Salinitas Suhu Karakteristik Fisik dan Kimia Perairan

45 Gambar 14 Grafik parameter lingkungan di setiap stasiun.

5.1.1. Salinitas

Hasil pengukuran memperlihatkan salinitas paling tinggi 32,3‰ Stasiun 3 sedangkan paling rendah 30,3‰ Stasiun 1. Kisaran salinitas bagi pertumbuhan karang di Indonesia karang berkisar 29 - 33‰ Coles Jokiel 1992. Semakin tinggi salinitas pada stasiun yang menjauhi sungai memperlihatkan adanya pengaruh dari sungai terhadap distribusi salinitas. Richmond 1993 in Tomascik et al. 1997 menyatakan bahwa penurunan salinitas sebesar 20 dapat menyebabkan penurunan tingkat keberhasilan fertilisasi pada karang sebesar 86. Perubahan salinitas secara mendadak atau fluktuasi ekstrim akan memberikan dampak terhadap karang. Pengaruh yang muncul pada karang akibat penurunan salinitas adalah produksi mucus berlebih, bleaching karena keluarnya zooxanthellae dari polip karang dan regenerasi populasi zooxanthellae sangat lambat serta pemulihannya memerlukan waktu beberapa bulan Connel Hawker 1992. Salinitas permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain runoff, presipitasi, epavorasi, dan pola arus permukaan. Fluktuasi salinitas permukaan terutama di perairan pantai berkaitan erat dengan keberadaan sungai dan hujan lebat. Salinitas akan mempengaruhi distribusi terumbu karang. 46 Gambar 15 Nilai hasil pengamatan salinitas pada setiap stasiun pengamatan.

5.1.2. Suhu

Pengukuran suhu sangat tergantung dari waktu pengukuran dan cuaca pada saat itu. Suhu air yang terukur selama penelitian berkisar antara 29,7 – 30,7 o C. Suhu air yang diukur merupakan suhu permukaan air pada kedalaman 0,5 meter. Berdasarkan Kep.No.51MENLH2004 tentang baku mutu air laut yang diperuntukkan bagi kehidupan biota karang yaitu 28 – 30 o C. Dari nilai-nilai di atas, suhu perairan di Bintan masih dalam kisaran optimum untuk pertumbuhan karang. Gambar 16 Nilai hasil pengamatan suhu pada setiap stasiun pengamatan. 47 Menurut Sukarno et al. 1983 suhu yang paling baik untuk pertumbuhan karang berkisar antara 25 o C – 30 o C . Selanjutnya Nybakken 1993 mengatakan bahwa terumbu karang masih dapat mentolerir suhu tahunan maksimum 36 o C – 40 o C dan tahunan minimum 18 o C. Suhu dapat mempengaruhi tingkah laku makan karang. Kebanyakan karang kehilangan kemampuan untuk menangkap makanan pada suhu diatas 33,5 o C dan dibawah 16 o C. Perubahan suhu secara mendadak sekitar 4 o C – 6 o C dibawah atau diatas ambient level dapat mengurangi pertumbuhan karang bahkan mematikannya. Selanjutnya Tomascik et al. 1997 mengemukakan bahwa terumbu karang pada suatu lokasi hanya dapat mentolelir perubahan suhu sekitar 2 o C – 3 o C.

5.1.3. Kecerahan