Tujuan Entrepreneurship Nilai-nilai Entrepreneurship
RPP dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah, dan penilaian terhadap nilai-nilai entrepreneurship. Prinsip
pembelajarannya ialah mengusahakan peserta didik dapat menerima, merespons, menilai pilihan, menentukan pendirian,
dan menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneurship menjadi karakter.
b. Integrasi ke dalam kegiatan ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan yang berada di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling.
Tujuannya adalah untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan potensi, serta tumbuhnya
kemandirian yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Contoh kegiatan yang dapat diberi muatan
entrepreneurship adalah seni budaya, pramuka, olahraga, koperasi,
dan lain-lain.
Dalam mengikuti
kegiatan ekstrakuikuler kewirausahaan harus sudah mengikuti mata
pelajaran kewirausahaan.
c. Pengembangan diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah.
Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter atau kepribadian, termasuk karakter entrepreneur.
Dilakukan melalui kegiatan bimbingan dan konseling berkenaan dengan masalah pribadi, sosial, belajar, pengembangan karier
dan kegiatan ekstrakulikuler. Pengembangan diri secara khusus bertujuan untuk mengembangkan bakat, minat, potensi,
kreativitas, kebiasaan, keagamaan, kemampuan belajar, kegiatan sosial, wawasan dan perencaaan karir, kemampuan pemecahan
masalah dan kemandirian.
Kegiatan pengembangan diri dapat dibedakan menjadi kegiatan terprogram dan kegiatan tidak terprogram. Kegiatan
terprogram adalah kegiatan yang direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram adalah kegiatan yang tidak rencanakan secara khusus dan dilaksanakan langsung
oleh pendidikan dan tenaga pendidikan serta diikuti oleh seluruh peserta didik.
Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan
memalui pengeintegrasian
kedalam kegiatan
sehari-hari disekolah misalnya kegiatan
“business day” bazar, karya peserta didik, dll.
24
d. Perubahan pembelajaran dari teori ke praktik berwirausaha
Perubahan pembelajaran dari teori ke praktik berwirausaha diarahkan pada pencapaian tiga kompetensi yang meliputi
penanaman karakter entrerpreneur, pemahaman konsep, dan skill. Bobot kompetensi karakter dan skill entrepreneur lebih besar
dibandingkan dengan pemahaman konsep. Pembelajaran
entrepreneurship diharapkan
mampu membentuk karakter entrepreneur yang mantap dalam diri peserta
didik. Selain itu, pembelajaran entrepreneurship juga diharapkan dapat
membentuk peserta
didik yang
terampil dalam
mengimplementasikan ide-ide kreatif yang keluar dari karakter entrepreneur.
Oleh karena
itu, model
pembelajaran entrepreneurship hendaknya dapat memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk aktif dalam menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneur melalui pelaksanaan tugas-tugas mendiri.
24
http:www.google.comampsakhmadsudrajat.wordpress.com20110629konsep- kewirausahaan-dan-pendidikan-kewirausahaanamp. diakses 21:53 WIB, 01122016.
Salah satu model pembelajaran entrepreneurship yang dapat membentuk karakter dan perilaku entrepreneur ialah model
project-based learning yaitu model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama central dari suatu
disiplin, melibatkan peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang
peserta didik bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya
peserta didik bernilai dan realistik.
25
e. Integrasi ke dalam buku ajar
Pendidikan entrepreneurship dapat diintegrasikan ke dalam buku ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun dalam
evaluasi. Jadi, guru harus kreatif memadukan nilai-nilai entrepreneurship ke dalam buku ajar.
f. Integrasi ke dalam kultur sekolah
Budaya sekolahmadrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai value yang dianut oleh
kepala sekolahmadrasah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam
sekolahmadrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut dibangun oleh pikiran-pikiran manusia yang ada dalam sekolahmadrasah.
Pertemuan
pikiran-pikiran manusia
tersebut kemudian
menghasilkan apa yang disebut dengan “pikiran organisasi” Kasali, 2006. Dari pikiran organisasi itulah kemudian muncul
dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini bersama, dan kemudian nilai-nilai tersebut akan menjadi bahan utama pembentukan budaya
sekolahmadrasah. Dari budaya tersebut kemudian muncul dalam berbagai simbol dan tindakan yang kasat indra yang dapat diamati
dan dirasakan dalam kehidupan sekolahmadrasah sehari-hari.
26
Ketika nilai-nilai entrepreneurship sudah menjadi kultur sekolah maka hal ini menjadi indikator keberhasilan pendidikan
entrepreneurship. Kultur sekolah adalah suasana kehidupan sehari- hari di sekolah di mana ada interaksi antarwarga sekolah dengan
masyarakat. Warga
sekolah saling
berinteraksi dengan
25
Barnawi Mohammad Arifin, School Preneurship, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012, h. 133.
26
Muhaimin dkk., Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan SekolahMadrasah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, h. 48.
menggunakan prinsip kejujuran, komitmen, tanggung jawab, optimis, kreatif, dan lain-lain.
Kemajuan suatu sekolah sangat ditentukan oleh budaya sekolah yang tertanam dalam setiap diri warga sekolah. Hal ini cukup
beralasan karena budaya sekolah yang mengandung kekuatan yang dapat menggerakkan kehidupan sekolah. Budaya sekolah
mengarahkan pikiran, ucapan, dan tindakan seluruh warga sekolah. Budaya sekolah yang terkonsep dengan baik sesuai dengan tujuan
sekolah memiliki nilai strategis, daya ungkit untuk berprestasi sekaligus mengantarkan warga sekolah pada gerbang kesuksesan.
Namun, apabila budaya sekolah tidak dikelola dengan baik, dibiarkan liar begitu saja justru membahayakan keberlangsungan
hidup sekolah.
27
Tidak mudah
menumbuhkan budaya
atau semangat
entrepreneurship di dalam diri seseorang. Oleh sebab itu diperlukan strategi-strategi jitu di antaranya adalah:
1 Melalui komitmen pribadi
Jiwa entrepreneur ditandai dengan adanya komitmen pribadi untuk dapat mandiri, mencapai sesuatu yang
diinginkan, menghindari ketergantungan pada orang lain, agar lebih produktif dan untuk memaksimalkan potensi diri.
2 Lingkungan dan pergaulan yang kondusif
Dorongan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha dapat berasal dari lingkungan pergaulan teman, famili, sahabat,
karena mereka dapat berdiskusi tentang ide wirausaha, masalah yang dihadapi dan cara
–cara mengatasinya. Sehingga mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk
menaklukan cara berpikir lamban dan malas.
27
Barnawi Mohammad Arifin, Mengelola Sekolah Berbasis Entrepreneurship, Jogjakarta: Ar- ruzz Media, 2013, h. 67.