Strategi Penanaman Nilai-Nilai Entrepreneurship Di SMPI

“Pertama: kondisi global saat ini dimana tuntutan perkembangan zaman anak-anak harus mempunyai life skillkeretampilan hidup, jadi tidak hanya mengandalkan ketika sudah lulus mencari kerja di pabrik menjadi karyawan, jika peserta didik mempunyai keterampilan mereka bisa membuka usaha sendiri bahkan bisa mempekerjakan orang lain. Kedua:nilai-nilai yang ditanamkan yaitu nilai kemandirian, nilai-nilai yang terkandung didalam entrepreneurship itu banyak di antaranya nilai yang kita kembangkan adalah nilai kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, dan tanggung jawab ke empat aspek tersebut yang kita kembangkan disini. Semua itu dibungkus dengan nilai-nilai keislaman, sehingga diharapkan siswa menjadi entrepreneurship yang berlandaskan nilai-nilai keislaman. 41 Kepala sekolah mengemukakan bahwa setiap anak itu harus memiliki skillketerampilan karna, dengan membekali mereka dengan keterampilan atau keahlian, diharapkan mereka dapat mandiri kedepannya setelah tamat dari sekolah, dan dapat tahan uji dengan keadaan lingkungan yang menuntut mereka harus bekerja. Entrepreneurship disekolah ini bukan menekankan anak untuk berbisnis ataupun menjadi seorang pembisnis melainkan anak bisa mencontoh nilai-nilai entrepreneurship yang dimiliki oleh seorang pembisnis. Penanaman nilai-nilai enterepreneurship ini merupakan usaha yang dilakukan sekolah dalam mewujudkan visi misi sekolah yaitu menjadi lembaga pendidikan islam berkarakter entrepreneurship. Dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship, sekolah memiliki startegi-startegi tersendiri yaitu pertama dari teori yang diajarkan oleh guru entrepreneur itu sendiri serta pembiasaan-pembiasaan yang membentuk karakter entrepreneur. kedua praktek entrepreneurship yang dilakukan pada program sekolah yaitu botani dan entrepreneur day. Dari sekian banyak nilai-nilai entrepreneur, sekolah menekankan empat aspek nilai yaitu: a. Kemandirian 41 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMPI Mentari Indonesia 16 Mei 2016 b. Kedisiplinan c. Kejujuran d. Tanggung jawab Bukan hanya nilai entrepreneurship saja yang ditekankan disekolah ini namun terdapat pula nilai-nilai keislamannya yaitu iman, ilmu, dan akhlak dengan harapan peserta didik dapat memiliki karakter entrepreneur yang berlandaskan keislaman seperti Rosulullah, Dimana ketika nilai ini di gabungkan dapat menjadi penyempurna keseluruhan nilai-nilai yang ditanamkan sekolah. indikator keberhasilan program- program sekolah dapat diketahui dari kegiatan sehari-hari mulai dari KBM sampai praktik. Keaktifan siswa dilihat pada saat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar serta seberapa antusiasnya siswa dalam mengikuti praktik berwirausaha disekolah. Kejujuran, kedisiplinan, dan kemandirian dilihat siswa dalam mengerjakan tugas dan kebiasaaan siswa . Karna, itu yang paling valid dibanding nilai raport karna sehari-hari guru memantau kebiasaan-kebiasaan peserta didik. Karakteristik entrepreneurship sudah terlihat dan tercermin dari keseharian siswa yaitu dapat dilihat dari KBM, praktik, dan kegiatan- kegiatan sekolah lainnnya. Nilai-nilai entrepreneurship yang ditanamkan kepada siswa-siswi antara lain adalah jujur, bertanggung jawab, kreatif, mandiri, percaya diri, mau berusaha. Semua itu seperti hasil wawancara dari beberapa guru bidang studi. Nilai-nilai dasar entrepreneurship pun sedikit banyak sudah terintegrasi kedalam program-program sekolah yaitu seperti program botani dan entrepreneur day. Dengan begitu bukan hanya pada KBM nilai-nilai itu berkesinambungan disampaikan, namun pada program- program sekolah. Keberhasilan penanaman nilai-nilai entrepreneurship pada dasarnya diukur atau diketahui melalui pencapaian dari peserta didik, guru dan lingkungan kelas. a. Peserta didik Peserta didik sudah memiliki bekal keterampilan untuk berwirausaha kedepannya serta sudah memahami apa itu entrepreneurship. Dan tercermin dari keseharian mereka telah memiliki kemandirian, percaya diri, kejujuran, aktif, bertanggung jawab dan kreatif yang cukup baik. b. Lingkungan kelas Pada KBM hampir guru yang diwawancara mengemukakan bahwa peserta didik aktif dalam mengikutinya dan lingkungan kelas pun banyak hasil-hasil buah karya mereka seperti lukisan, kaligrafi dsb. c. Guru Guru dan kepala sekolah SMPI Mentari Indonesia selalu memberikan keteladanan baik itu didalam maupun luar kelas. Dan guru pun sudah mampu merancang pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai entrepreneurship meskipun belum secara maksimal.

C. Faktor pendukung dan penghambat dalam penanaman nilai-nilai

entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Faktor pendukung dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship yaitu sarana dan prasarana yang memadai, dan guru-guru yang selalu mengikuti pelatihan-pelatihan seperti pelatihan KBM dan keterampilan sehingga dapat mengaplikasikannya kepada peserta didik. Bukan hanya itu sekolah pun memiliki TIM tersendiri untuk membantu membuat kurikulum sekolah yang berkaitan dengan entrepreneurship. Program- program sekolah pun menjadi pendukung yang kuat dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship dimana peserta didik aktif dalam mengikuti setiap program sekolah tersebut. Terdapat pula kendala ataupun hambatan yang dihadapi yaitu belum adanya SDM pemandu atau mentor pendamping program-program kegiatan entrepreneurship untuk memandu siswa pada saat program entrepreneurship yang membutuhkan pendamping. Dengan adanya pendamping siswa menjadi lebih terarah pada setiap kegiatan contohnya saja pada kegiatan botani, dimana siswa sangat membutuhkan mentor pendamping untuk memberikan arahan-arahan terkait bercocok tanam karna tidak semua anak faham cara menanam yang baik dan dengan adanya mentor dapat mengontrol perkembangan anak-anak pada setiap kegiatan. Dan kendalanya itu dari eksternal yaitu peserta didik yang berasal bukan dari SD mentari langsung, karna jika peserta diidk yang berasal dari SD mentari itu sudah mengetahui bahwa sekolah ini terdapat muatan entrepreneurship didalamnya, sehingga perlunya pembiasaan- pembiasaan dan pengenalan untuk lebih mengenal sekolah. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil wawancara oleh kepala sekolah yaitu: “ya, hambatan yang dialami yaitu dari eksternal seperti peserta didik yang dari luar mentari karna kebanyakan mereka belum mengetahui seluruhnya terkait tentang sekolah, kalau yang berasal dari SD mentari sudah tau program-program entrepreneur apa saja yang biasa di lakukan disekolah” 42 Kendala ini tidak menyurutkan semangat para guru dan kepala sekolah membimbing siswa yang berasal dari luar SD mentari karna jika siswa sudah lebih mengenal lingkungan sekolah, program-program yang berkaitan dengan entrepreneurship akan lebih memudahkan guru dan kepala sekolah untuk menanamkan nilai-nilai entrepreneurship. 42 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMPI Mentari Indonesia 16 Mei 2016 Sedangkan kendala atau hambatan yang dialami oleh guru yaitu diungkapkan oleh guru sbk : “Jarangnya komunikasi antara guru entrepreneur dengan guru-guru karna terus terang guru entrepreneur tersebut memiliki jam terbang bukan mengajar di sekolah ini saja jadi hanya ada pada waktu beliau ada jam saja, hal ini yang menjadi kendala. Nah tapi kami melakukan evaluasi yaitu pada tahun pembelajaran membuat rumusan terkait penanaman nilai- nilai entrepreneur, karna entrepreneur ini merupakan salah satu dari deferensiasi sekolah keunggulan sekolah jadi tidak ada kata main-main dalam hal penanaman nilai- nilai entrepreneurship ini” 43 Komunikasi antar guru itu sangatlah penting untuk saling bertukar pikiran, ide dan pendapat satu sama lain. Oleh karena itu ketika komunikasi tidak lancar pada suatu organisasi, orang yang ada didalam organisasi pun sulit untuk lebih mengemukakan ide-ide yang sebenarnya sangat baik untuk perkembangan sekolah. Komunikasi dengan guru entrepreneur sangatlah penting, karna setidaknya guru entrepreneur lebih banyak mengetahui tentang dunia entrepreneur yang ada disekolah. Namun, sekolah selalu berusaha mencari jalan keluar untuk menyelesaikannya, dapat disiasati ketika rapat guru, guru bebas menyampaikan ide-ide atau pendapat lain yang dapat memberikan suatu inovasi baru untuk sekolah. 43 Hasil wawancara dengan Guru SBK SMPI Mentari Indoensia pada tanggal 24 Juli 2016 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilanjutkan dengan penganalisaan yang telah penulis lakukan tentang penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian ini, sebagai berikut: 1. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di bab-bab sebelumnya, maka dapat dijelaskan bahwa penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat melalui proses penanaman nilai-nilai entrepreneurship yang dilakukan kepada siswa oleh guru dan civitas sekolah. Hasilnya ditunjukkan dengan karakter siswa yang sudah mencerminkan karakter seorang entrepreneur terlihat dari kreatifitas, percaya diri, komunikatif dan tanggung jawab. Penanaman nilai-nilai entrepreneurship diintegrasikan melalui strategi pada kegiatan-kegiatan yang diprogramkan seperti kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan juga diintegrasikan pada kegiatan ekstrakurikuler, praktik berwirausaha, pengembangan diri, muatan lokal dan budaya sekolah. 2. Faktor pendukung yang terdapat di SMPI Mentari Indonesia ini yaitu guru-guru yang aktif mengikuti pelatihan-pelatihan, TIM Kurikulum yang bagus, dan sarana prasarana yang memadai. Sedangkan faktor penghambat atau kendala yang dialami yaitu peserta didik yang berasal dari luar SD Mentari karena mereka belum mengetahui program sekolah yang terdapat muatan entrepreneurship yang menjadi unggulan disekolah ini. Namun sekolah dapat meminimalisir dari faktor kendala tersebut.

B. Saran

Berdasarkan temuan dan kesimpulan di atas, terdapat beberapa saran yang perlu disampaikan terkait dengan penanaman nilai-nilai entreprneuership 1. Sekolah di harapkan memberikan program-program entrepreneurship lebih banyak lagi, sehingga siswa dapat memiliki bukan hanya satu keterampilan tapi lebih sesuai dengan minatnya masing-masing seperti menjahit, budidaya dan lain sebagainya. 2. Berkomunikasi dengan baik antar guru dengan guru entrepreneurship guna bertukar pendapat atau ide, sehingga banyak ide untuk lebih mengembangkan entrepreneurship baik itu dalam hal program- program ataupun strategi penanaman nilai-nilai entrepreneurship. 3. Menyediakan tutor atau pendamping untuk memandu dalam program kegiatan entrepreneurship. DAFTAR PUSTAKA Ardy Wiyani, Novan. Teacher Preneurship. Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012. Alma, Buchari. Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta, 2011. Arafah, Willy. Esensi Lingkungan Bisnis Entrepreneurship. Jakarta: Universitas Trisakti, 2010. Ali, Herni Fizin, Hamam. Teologi Entrepreneurship. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Barnawi Mohammad arifin. School preneurship.Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012 Barnawi Mohammad Arifin. Mengelola Sekolah Berbasis Entrepreneurship. Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2013 Kuswantoro, Agung. Teacher Faktory. Yogyakarta: Graha Media, 2014. Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, Bandung: Nusa Media, 2013 Muhaimin dkk,. Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan SekolahMadrasah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Nurseto, Tejo. Jurnal pendidikan akuntansi indonesiaI. Program studi pendidikan akuntansi fakultas ekonomi universitas negeri yogyakarta. Vol.VII No.2 Th. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Saroni, Mohammad mendidikan melatih entrepreneur muda, Jogjakarta: Ar- ruzz Media, 2012 Sulhan, Najib pengembangan karakter dan budaya bangsa, Surabaya: Jaring Pena, 2011 Suryana. Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat, 2006. Suherman, Eman. desain pembelajaran kewirausahaan. Bandung: Alfa Beta, 2010. Supriyoko, ki.” Mempersiapkan generasi indonesia emas melalui madrasah”, makalah disampaikan pada seminar nsional bertema profesional learning untuk indonesia emas. 28 mei. Jakarta:auditorium prof. Harun nasution, 2015. Tim pusat kurikulum pengembangan pendidikan entrepreneurship. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta : Balitbang Kemendiknas RI, 2010. https:www.academia.edu11386648Berita_Resmi_BPS_2015 PEDOMAN WAWANCARA Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi utara Nama responden :Ahmad Fauzi Jabatan :Guru SBK Hari tanggal :24 Juli 2016 Pewawancara :Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang paling sering ibubapak tekankan kepada peserta didik kaitannya dengan karakter entrepreneur? Narasumber :kaitannya dengan entrepreneurship, sbk memiliki korelasi yang cukup kuat dengan entrepreneurship. Entrepreneurship memberikan apresiasi pada mata pelajaran SBK karna terus terang saja di pelajaran entrepreneurship tidak ada muatan praktik jadi hanya pada teoritis saja. Teori yang diajarkan yaitu yang pertama peserta didik diajarkan berjualan ala Rosulullah yaitu benar, jujur dan amanah. Yang kedua dalam entrepreneur diajarkan bagaimana cara pembukuan secara manajemen. Yang ketiga yaitu entrepreneur yang diajarkan secara islami, dimana peserta didik diajarkan ketika sudah menjadi pengusaha atau orang sukses tidak memanfaatkan apa yang sudah di raihnya.inilah yang kami ajarkan secara teori kepada peserta didik. Sedangkan praktiknya berhubung korelasinya antara SBK dengan nilai-nilai entrepreneurship yaitu contohnya saja ketika mempelajari materi entrepreneurship di perintahkan untuk mengolah uang 80 ribu, dengan modal 80 ini peserta ddik di latih untuk dapat mengelola, mengatur sedemikian rupa pengeluaran dan pendapatan berapa. Apa yang di buat dan apa yang di produk inilah tugas SBK untuk mengajarkan peserta didik mempraktikkan materi yang sudah di pelajari di entrepreneur. ada 4 muatan dalam mata pelajaran SBK dalam nilai-nilai entrepreneurship yaitu : budidaya, prodak keterampilan kriya, pengolahan. Pewawancara :Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang dikembangkan disekolah? Narasumber :iya betul. Nilai-nilai tersebut yang dikembangkan disekolah, menurut saya entrepreneurship itu tidak bisa terlepas dari nuansa islami, maka dari itu sekolah selalu menekankan kepada anak-anak berentrepreneurlah dengan Ala Rosulullah Pewawancara :Strategi apa yang ibubapak gunakan dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam mengajar ? Narasumber : ada beberapa sistem, atau biasa yang kita sebut dengan pemetaan ada di akhir pembelajaransemester. Seperti yang sudah saya katakan tadi, yaitu pada materi tertentu guru entrepreneurship memerintahkan saya sebagai guru sbk untuk mengadakan praktek entrepreneurship. Pewawancara :Bagaimana cara bapakibu merancang pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship? Narasumber :kalau untuk merancang, kita biasa merumuskan pada awal pembelajaran. Kita buat sistematis berkala dan berkelanjutan. Contohnya itu untuk bulan pertama membuat pengolahan, di bulan kedua kita buat budidaya. Sehingga sampai semester kedua dan seterusnya secara berkelanjutan. Dan ini dimasukkan ke RPP. Didalam kurikulum Entrepreneurship itu terpisah sendiri, karna entrepreneurship itu tidak ada dari dinas, kurikulum ini dirumuskan dan dirancang sendiri oleh TIM ahli, kalau boleh jujur kita menggunakan jasa dari UNJ untuk membuat kurikulum entrepreneurship khusus untuk SD dan SMP yayasan mentari. Dan RPP dan modulnya tersendiri. Pewawancara :Apakah ibu mengalami kesulitan dalam mempadupadankan antara nilai-nilai entrepreneurship dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan? Narasumber :biasanya dalam pembelajaran itu pastinya ada, seperti ada keinginan yang disampaikan oleh guru entrepreneur kepada guru sbk, jarangnya komunikasi antara guru entrepreneur dengan guru sbk karna terus terang guru entrepreneur itu guru sesi artinya memiliki jam mengajar disekolah lain. Sehingga kita selalu evaluasi membuat rumusan pada awal tahun pembelajaran. Pewawancara :Apa hambatan terbesar ibubapak dalam mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai entrepreneurship? Narasumber :Alhamdulillah tidak ada hambatan besar dalam mempadupadankan nilai-nilai entrepreneurship ke mata pelajaran, karna nilai-nilai ini sangatlah fleksibel dan dapat ditempatkan dimana saja.