47 Menurut Sukarno et al. 1983 suhu yang paling baik untuk pertumbuhan
karang berkisar antara 25
o
C – 30
o
C . Selanjutnya Nybakken 1993 mengatakan bahwa terumbu karang masih dapat mentolerir suhu tahunan maksimum 36
o
C – 40
o
C dan tahunan minimum 18
o
C. Suhu dapat mempengaruhi tingkah laku makan karang. Kebanyakan karang kehilangan kemampuan untuk menangkap
makanan pada suhu diatas 33,5
o
C dan dibawah 16
o
C. Perubahan suhu secara mendadak sekitar 4
o
C – 6
o
C dibawah atau diatas ambient level dapat mengurangi pertumbuhan karang bahkan mematikannya. Selanjutnya Tomascik et al. 1997
mengemukakan bahwa terumbu karang pada suatu lokasi hanya dapat mentolelir perubahan suhu sekitar 2
o
C – 3
o
C.
5.1.3. Kecerahan
Kecerahan merupakan kebalikan dari kekeruhan, umumnya diukur dari kemampuan cahaya untuk menembus ke dalam kolom air. Jarak tembus cahaya
masuk ke perairan sangat ditentukan oleh intensitasnya. Intensitas cahaya yang masuk ke dalam kolom air semakin berkurang dengan bertambahnya kedalam
perairan. Dengan kata lain, cahaya akan mengalami penghilangan extinction atau pengurangan attenuation yang semakin besar dengan bertambahnya
kedalaman.
Gambar 17 Nilai hasil pengamatan kecerahan pada setiap stasiun pengamatan.
48 Hasil pengukuran kecerahan di lapangan berkisar antara 2,83 – 3,75 meter.
Hampir di semua Stasiun 1 sampai 4 kecerahan sampai ke dasar perairan, hanya di stasiun 5 yang tidak mencapai dasar. Acuan nilai kecerahan 5 m
Kep.No.51MENLH2004 lebih cocok digunakan di perairan terumbu karang yang bathimetri-nya relatif dalam oceanic platform reefs seperti di Indonesia
Timur. Dalam ekosistem terumbu karang, kecerahan erat kaitannya dengan
cahaya matahari. Cahaya matahari sangat diperlukan terutama oleh alga simbion karang zooxanthellae untuk melakukan fotosintesis, selanjutnya hasil dari
fotosintesis dimanfaatkan oleh karang untuk melakukan proses respirasi dan kalsifikasi Hubbard 1997. Kecerahan berbanding terbalik dengan padatan
tersuspensi TSS, dimana semakin meningkat TSS maka kecerahan dan penetrasi cahaya matahari semakin berkurang. Hal ini menurut Hubbard 1997 dapat
berpengaruh terhadap morfologi karang.
5.1.4. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan non organik yang tersuspensi lumpur, pasir halus dan terlarut lempung maupun plankton dan
mikroorganisme lain Alaert Santika 1984; Effendi 2003.
Gambar 18 Nilai hasil pengamatan kekeruhan pada setiap stasiun pengamatan.
49 Kekeruhan air yang terukur selama penelitian berkisar antara 0,7 – 1,0
NTU. Nilai kekeruhan paling tinggi 1,0 NTU Stasiun 1 dan 5. Kekeruhan air yang diukur merupakan kekeruhan permukaan air pada kedalaman 0,5 m. Nilai
kekeruhan tersebut masih berada di bawah baku mutu biota laut diperairan terumbu karang yaitu 5 NTU Kep.No.51MENLH2004.
Dalam penelitian ini kekeruhan mempunyai hubungan searah dengan total suspended solid
TSS. Hal ini sejalan pendapat Effendi 2003 menyatakan padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan, yang berarti semakin
tinggi nilai kekeruhan maka akan diikuti peningkatan nilai padatan tersuspensi. Peningkatan kekeruhan akan mengurangi penetrasi cahaya yang masuk ke
perairan. Terbatasnya cahaya yang masuk ke kolom air akan mengurangi kemampuan fotosintesis simbion karang zooxanthellae dan menurunkan
metababolisme hewan karang sehingga akan memperlambat laju kalsifikasi. Selain itu kekeruhan juga akan membentuk karakter morfologi karang yang
didominasi oleh bentuk massive Sorokin 1993.
5.1.5. Total Padatan Tersuspensi