Tabel 3.2
Rata-Rata NPF Murabahah NPF MURABAHAH
Data Triwulan
BPRS BANDUNG
AMANAH RABBANIAH
BPRS TANGERANG
BERKAH RAMADAHAN
BPRS HIK TANGERANG
Mar-12 1,93
16,06 1,63
Jun-12 2,59
12,93 2,29
Sep-12 2,63
7,32 2,12
Des-12 4,02
4,79 1,97
Mar-13 5,30
3,69 2,08
Jun-13 5,87
0,64 2,01
Sep-13 8,01
0,35 1,95
Des-13 4,88
2,83 1,71
Mar-14 5,55
2,45 1,91
Jun-14 4,72
3,60 1,74
Sep-14 8,16
1,57 1,61
Des-14 6,88
2,38 1,22
Mar-15 7,15
2,17 1,56
Jun-15 7,7
2,97 3,45
Sep-15 7,16
2,89 3,35
Des-15 5,84
2,71 2,88
RATA- RATA
5,52 4,33
2,09
NPF murabahah yang dihasilkan BPRS Amanah Rabbaniah Bandung dari Maret 2012 hingga September 2015 mengalami kenaikan
yang fluktuatif, namun pada Desember 2015 terjadi penurunan. Kenaikan NPF murabahah tertinggi sebesar 8,16 pada bulan September 2014.
NPF murabahah pada BPRS Tangerang Berkah Ramadahan dari Maret 2012 hingga Desember 2015 mengalami penurunan yang fluktuatif.
Sedangkan pada BPRS HIK Tangerang dari Maret 2012 hingga Desember 2015 NPF murabahah stabil.
Berdasarkan Tabel 3.2 rata-rata NPF murabahah yang paling besar
terdapat di BPRS Amanah Rabbaniah sebesar 5,52. Diposisi kedua adalah BPRS Tangerang Berkah Ramadahan yang memiliki rata-rata NPF
murabahah 4,33. Dan yang terkecil adalah BPRS HIK Tangerang sebesar 2,09. Sebagaimana kita ketahui bahwa kriteria penilaian
peringkat Non Performing Financing NPF yang sangat baik dilihat dari persentase yang terkecil yaitu NPF2 sedangkan batas NPF yang wajar
berkisar 5≤NPF8. Sehingga dapat disimpulkan NPF murabahah yang sangat kecil dan sangat baik terdapat di BPRS HIK Tangerang karena
memiliki nilai NPF sebesar 2,09. Sedangkan pada BPRS Amanah Rabbaniah, dan BPRS Tangerang Berkah Ramadahan NPF murabahah
cukup baik, ini mengindikasi bahwa kinerja keuangan bank di BPRS tersebut sudah cukup baik.
3. Risiko Pembiayaan Musyarakah NPF Musyarakah
Risiko pembiayaan musyarakah dengan menggunakan rasio NPF musyarakah merupakan variabel bebas dalam penelitian ini. Risiko
pembiayaan musyarakah adalah adanya kelalaian ataupun ketidak jujuran yang akan mengakibatkan ketidakstabilan pendapatan perusahaan. Risiko
pembiayaan musyarakah NPF yang besar dapat memerpengaruhi besarnya profitabilitas lembaga keuangan syariah.
Tabel 3.3
Rata-Rata NPF Musyarakah NPF MUSYARAKAH
Data Triwulan BPRS
BANDUNG AMANAH
RABBANIAH BPRS
TANGERANG BERKAH
RAMADAHAN BPRS HIK
TANGERANG Mar-12
2,88 12,14
1,79 Jun-12
4,33 11,68
1,6 Sep-12
3,06 11,54
1,59 Des-12
2,65 4,12
1,58 Mar-13
2,28 5,62
1,57 Jun-13
2,71 5,29
1,48 Sep-13
2,84 2,56
2,04 Des-13
2,02 1,35
1,91 Mar-14
2,01 1,58
2,27 Jun-14
1,74 3,85
2 Sep-14
1,77 0,99
1,64 Des-14
1,63 1,49
1,88 Mar-15
2,02 2,03
1,7 Jun-15
1,95 1,68
3,78 Sep-15
1,77 1,68
3,64 Des-15
1,78 0,32
2,06 RATA-RATA
2,34 4,25
2,03
NPF musyarakah yang dihasilkan
BPRS Amanah Rabbaniah Bandung dan BPRS Tangerang Berkah Ramadahan dari Maret 2012
hingga Desember 2015 mengalami penurunan yang fluktuatif. Sedangkan NPF musyarakah
BPRS HIK Tangerang dari Maret 2012 hingga Desember 2015 stabil.
Berdasarkan Tabel 3.3 rata-rata NPF musyarakah yang paling
besar adalah BPRS Tangerang Berkah Ramadahan sebesar 4,25. Diposisi kedua adalah BPRS Amanah Rabbaniah yang memiliki rata-rata
NPF musyarakah sebesar 2,34. Dan rata-rata NPF musyarakah yang terkecil adalah BPRS HIK Tangerang sebesar 2,03. Sebagaimana kita
ketahui bahwa kriteria penilaian peringkat Non Performing Financing NPF yang sangat baik dilihat dari persentase yang terkecil yaitu
NPF2 sedangkan batas NPF yang wajar berkisar 5≤NPF8. Sehingga dapat disimpulkan NPF musyarakah yang sangat kecil dan
sangat baik terdapat di BPRS HIK Tangerang karena memiliki nilai NPF sebesar 2,03. Sedangkan pada BPRS Amanah Rabbaniah, dan BPRS
Tangerang Berkah Ramadahan NPF musyarakah cukup baik, ini mengindikasi bahwa kinerja keuangan bank di BPRS tersebut sudah cukup
baik.
4. Financing to Deposit Ratio FDR
Financing to Deposit Ratio FDR merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Financing to Deposit Ratio FDR adalah rasio yang
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengendalikan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, memberikan indikasi semakin rendahnya likuiditas bank yang
bersangkutan.
Tabel 3.4
Rata-Rata FDR FDR
Data Triwulan
BPRS BANDUNG
AMANAH RABBANIAH
BPRS TANGERANG
BERKAH RAMADAHAN
BPRS HIK TANGERANG
Mar-12 86,84
57,8 108
Jun-12 86,16
57,75 107,3
Sep-12 81,94
73,93 109,25
Des-12 75,08
76,22 111,2
Mar-13 68,21
85,75 116,7
Jun-13 92,84
72,24 109,5
Sep-13 81,2
80,72 108,8
Des-13 81,68
78,83 104
Mar-14 76,97
77,61 105,9
Jun-14 98,31
85,28 117
Sep-14 91,51
77,05 107,5
Des-14 83,6
89,9 101,5
Mar-15 81,39
80,83 97,7
Jun-15 92,78
81,94 105,9
Sep-15 89,73
71,31 104,1
Des-15 79,93
81,45 102,7
RATA- RATA
84,26 76,78
107,32
Berdasarkan Tabel 3.4 rata-rata Financing to Deposit Ratio FDR
yang paling besar adalah BPRS HIK Tangerang sebesar 107,32. Diposisi kedua adalah BPRS Amanah Rabbaniah yang memiliki rata-rata FDR
sebesar 84,26. Dan rata-rata FDR yang terkecil adalah BPRS Tangerang Berkah Ramadahan sebesar 76,78. Sebagaimana kita ketahui bahwa
kriteria penilaian peringkat Financing to Deposit Ratio FDR yang sangat baik berkisar 50FDR≤75 sedangkan batas FDR yang wajar berkisar
85FDR≤100. Sehingga dapat disimpulkan Financing to Deposit Ratio FDR di BPRS HIK Tangerang, BPRS Amanah Rabbaniah, dan
BPRS Tangerang Berkah Ramadahan memiliki Financing to Deposit Ratio FDR cukup baik.
E. Teknik Analisis Data
Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan, peneliti akan melakukan serangkaian tahap untuk menghitung dan mengolah data yang
sudah tersedia. Peneliti menggunakan analisis statistik melalui pendekatan analisis regresi linier berganda, untuk meramalkan nilai pengaruh lebih dari
dua variabel bebas terhadap suatu variabel terikat serta membuktikan ada tidaknya hubungan parsial atau hubungan simultan antara variabel bebas
terhadap variabel terikat.
3
Pada penelitian ini akan menggunakan software SPSS 22 untuk memproses data yang didapat dari laporan keuangan BPRS
Amanah Rabbaniah Bandung, BPRS Berkah Ramadhan Tangerang, dan BPRS HIK Tangerang periode 2012-2015. Pengujiannya adalah sebagai berikut:
1. Uji Variabel Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian regresi berganda, perlu dilakukan
suatu pengujian asumsi klasik agar model regresi menjadi suatu model yang
lebih terarah. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk
3
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurrahman, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, 2007, h. 198
menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum.
a. Uji Heteroskedasitas Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang lain dengan menggunakan grafik scatterplot. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedasitas.
4
Salah satu cara untuk melihat adanya problem heteroskedasitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi ZPRED
dengan residualnya SRESID. Cara menganalisisnya:
5
1 Dengan melihat apakah titik-titik memiliki pola tertentu yang teratur seperti gelombang, melebar kemudian menyempit, jika
terjadi maka mengindikasi terdapat heteroskedasitas. 2 Jika terdapat pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar
diatas dan dibawah angka 10 pada sumbu Y maka mengindikasi tidak terjadi heteroskedasitas.
4
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Edisi ketiga, Semarang: Universitas Diponegoro2005, h.105
5
Tony Wijaya, Analisis Multivariat, Yogyakarta: Penerbit Universitas Atmajaya,2010, h.56
b. Uji Autokorelasi Bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya.
6
Jika terjadi korelasi maka ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknnya
autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin Watson DW dengan ketentuan sebagai berikut:
7
1 1,65 DW 2,35 → tidak ada autokorelasi 2 1,21 DW 1,65 atau 2,35 DW 2,79 → tidak dapat
disimpulkan 3 DW 1,21 atau DW 2,79 → terjadi autokorelasi
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
8
Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah pada multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independennya. Ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi
adalah dilihat dari besaran VIF Variance Inflation Factor dan
6
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Edisi ketiga, h.96
7
Wahid Sulaiman, Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Yogyakarta, Andi Offset, 2004, h.89
8
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Edisi ketiga, Semarang: Universitas Diponegoro2005, h.91
tolerance.
9
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas adalah sebagai berikut:
10
1 Nilai R2 yang dihasilkan oleh estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel bebas banyak yang
tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat. 2 Menganalisis korelasi antar variabel bebas. Jika antar variabel
bebas ada korelasi yang cukup tinggi diatas 0,90 maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.
3 Multikolinearitas dapat juga dilihat dari VIF, jika VIF 10 maka tingkat multikolinearitas dapat ditoleransi.
4 Nilai Eigen value sejumlah satu atau lebih variabel bebas yang mendekati nol memberikan petunjuk adanya multikolinearitas.
d. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah mempunyai
distribusi normal atau mendekati normal.
11
Uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal
dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.
9
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Edisi ketiga, h.92
10
Tony Wijaya, Analisis Multivariat, Yogyakarta: Penerbit Universitas Atmajaya,2010, h.51
11
Imam Ghazali, Aplikasi Multivariate dengan Program IBM 19, Semarang : BP Universitas Diponegoro, 2011, h.147