Adaptasi karang terhadap sedimen

26 1981. Pada Tabel 3 dapat dilihat variasi tingkat dampak terhadap komunitas komunitas karang. Tabel 3. Variasi tingkat dampak sedimentasi terhadap komunitas karang Laju sedimentasi mgcm 2 hari Tingkat Dampak Ringan hingga sedang Pengurangan kepadatan Perubahan bentuk tumbuh Penurunan laju pertumbuhan Kemungkinan penurunan rekrutmen 1 – 10 Kemungkinan penurunan dalam jumlah spesies Sedang hingga berat Pengurangan kepadatan secara besar-besaran Penurunan sangat hebat laju pertumbuhan Penurunan rekrutmen Penurunan jumlah spesies 10 – 50 Kemungkinan invasi oleh spesies oportunis Sangat berat hingga catastrophic Pengurangan kepadatan secara drastis Degradasi hebat dari komunitas Beberapa spesies menghilang Beberapa koloni karang mati Penurunan secara hebat rekrutmen Regenerasi karang menurun atau terhenti 50 Invasi oleh spesies oportunis Sumber : Pastorok Bilyard 1985 in Connell Hawker 1992 Hasil penelitian di Guam, suatu komunitas karang yang miskin mendapat masukan sedimen rata-rata 160 - 200 mgcm 2 hari ditemukan kurang dari 10 spesies dengan penutupan substrat padat kurang dari 2. Sebaliknya pada komunitas yang kaya dengan rata-rata laju sedimentasi 5 - 32 mgcm 2 hari ditemukan lebih dari 100 jenis karang dengan penutupan subtrat padat 12. Spesies richness, persentase penutupan dan rata-rata ukuran koloni karang merupakan kebalikan hubungan dengan laju sedimentasi Connell Hawker 1992.

2.2.3. Adaptasi karang terhadap sedimen

Bagaimanapun juga jenis karang tertentu masih memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap sedimentasi pada lingkungan perairannya, baik secara fisiologi maupun morfologi. Adaptasi secara fisiologi merupakan bentuk adaptasi secara aktif dari karang dalam menolak sedimen active sediment rejection, 27 sedangkan adaptasi secara morfologi merupakan kemampuan karang secara pasif dalam menolak sedimen passive sediment rejection. Kondisi hidrologi lokal dan bentuk umum corallum karang merupakan dua faktor kunci kemampuan karang dalam menolak sedimen secara pasif Tomascik et al. 1997. Kenyataan bahwa setiap jenis karang memiliki kemampuan yang berbeda untuk beradaptasi terhadap keberadaan sedimen, akan menyebabkan pola penyebaran dari jenis-jenis karang serta struktur komunitas benthic lainnya berbeda pula antara daerah dengan sedimentasi tinggi hingga daerah yang sedikit sekali mengalami sedimentasi Litz et al. 1985; Hallock 1998 in Hallock et al. 2004. Sebagai contoh karang dari jenis Fungia dapat beradaptasi secara morfologi dan fisiologi terhadap kondisi perairan dengan turbiditas tinggi. Turbinari peltata dan Echinopora mammiformis merupakan jenis karang yang mampu bertahan pada kondisi perairan dengan turbiditas tinggi, yaitu dengan memiliki morfologi corallum unifacial lamine yang memfasilitasi untuk menolak sedimen secara pasif Stafford-Smith dan Ormond 1992 in Tomascik et al . 1997. Jenis-jenis karang yang memiliki kemampuan secara aktif dalam menolak sedimen telah banyak diteliti oleh beberapa peneliti Marshall dan Orr 1931; Hubbard dan Pacock 1972; Bak dan Elgershuizen 1976; Rogers 1978, 1983; Logan 1988 in Tomascik et al. 1997. Hasilnya mengindikasikan bahwa terdapat variasi dalam kemampuan penolakan sedimen diantara masing-masing grup taksa. Selanjutnya Stafford-Smith dan Ormond 1992 dalam Tomascik et al. 1997 mengemukakan bahwa terdapat 42 spesies karang yang diteliti di Great Barier Reef yang memiliki kemampuan aktif dalam menolak sedimen. Sebagai contoh, Leptoria phyriga , yang umumnya terdapat pada daerah upper reef slope yang jernih, tapi masih memiliki kemampuan mentolerir sedimentasi hingga 25 mg.cm 2 hari tanpa mengalami kerusakan Stafford-Smith, 1993 in Tomascik et al . 1997.

3. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Mei – Juni 2009 yang berlokasi perairan timur Kabupaten Bintan. Ada dua sungai yang bermuara ke laut di perairan ini yaitu Sungai Kawal dan Sungai Galang Batang. Secara administratif termasuk wilayah dalam Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 8. Tabel 4. Posisi geografis pada tiap stasiun penelitian Stasiun Nama Lokasi Jarak Muara Sungai Km Posisi Geografis 1 Karang Muara Kawal = 1,77 00°59,175’ N 104°38,993’ E 2 Karang Penyerap Kawal = 2,73 01°00,272’ N 104°39,414’ E 3 Teluk Bakau Kawal = 4,07 01°01,125’ N 104°39,675’ E 4 Masiran Kawal = 2,37 00°58,678’ N 104°39,109’ E 5 Pulau Manjin Kawal = 6,72 Galang Batang = 2,75 00°56,438’ N 104°40,065’ E

3.2. Peralatan yang Digunakan

Alat bantu utama yang digunakan dalam pengamatan terumbu karang adalah peralatan selam SCUBA Self Contained Underwater Breathing Apparatus , roll meter, pelampung tanda, jam tangan bawah air, transek kuadrat dengan ukuran 1 x 1 m 2 , serta alat tulis bawah air underwater paper dan pensil. Alat pendukung lainnya yang digunakan untuk mengamati terumbu karang diantaranya adalah kamera bawah air , serta perahu motor sebagai alat transportasi dalam pengambilan data. GPS digunakan untuk mencatat posisi geografis lokasi stasiun pengamatan. Alat yang digunakan untuk mengukur sedimen adalah sediment traps yang terbuat dari pipa PVC dengan diameter dalam 5 cm. Adapun bahan yang digunakan untuk mengidentifikasi karang adalah buku identifikasi karang, yaitu: Ditlev 1980; Wood 1983; Suharsono 1996; Stafford-Smith dan Veron 2000.