d. Peningkatan kompetisi: kompotisi di perbankan telah meningkat,
membuat bank-bank kecil sulit untuk bertahan. Bank-bank berskala kecil tidak mampu untuk berkompetisi karena meningkatnya biaya
bisnis dan tingginya biaya manajemen risiko.
e. Lingkungan peraturan: didalam krisis keuangan, dari krisis utang
Dunia Ketiga pada tahun 1980-an hingga krisis di Asia Timur pada tahun 1990.
3. Hal-hal yang diperhatikan dalam pengendalian risiko Dalam memenuhi kewajibannya, Bank Syariah harus bisa
mengendalikan risiko serendah mungkin, berikut hal-hal yang di perhatikan dalam pengendalian risiko:
7
a. Identifikasi risiko dilaksanakan dengan melakukan analisis terhadap karakteristik risiko yang melekat pada aktivitas fungsional, dan risiko
dari produk dan kegiatan usaha. b. Pengukuran risiko dilaksanakan dengan melakukan evaluasi secara
berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko, serta penyempurnaan sistem
pengukuran risiko apabila terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi dan faktor risiko yang bersifat material.
c. Pemantauan risiko dilaksanakan dengan melakukan evaluasi terhadap eksposur risiko, penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat
perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi dan faktor risiko,
7
Adiwarman Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013 h. 260
teknologi informasi dan sistem informasi manajemen risiko yang bersifat material.
d. Pelaksanaan proses pengendalian risiko, digunakan untuk mengelola risiko tertentu yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank.
B. Risiko Pembiayaan Murabahah dan Musyarakah
1. Risiko Pembiayaan Murabahah Murabahah al-bai’ bi tsaman ajil lebih dikenal sebagai
murabahah saja. Murabahah, yang berasal dari kata ribhu keuntungan, adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya.
Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan
marjin.
8
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional DSN No. 04DSN- MUIIV2000. Pengertian murabahah yaitu menjual suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.
9
Sebagaimana telah dijelaskan dalam surat Al-baqarah [2]: 275
.... Artinya: “...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba...”
8
Adiwarman Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih Dan Keuangan, h.98.
9
Fatwa Dewan Syariah Nasional DSN No. 04DSN-MUIIV2000, Tentang Murabahah, h.1
Masalah potensial dari akad jual beli murabahah
adalah terlambatnya pembayaran oleh pihak ketiga, sedangkan pihak bank tidak
dapat menuntut kompensasi apapun yang melebihi harga yang telah disepakati atas keterlambatan tersebut. Gagalnya pembayaran yang telah
disepakati ini akan merugikan pihak bank.
10
Risiko pembiayaan murabahah bisa berakibat buruk pada bank, diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi dalam pembiayaan
murabahah antara lain:
11
a. Tashir kelalaian, terjadi apabila nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
b. Fluktuasi harga komparatif, bila harga barang dipasar naik setelah LKS membelinya untuk nasabah, karena LKS tidak bisa mengubah
harga jual beli tersebut. c. Penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak nasabah
karena beberapa sebab. d. Dijual, hal ini terjadi karena Ba’i al-murabahah dapat bersifat jual
beli dengan hutang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Dan nasabah bebas melakukan apapun
terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya kepada pihak lain. Dengan demikian risiko taqshir sangat besar.
10
Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, h.55
11
HM.Dumairi Nor, Ekonomi Syariah Jawa Timur: Pustaka Sidogiri, 2008 h.45
2. Risiko Pembiayaan Musyarakah Musyarakah dari kata syirkah disebut juga syarikah yang artinya
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi kontribusi dana atau kesepakatan bersama.
12
PSAKA No.106 mendefinisikan musyarakah
sebagai akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan porsi kontribusi dana. Para mitra bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai sebuah usaha tertentu dalam masyarakat, baik usaha
yang sudah berjalan maupun yang baru, selanjutnya salah satu mitra dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati
nisbahnya secara bertahap atau sekaligus kepada mitra lain. Investasi musyarakah dapat dalam bentuk kas, setara kas atau aset non kas.
13
12
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001, h.90
13
Sri Nurhayati-Wasilah,
Akuntansi Syaraiah
di Indonesia,
Jakarta:Salemba Empat,2013, h.150.
Adapun ketentuan musyarakah dalam surat Shad ayat 24 sebagai berikut:
Artinya : Daud berkata Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya.
Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali
orang orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini. Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya;
maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.
Penggunaan model pembiayaan musyarakah yang lebih besar pada sisi aset akan mengakibatkan ketidakstabilan sistemik pada saat giro
dipergunakan dalam jumlah besar oleh bank syariah.
14
Risiko yang terdapat dalam musyarakah, terutama pada penerapan dalam pembiayaan
adalah sebagai berikut:
15
a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan yang seperti disebut dalam kontrak.
b. Lalai dan kesalahan yang disengaja. c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.
14
Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, h.58
15
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001, h.94