Latar Belakang Masalah Hubungan Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Pada Mata Pelajaran Pkn Dengan Karakter Siswa Kelas VI SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Pamulang
intelektual secara optimal sehingga siswa mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Karakter merupakan
komponen utama dalam pendidikan dasar, untuk itulah pendidikan karakter perlu dikembangkan karena pada dasarnya pendidikan karakter bukan hanya
sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu pendidikan karakter merupakan usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang
baik habituation sehingga peserta didik menjadi paham kognitif tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan afektif nilai yang baik dan
biasa melakukannya psikomotorik. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik tidak hanya melibatkan aspek pengetahuan yang baik moral
knowing, akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good moral feeling dan perilaku yang baik moral action.
3
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis hard skill saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain soft skill. Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan
hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan
lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill.
4
Pendidikan di Indonesia saat ini hanya terfokus pada otak kiri hard skill saja dan kurang
memperhatikan perkembangan otak kanan soft skill. Banyak anggapan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak, memiliki gelar tinggi akan
menjadi orang sukses di dunia pekerjaan. Kenyataanya korupsi yang banyak terjadi di Indonesia dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kecerdasan
otak dan gelar yang tinggi. Hasil survei menunjukkan bahwa bangsa Indonesia masih menempati negara terkorup di dunia, di samping Cina, Mexico, dan
3
Kemendinas, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta: Badan Litbang Kementrian Pendidikan Nasional, 2010, h. 6.
4
Samsul Hidayat, Pentingnya Pendidikan Karakter di Era Modern, 2016, h. 1 http:bkddiklat.ntbprov.go.id.
India.
5
Korupsi merupakan gejala paling nyata dari gagalnya pembangunan karakter bangsa yang membuat rakyat tetap miskin sehingga membuat negara
Indonesia tertinggal dengan negara lainnya yang membuat generasi kita menganggur, kurang pendidikan, dan sebagainya.
Selain itu budaya kekerasan juga masih sering terjadi di lingkungan pendidikan. Guru masih sering melakukan kekerasan fisik, juga banyak
kekerasan psikologis dan emosional. Hal ini juga terjadi dikalangan remaja, terutama dikalangan pelajar yang sedang menempuh dunia pendidikan dengan
mereka mudah terprovokasi dan sikap emosional yang tidak terkendali sehingga berujung pada perkelahian, tawuran, dan kekerasan antar pelajar,
ditambah lagi dengan penggunaan obat-obat terlarang, dan diperparah dengan adanya penyimpangan sosial yang mereka lakukan dalam bentuk pergaulan
bebas. Pelajar saat ini juga terkesan kurang hormat kepada orang tuanya, guru dan tokoh-tokoh masyarakat yang ada. Ditambah lagi contek masal ketika UN
bahkan contekan itu diberikan oleh pihak sekolah secara langsung. Semua perilaku negatif di atas, jelas menunjukkan kerapuhan karakter
yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi
lingkungan yang tidak mendukung. Persoalan tersebut tidak akan berkurang jika tidak segera memulai pendidikan karakter dalam konteks pendidikan.
Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuh kembangkan karakter positif. Bila berbicara tentang pendidikan
yang langsung teringat adalah sekolah. Sekolah merupakan sebuah lembaga sosial yang dipilih oleh pemerintah untuk pembinaan warga masyarakat untuk
membentuk karakter bangsa. Tugas sekolah tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik sehingga siswa tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja
tetapi juga memiliki karakter yang baik sehingga dapat membentuk siswanya menjadi manusia yang cerdas, terampil dan berakhlak mulia sesuai aturan
yang berlaku. Dalam riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda :
5
M. Karman, “Pendidikan Karakter : Sebuah Tawaran Model Pendidikan Holistik- Integralistik”, dalam Jejen Musfah, Pendidikan Holistik, Tangerang: Faza Media, 2011, h. 124.
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya . . .”
6
Untuk itulah pendidikan karakter seharusnya membawa siswa ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan
akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata, karena itulah semua mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa di sekolah harus bermuatan pendidikan karakter
yang bisa membawanya menjadi manusia yang berkarakter. Nilai yang bisa dijadikan dasar dalam pendidikan karakter adalah nilai-
nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai yang sangat penting karena mengandung nilai-nilai luhur bangsa ini dan sangat relevan untuk
dijadikan dasar dalam pembentukan karakter bangsa. Pancasila memuat nilai karakter yang baik dan bisa dijadikan rujukan untuk pembentukan karakter
siswa. Para pendiri bangsa ini merumuskan Pancasila dengan memasukkan unsur-unsur nilai yang lengkap didalamnya. Diantaranya adalah nilai
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan demokrasi dan Keadilan. Dari kelima sila Pancasila, dalam masing-masing sila terdapat nilai karakter
yang saling melengkapi antara nilai yang satu dengan nilai yang lain seperti nilai religius, toleransi, demokrasi, peduli sosial, cinta tanah air, semangat
kebangsaan, dan jujur. Oleh karena itu, nilai Pancasila tersebut relevan jika dijadikan acuan membentuk karakter yang ideal.
SD Dharma Karya UT merupakan salah satu sekolah yang menerapkan pendidikan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila di atas. Seperti
yang peneliti amati ketika melaksanakan kegiatan PPKT Praktek Profesional Keguruan Terpadu nilai religius yang terdapat pada sila pertama terlihat
ketika siswa berdoa sebelum dan sesudah belajar kemudian kegiatan solat Dzuhur berjamaah dan kegiatan ibadah pada jam 12.00 siang. Mereka
mengikut kegiatan itu dengan khidmat, meskipun ada wanita yang sedang
6
Muthofa Al-Adawy, Buku dari Fiqih Akhlak, Terj. dari Fiqh al-Akhlaq wa al- Mu’amalat
baina al- Mu’minim oleh Salim Bazemool dan Taufik Damas, Jakarta: Qisthi Press, 2005, h. 5
. . .
berhalangan atau guru agama katolik,kristen, hindu, budha tidak masuk mereka tetap berada di dalam kelas agar tidak mengganggu temannya yang
sedang solat dan ibadah. Hal ini menunjukkan adanya sikap toleransi di antara mereka.
Jiwa kemanusiaan yang dimiliki siswa SD Dharma Karya UT sudah cukup baik hal ini terlihat ketika mereka saling membantu temannya yang
kesulitan seperti memberikan temannya makanan ketika temannya tidak membawa uang. Selain itu mereka juga menunjukkan nilai persatuan dengan
berteman dengan siapa saja tanpa memandang agama, suku, dan budaya. Kemudian pemilihan ketua kelas dengan cara voting dan menjalankan
kegiatan piket merupakan bukti pengamalan nilai demokrasi. Terakhir nilai keadilan, peneliti melihat bahwa siswa SD Dharma Karya UT berani berkata
jujur meskipun ia akan dimarahi gurunya dan mereka terbiasa mengerjakan ulangan sendiri tanpa menyontek dengan temannya.
Sikap tersebut menunjukan bahwa siswa SD Dharma Karya UT mempunyai karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang cukup baik
meskipun terdapat beberapa siswa yang menunujukkan karakter yang kurang mencerminkan nilai-nilai Pancasila tetapi itu sangat sedikit. Namun jika
dibiarkan tentu saja siswa yng belum memiliki karakter yang cukup baik akan menimbulkan efek yang negatif bagi siswa yang lain. Karena tentu saja
kegiatan belajar mereka di sekolah akan terganggu. Selain itu bisa saja dengan berjalannya waktu siswa yang mempunyai karakter yang belum ideal ini akan
mempengaruhi siswa lain untuk mengikuti jejaknya. Berdasarkan keterangan Kepala Sekolah SD Dharma Karya UT Pondok Cabe untuk menangani siswa
yang menunujukkan karakter yang kurang mencerminkan nilai-nilai Pancasila dilakukan dengan memberikan nasihat, pengarahan serta bimbingan serta terus
memberikan contoh dan pembiasaan karakter yang baik kepada anak tersebut. Salah satu cara pembiasaan dalam pembentukan pendidikan karakter
dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila., penanaman nilai-nilai Pancasila sudah diterapkan sejak kelas 1 baik berupa contoh sikap yang
mencerminkan nilai-nilai Pancasila, nasihat guru kepada murid, menanamkan
sikap disiplin kepada siswa, serta melalui materi pelajaran yang diajarkan seperti pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
7
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945.
8
Adapun tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum Nasional
adalah untuk menjadikan peserta didik memiliki kemampuan
9
: 1
Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2 Berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.
3 Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4 Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di atas, selayaknya pembelajaran tentang Pancasila dalam Pendidikan Kewarganegaraan dapat
membekali siswa dengan pengetahruan, keterampilan intelektual dan pengalaman. Materi Pancasila yang merupakan salah satu ruang lingkup mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pembahasannya meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara proses perumusan
Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-sehari, dan Pancasila sebagai ideologi terbuka.
10
Pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila merupakan hal yang harus dilakukan untuk membentuk karakter siswa yang sesuai dengan nilai
–nilai
7
Warjoko, Kepala Sekolah SD Darma Karya UT, Wawancara, Tangerang, 1 April 2016.
8
Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi, PKn dan Masyarakat Multikultural, Bandung: UPI, 2008, h. 14-15.
9
Moh. Murtado, Pembelajaran PKn MI, Surabaya, LAPIS-PGMI, 2009, h. 1.8-1.9.
10
Ibid, h. 1.10.
Pancasila. Pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila bukanlah sekedar tahu terhadap nilai-nilai tersebut, namun harus benar-benar memahami nilai-nilai
tersebut. Selain pemahaman nilai-nilai Pancasila, pengamalan nilai-nilai Pancasila seperti yang tertuang dalam butir pengamalan akan membentuk
karakter siswa yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Siswa kelas VI SD Dharma Karya UT menerima pembelajaran
mengenai Pancasila pada awal semester satu dengan judul materi “Nilai-nilai
Juang dalam perumusan Pancasila ”. Dengan tingkat pemahaman nilai-nilai
yang baik maka hal tersebut akan menjadi modal untuk pembentukan karakter siswa. Berikut ini adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi
Pancasila:
Tabel 1.1 : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Menghargai nilai- nilai juang dalam
proses perumusan
Pancasila sebagai dasar negara
Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara
Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar
Negara dalam kehidupan sehari-hari
Dalam kegiatan pembelajaran pada materi tersebut siswa mempelajari tentang isi dari Pancasila dan siswa harus memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam setiap butir Pancasila tersebut. Hal tersebut tentu akan menambah pemahaman siswa terhadap nilai-nilai Pancasila. Dengan tingkat
pemahaman yang baik terhadap nilai-nilai Pancasila akan memudahkan siswa dalam pengimplementasian agar membentuk karakter yang baik. Namun tidak
bisa dipungkiri bahwa materi nilai-nilai Pancasila ini tidak mutlak membuat
pemahaman nilai-nilai Pancasila siswa akan meningkat, karena penyerapan siswa terhadap nilai-nilai Pancasila berbeda-beda berdasarkan beberapa faktor.
Oleh karena itu, dengan adanya materi mengenai nilai-nilai Pancasila diharapkan siswa mempunyai karakter yang baik karena untuk membangun
bangsa yang baik perlu adanya fondasi nilai dan Pancasila yang mempunyai nilai yang sangat lengkap untuk dijadikan fondasi tersebut. Namun
pengimplementasian itu juga perlu pembiasaan karena karakter membutuhkan proses sehingga membutuhkan waktu untuk menghasilkan karater yang baik.
Hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian tentang hubungan pemahaman nilai-nilai pancasila pada mata pelajaran PKn terhadap
karakter siswa kelas VI di SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Pamulang.