3500 46 Gersak/Jeraka Bulu Ficus seperba Miq Moraceae 3500 47 Glodongan/Mempisang Pholyalthia Iongifolia (Sonerat) Thawit Annonaceae 16000

48 Gondang Ficus variegeta BI. Moraceae 6000

49 Gowok (J), Kupa (Sd) Syzygium Polycephalum (Miq) Myrtaceae 3000 50 Growak Microcos tomentosa J.E.Smith Ulmaceae 3000 51 Haringking/Turen Cassia timorensis DC Fabaceae 3500 52 Hunteria xylancia Hunteria xylancia (Rezt) Apocynaceae 3000

53 Ilat-ilatan Ficus callosa Wild Moraceae 3000

54 Jabon Neunauclea calycina (Barti) Merr Rubiaceae 2500 55 Jamblang Syzygium cumini (L) Skells Myrtaceae 6000 56 Jambu Air Syzygium aquenum (burm.f) Alston Myrtaceae 11000

57 Jambu Biji Syzygium guajava L Myrtaceae 11000

58 Jeruk Bali Citrus maxima (Burm.) Merr Rutaceae 16000 59 Jambu Bol Syzgyium malaccensis (L) Merr & Perry Myrtaceae 21000 60 Jambu Mete Anacardium occidentale L Anacardianceae 6000 61 Jambu Mawar Syzgyium jambos (L) Alston Myrtaceae 3000 62

Jambu

Merak/Jakaranda Jaccaranda filicifolia (Anders) D.Don Bignoniaceae 6000 63 Jarak Pagar Jatropa curcas L Euphorbiaceae 2500


(3)

65 Jejawi/Kiara Ficus micricarpa L.f Moraceae 11000 66 Jengkol Pithecelobium jiringa Prain Fabaceae 11000

67 Jeruk Nipis Fabaceae 16000

68 Johar Cassia siamea Link Steculiaceae 11000

69 Kakao/Coklat Theobroma cacao L Fabaceae 6000


(4)

(5)

Lampiran 12. Biaya Pengobatan Penyakit/orang

No. Jenis Penyakit Biaya (Rp)

1. Jantung Koroner 1.500.000

2. Iritasi Paru-paru 200.000

3. Bronchitis 150.000

4. Pusing 100.000

5. Emphysema 900.000

6. Penurunan IQ 200.000

7. Kerusakan Hati 2.000.000

8. Kerusakan Ginjal 2.500.000

9. Paru-paru Obstruktif 1.200.000

10. ISPA 800.000

11. Hipertensi 100.000

Lampiran 13. Biaya Pengobatan Penyakit Akibat Pencemaran Udara di Kelurahan Ragunan

dan Pasar Minggu 2007

No. Jenis Penyakit

Biaya

Pengobatan/orang (Rp)

Ragunan Pasar Minggu

Jumlah Pederita (orang) Biaya (Rp) Jumlah Pederita (orang) Biaya (Rp) 1. Gangguan

Pernapasan

800.000 1178 924.028.800 2511 2.008.836.560 2. Pusing 100.000 3132 313.150.980 2721 272.054.540 3. Sukar

Konsentrasi

200.000 4695 939.000.000 6382 1.276.400.000 4. Iritasi Mata 15.000 2215 33.228.594 4706 70.595.498

5. Stress - 4434 - 5754 -

Total Biaya 2.227.493.334 3.627.959.418


(6)

Lampiran 14. Hasil Regresi Poisson Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi

Kunjungan ke KRC

Independent Variable Estimate Std. Error Wald Stat. p Interc 2,19500332 ,29057206 57,0640570 ,00000000 TC -,00000022 ,00000014 2,6782360 ,10172836* I -,00000005 ,00000002 6,0863478 ,01362304 S ,18926992 ,06703011 7,9730293 ,00474794 E ,03251987 ,01423110 5,2218045 ,02230539 A ,02661198 ,00413078 41,5040971 ,00000000 T -,09610144 ,02000764 23,0710909 ,00000156 Wt -,10618154 ,02258087 22,1114288 ,00000257 Ot -,01738312 ,05574891 ,0972261 ,75518415 Jr -,01082323 ,00216994 24,8781118 ,00000061 Al ,49600833 ,07011009 50,0514779 ,00000000 Wtp -,00000578 ,00000295 3,8383043 ,05009416** Ket: *nyata pada taraf uji 15%