V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.
Hasil Estimasi Model
Model ekonometrika produk turunan minyak sawit dalam penelitian ini merupakan model simultan dinamis yang dibangun dari 6 model yang terdiri dari
5 persamaan struktural dan 1 persamaan identitas. Model tersebut sudah melalui beberapa tahapan respesifikasi model. Data yang digunakan adalah data deret
waktu time series dengan periode pengamatan tahun 1990 sampai dengan 2010. Hasil estimasi model dalam penelitian ini ditunjukkan secara lengkap pada
Lampiran 3 sampai Lampiran 7, dapat dijelaskan bahwa secara umum variable penjelas yang dimasukkan ke dalam persamaan struktural mempunyai besaran dan
tanda parameter estimasi yang sesuai dengan harapan dari sudut pandang teori ekonomi. Kriteria-kriteria statistika yang umum digunakan dalam mengevaluasi
hasil estimasi model cukup menyakinkan. Nilai koefisien determinasi R
2
dari masing-masing persamaan struktural berkisar antara 0.33 sampai 0.93. Sebagian
besar persamaan memilik nilai R
2
di atas 0.5 dan hanya persamaan harga riil fatty acid
domestik HFACID yang memiliki nilai R
2
di bawah 0.4. Berdasarkan nilai R
2
tersebut menunjukan bahwa secara umum variabel endogen dapat dijelaskan dengan baik oleh variabel-variabel eksogen dalam persamaan struktural.
Berdasarkan P-value uji F yang berkisar antara .0001 – 0.0891, yang berarti variabel penjelas dalam setiap persamaan struktural dapat menjelaskan
dengan baik variabel endogennya pada taraf α = 0.10. Berdasarkan hasil uji
durbin-w dw didapatkan nilai 0.57892 untuk persamaan produksi fatty acid domestik dan hasil uji statistik durbin-h dh didapatkan kisaran nilai
-1.20184 – 1.41601. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa tiga persamaan tidak
memiliki masalah serial korelasi dan dua persamaan memiliki masalah serial korelasi yaitu persamaan produksi fatty acid domestik PFACID dan perminaan
fatty acid domestik DFACID. Menurut Pindyck dan Rubinfeld 1991, masalah
serial korelasi mengurangi efisiensi estimasi parameter dan serial korelasi tidak menimbulkan bias parameter regresi, maka hasil dalam estimasi model dalam
penelitian ini cukup representatif dalam menggambarkan fenomena ekonomi dan industri fatty acid di Indonesia.
P-value uji t, digunakan untuk menguji masing-masing variabel penjelas dalam penelitian ini apakah berpengaruh nyata terhadap variabel endogen. Hasil
P-value uji t yang diperoleh menunjukan bahwa hanya 21.05 persen variable penjelas yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya pada
taraf α = 0.20. Adapun variabel penjelas yang berpengaruh nyata sebanyak 78.95
persen.
5.1.1. Produksi Fatty Acid Domestik
Jika dilihat pada Tabel 13 variabel yang secara nyata mempengaruhi produksi fatty acid domestik pada taraf
α = 0.05 adalah variabel tren. Perubahan harga riil minyak sawit domestik dan perubahan tingkat suku bunga juga
berpengaruh nyata namun pada taraf α = 0.25. Variabel harga riil fatty acid
domestik tahun sebelumnya tidak mempengaruhi produksi fatty acid domestik secara nyata meskipun pada taraf
α = 0.25. Harga
riil fatty acid
tahun sebelumnya yang tidak berpengaruh nyata, mengindikasikan bahwa produsen fatty acid tidak mempertimbangkan harga riil
fatty acid tahun sebelumnya dalam kegiatan produksi. Fatty acid merupakan
produk turunan minyak sawit yang memiliki nilai tambah cukup tinggi dan
dijadikan bahan baku dalam industri produk konsumsi masyarakat pada umumnya seperti sabun batangan, detergen, shampo, pelembut, kosmetik, dan juga
merupakan bahan tambahan untuk industri plastik, karet, dan pelumas.
Tabel 13. Hasil Estimasi Persamaan Produksi Fatty Acid Domestik
Variabel Parameter Estimasi
Elastisitas Prob |T|
Variabel Label
SR LR
Intercept -167.7260 0.0328
Intercept LHFACID 0.0269 0.0015 –
0.4942 Harga
Riil Fatty
acid Domestik t-1
DHMSDR -0.0275 -0.0953 – 0.2167
Perubahan Harga
Rill Minyak Sawit Domestik
DTB -9.4233 -0.2257
– 0.2064
Perubahan Tingkat
Suku Bunga T 45.1044
0.7015 .0001
Tren R-squared 0.9251 Prob|F| .0001 Durbin-W stat 0.5789
Sumber : Data diolah 2012
Variabel perubahan harga riil minyak sawit domestik berpengaruh negatif terhadap produksi fatty acid domestik sebesar 0.0275. Artinya peningakatan
perubahan harga riil minyak sawit domestik sebesar seribu rupiah per ton, maka produksi fatty acid akan berkurang sebesar 27.5 ton per tahun. Sebaliknya jika
terjadi penurunan perubahan harga riil minyak sawit domestik sebesar seribu rupiah per ton, maka produksi fatty acid domestik akan meningkat sebesar 27.5
ton per tahun, ceteris paribus. Respon produksi fatty acid domestik terhadap perubahan harga riil minyak sawit domestik inelastis 0.0953. Hal ini berarti
peningkatan perubahan harga riil minyak sawit domestik sebesar satu persen hanya akan menyebabkan penurunan produksi fatty acid domestik kurang dari
satu persen yaitu 0.0953 persen. Rendahnya dampak yang diberikan oleh perubahan harga riil minyak sawit domestik mengindikasikan bahwa variabel
harga riil minyak sawit domestik tidak menjadi acuan bagi industri fatty acid dalam kegiatan produksinya.
Variabel perubahan tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap produksi fatty acid domestik sebesar 9.4233. Artinya peningakatan perubahan
tingkat suku bunga sebesar satu persen, maka produksi fatty acid akan berkurang sebesar 9,423.3 ton per tahun. Sebaliknya jika terjadi penurunan perubahan
tingkat suku bunga sebesar satu persen, maka produksi fatty acid domestik akan meningkat sebesar 9,423.3 ton per tahun, ceteris paribus. Dari berpengaruhnya
variabel tingkat suku bunga terhadap produksi fatty acid, dapat kita simpulkan bahwa tingkat suku bunga merupakan faktor utama yang mempengaruhi produksi
fatty acid . Hal ini diperkuat dengan variabel tren teknologi yang mempengaruhi
produksi fatty acid domestik secara nyata. Apabila tingkat suku bunga meningkat maka investasi pada industri fatty acid domestik akan menurun, begitu juga
sebaliknya apabila tingkat suku bunga menurun maka investor akan meningkatkan investasi mereka pada industri fatty acid domestik. Meningkatnya investasi pada
industri fatty acid domestik akan mendorong bertambahnya jumlah produsen fatty acid
domestik dan meningkatnya inovasi teknologi yang digunakan, sehingga kapasitas produksi dari industri fatty acid domestik akan meningkat.
Variabel tren teknologi berpengaruh nyata secara positif terhadap produksi fatty acid
domestik. Adapun arti dari pengaruh variabel tren teknologi adalah bahwa selama kurun waktu pengamatan, terjadi inovasi teknologi yang digunakan
pada industri fatty acid domestik. Tingkat teknologi ini berpengaruh secara inelastis 0.7015 menunjukkan bahwa inovasi tersebut cukup berpengaruh
terhadap produksi fatty acid dalam jangka pendek. Dari hasil estimasi diketahui bahwa tingkat teknologi pada industri fatty acid dapat mengurangi pengaruh dari
harga riil fatty acid tahun sebelumnya pada kegiatan produksi fatty acid domestik,
namun belum mampu mengurangi pengaruh dampak perubahan harga minyak sawit domestik dalam kegiatan produksinya.
5.1.2. Permintaan Fatty Acid Domestik
Hasil estimasi persamaan permintaan fatty acid domestik disajikan secara lengkap pada Lampiran 4. Adapun secara ringkas terdapat pada Tabel 14 sebagai
berikut: Tabel 14. Hasil Estimasi Permintaan
Fatty Acid Domestik
Variable Parameter Estimasi
Elastisitas Prob |T|
Variable Label
SR LR
Intercept -126.7210 0.0283
Intercept LHFACID -1.1584
-0.2184 -0.2682
0.0512 Harga Riil
Fatty acid
t-1 DPI 38.2676
37.1174 45.5850
0.0002 Perubahan
Jumlah Penduduk
Indonesia
HSBDR 0.0284 0.1614 0.1982
0.1833 Harga Riil
Sabun Domestik
T 12.0294 0.6198
0.7612 0.0043
Tren LDFACID 0.1858
0.2658 DFACID
t-1 R-squared 0.9302 Prob|F| .0001 Durbin-h stat tidak terdefinisi
Sumber : Data diolah 2012
Permintaan fatty acid domestik dari model yang telah diduga, ditentukan oleh harga fatty acid domestik tahun sebelumnya, perubahan jumlah penduduk
Indonesia, harga riil sabun domestik, tren dan permintaan fatty acid domestik tahun sebelumnya. Jika dilihat pada Tabel 14 dapat diketahu bahwa variabel yang
berpengaruh secara nyata pada taraf α = 0.05 terhadap permintaan fatty acid
domestik adalah perubahan jumlah penduduk Indonesia dan tren. Harga riil fatty acid
domestik tahun sebelumnya berpengaruh nyata pada taraf α = 0.1 dan harga
riil sabun domestik juga berpengaruh nyata namun pada taraf α = 0.2. Variabel
yang tidak berpengaruh nyata meski pada taraf α = 0.2 adalah permintaan fatty
acid domestik tahun sebelumnya. Hal ini berarti permintaan fatty acid domestik
relatif cepat dalam merespon perubahan-perubahan ekonomi yang terjadi. Variabel harga riil fatty acid domestik tahun sebelumnya berpengaruh
negatif sebesar 1.1584. Artinya peningkatan harga riil fatty acid domestik tahun sebelumnya sebesar seribu rupiah per ton akan menyebabkan penurunan
permintaan fatty acid domestik sebesar 1,158.4 ton per tahun. Sebaliknya, penurunan harga riil fatty acid domestik tahun sebelumnya sebesar seribu rupiah
per ton akan menyebabkan peningkatan permintaan fatty acid domestik sebesar 1,158.4 ton per tahun, cateris paribus. Respon permintaan fatty acid domestik
terhadap harga riil fatty acid domestik tahun sebelumnya adalah inelastis baik untuk jangka pendek 0.2184 maupun jangka panjang 0.2682. Hal ini berarti
kenaikan harga riil fatty acid domestik tahun sebelumnya sebesar satu persen hanya akan menyebabkan penurunan permintaan fatty acid domestik sebesar
0.2184 persen untuk jangka pendek dan 0.2682 persen untuk jangka panjang. Variabel perubahan jumlah penduduk Indonesia berpengaruh positif
sebesar 38.2676. Artinya peningkatan perubahan jumlah penduduk Indonesia sebesar satu juta jiwa akan menyebabkan peningkatan permintaan fatty acid
domestik sebesar 38,267.6 ton per tahun. Sebaliknya, penurunan perubahan jumlah penduduk Indonesia sebesar satu juta jiwa akan menyebabkan penurunan
permintaan fatty acid domestik sebesar 38,267.6 ton per tahun, cateris paribus. Respon permintaan fatty acid domestik terhadap perubahan jumlah penduduk
Indonesia adalah elastis baik untuk jangka pendek 37.1173 maupun jangka panjang 45.5850. Hal ini berarti kenaikan perubahan jumlah penduduk
Indonesia sebesar satu persen akan menyebabkan peningkatan permintaan fatty
acid domestik sebesar 37.1173 persen untuk jangka pendek dan 45.5850 persen
untuk jangka panjang. Berpengaruhnya variabel perubahan jumlah penduduk Indonesia
menunjukkan bahwa kebutuhan akan produk hilir minyak sawit sabun batangan, detergen, shampo, pelembut, kosmetik, plastik, karet, dan pelumas yang
berbahan baku fatty acid semakin meningkat sejalan dengan peningkatan perubahan jumlah penduduk Indonesia. Meningkatnya konsumsi produk hilir
minyak sawit yang disebutkan diatas menyebabkan peningkatan permintaan fatty acid
domestik oleh industri-industri produk hilir minyak sawit tersebut. Hal ini diperkuat oleh harga rill sabun domestik yang mempengaruhi permintaan fatty
acid domestik secara nyata.
Variabel harga riil sabun domestik berpengaruh positif sebesar 0.0284. Artinya peningkatan harga riil sabun domestik sebesar satu rupiah per batang akan
menyebabkan peningkatan permintaan fatty acid domestik sebesar 28.4 ton per tahun. Sebaliknya, penurunan harga riil sabun domestik sebesar satu rupiah per
batang akan menyebabkan penurunan permintaan fatty acid domestik sebesar 28.4 ton per tahun, cateris paribus. Respon permintaan fatty acid domestik Indonesia
terhadap harga riil sabun domestik adalah inelastis baik untuk jangka pendek 0.1614 maupun jangka panjang 0.1982. Hal ini berarti kenaikan harga riil
sabun domestik sebesar satu persen hanya akan menyebabkan peningkatan permintaan fatty acid domestik sebesar 0.1614 persen untuk jangka pendek dan
0.1982 persen untuk jangka panjang. Variabel tren berpengaruh nyata secara positif terhadap permintaan fatty acid
domestik. Adapun arti dari pengaruh tren konsumsi adalah bahwa selama kurun
waktu pengamatan, pola konsumsi masyarakat terhadap produk yang lebih ramah lingkungan yang berbahan baku fatty acid cendrung meningkat menyebabkan
terjadinya peningkatan permintaan fatty acid domestik. Tren konsumsi ini berpengaruh secara inelastis untuk jangka pendek 0.6198 maupun jangka
panjang 0.7612. Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan yaitu produk
yang berbahan baku fatty acid.
5.1.3. Harga Riil
Fatty Acid Domestik
Jika dilihat pada Tabel 15 variabel yang secara nyata mempengaruhi harga riil fatty acid domestik pada taraf
α = 0.5 adalah harga riil fatty acid tahun sebelumnya. Penawaran dan permintaan fatty acid tahun sebelumnya juga
berpengaruh nyata terhadap harga riil fatty acid domestik namun pada taraf nyata α = 0.10.
Tabel 15. Hasil Estimasi Harga Riil Fatty Acid Domestik
Variable Parameter Estimasi
Elastisitas Prob |T|
Variable Label
SR LR
Intercept 30.7511 0.0054 Intercept
LSFACID -1.0415 -1.1687 -2.0085 0.0601
Penawaran Fatty
acid Domestik t-1
LDFACID 1.0348 1.1087 1.9054 0.0604
Permintaan Fatty
acid Domestik t-1
LHFACID 0.4181 0.0293 HFACID
t-1 R-squared 0.3267 Prob|F| 0.0891 Durbin-h stat -1.2018
Sumber : Data Diolah 2012
Harga riil fatty acid domestik tahun sebelumnya berpengaruh nyata menunjukkan bahwa harga riil fatty acid domestik relatif lambat dalam merespon
perubahan ekonomi yang terjadi. Variabel penawaran fatty acid domestik tahun sebelumnya berpengaruh
negatif sebesar 1.0415 . Artinya adalah apabila terjadi kenaikan penawaran fatty acid
domestik tahun sebelumnya sebesar seribu ton, maka akan terjadi penurunan
harga riil fatty acid domestik sebesar 1,042 rupiah per ton. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan penawaran fatty acid domestik tahun sebelumnya sebesar seribu
ton, maka akan terjadi peningkatan harga riil fatty acid domestik sebesar 1,042 rupiah per ton, cateris paribus. Respon harga fatty acid domestik terhadap
penawaran fatty acid domestik tahun sebelumnya bersifat elastis untuk jangka pendek 1.1687 maupun untuk jangka panjang 2.0085. Hal ini berarti apabila
terjadi peningkatan penawaran fatty acid domestik tahun sebelumnya sebesar satu persen, akan terjadi penurunan harga riil fatty acid domestik sebesar 1.1687
persen untuk jangka pendek dan 2.0085 persen untuk jangka panjang. Penawaran fatty acid
yang cenderung meningkat dari tahun ketahun sebagai akibat bertambahnya jumlah industri fatty acid dan peningkatan teknologi yang
digunakan menyebabkan harga riil fatty acid domestik sangat dipengaruhi oleh penawaran fatty acid tahun sebelumnya, sehingga bersifat elastis baik untuk
jangka pendek maupun jangka panjang. Variabel permintaan fatty acid domestik tahun sabelumnya berpengaruh
secara positif sebesar 1.0348. Adapun artinya adalah apabila terjadi peningkatan permintaan fatty acid domestik tahun sebelumnya sebesar seribu ton, makan harga
riil fatty acid domestik akan menigkat sebesar 1,035 rupiah per ton. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan permintaan fatty acid domestik tahun sebelumnya
sebesar seribu ton, maka akan terjadi penurunan harga riil fatty acid domestik sebesar 1,035 rupiah per ton, cateris paribus. Respon harga riil fatty acid
domestik terhadap permintaan fatty acid domestik tahun sebelumnya bersifat elastis untuk jangka pendek 1.1087 maupun untuk jangka panjang 1.9054. Hal
ini berarti apabila terjadi peningkatan permintaan fatty acid domestik tahun
sebelumnya sebesar satu persen, akan terjadi peningkatan harga riil fatty acid domestik sebesar 1.1087 persen untuk jangka pendek dan 1.9054 persen untuk
jangka panjang. Hal ini menandakan permintaan fatty acid dari tahun ketahun cenderung naik dan menjadi acuan bagi produsen fatty acid dalam menetapkan
harga baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
5.1.4. Penawaran Fatty Acid Domestik
Pada penelitian ini penawaran fatty acid domestik merupakan persamaan identitas dari produksi fatty acid ditambah impor fatty acid kemudian dikurangi
dengan ekspor fatty acid. Secara matematis konsep tersebut disajikan pada persamaan berikut.
SFACIDt = PFACID
t
+ IMFACID
t
– EXFACID
t
5.1.5. Harga Riil Minyak Sawit Domestik
Jika dilihat pada Tabel 16 variabel yang secara nyata mempengaruhi harga riil minyak sawit domestik pada taraf
α = 0.05 adalah semua variabel yaitu penawaran minyak sawit domestik tahun sebelumnya, permintaan minyak sawit
domestik, harga rill minyak sawit dunia, dan harga riil minyak sawit domestik tahun sebelumnya. Harga riil minyak sawit domestik tahun sebelumnya
berpengaruh nyata menunjukkan bahwa harga riil minyak sawit domestik relatif lambat dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
Variabel penawaran minyak sawit domestik tahun sebelumnya berpengaruh negatif sebesar 0.4966. Adapun artinya adalah apabila terjadi
kenaikan penawaran minyak sawit domestik tahun sebelumnya sebesar seribu ton, maka akan terjadi penurunan harga riil minyak sawit domestik sebesar 497 rupiah
per ton. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan penawaran minyak sawit domestik
tahun sebelumnya sebesar seribu ton, maka akan terjadi peningkatan harga riil minyak sawit domestik sebesar 497 rupiah per ton, cateris paribus. Respon harga
riil minyak sawit domestik terhadap pernawaran minyak sawit domestik tahun sebelumnya bersifat inelastis untuk jangka pendek 0.6839 dan elastis untuk
jangka panjang 1.8467. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan penawaran minyak sawit domestik tahun sebelumnya sebesar satu persen, akan terjadi
penurunan harga riil minyak sawit domestik sebesar 0.6839 persen untuk jangka pendek dan 1.8467 persen untuk jangka panjang. Hal ini menandakan peningkatan
penawaran minyak sawit domestik tidak secara langsung dapat mempengaruhi harga riil minyak sawit domestik dalam jangka pendek, namun dalam jangka
panjang peningkatan penawaran minyak sawit domestik dapat mempengaruhi harga riil minyak sawit domestik, sehingga bersifat elastis.
Tabel 16. Hasil Estimasi Harga Riil Minyak Sawit Domestik
Variable Parameter Estimasi
Elastisitas Prob |T|
Variabel Label
SR LR
Intercept -818.6590 0.1883
LSMSD -0.4966 -0.6839 -1.8467
0.0193 Penawaran
Minyak Sawit Domestik t-1
DMSD 0.9248 1.2130 3.2753
0.0016 Permintaan
Minyak Sawit Domestik
HMSWR 0.6520
0.1755 0.4738
0.0377 Harga Riil Minyak Sawit Dunia
LHMSDR 0.6296 0.0017
HMSDR t-1
R-squared 0.5815 Prob|F| 0.0078 Durbin-h stat 1.4160 Sumber : Data diolah 2012
Variabel permintaan minyak sawit domestik berpengaruh secara positif sebesar 0.9248. Adapun artinya adalah apabila terjadi peningkatan permintaan
minyak sawit domestik sebesar seribu ton, maka harga riil minyak sawit domestik akan menigkat sebesar 925 rupiah per ton. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan
permintaan minyak sawit domestik sebesar seribu ton, maka akan terjadi penurunan harga riil minyak sawit domestik sebesar 925 rupiah per ton, cateris
paribus . Respon harga riil minyak sawit domestik terhadap permintaan minyak
sawit domestik bersifat elastis untuk jangka pendek 1.2130 maupun untuk jangka panjang 3.2751. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan permintaan
minyak sawit domestik sebesar satu persen, akan terjadi peningkatan harga riil minyak sawit domestik sebesar 1.2130 persen untuk jangka pendek dan 3.2751
persen untuk jangka panjang. Semakin meningkatnya permintaan fatty acid oleh industri yang menggunakan fatty acid sebagai bahan baku, secara tidak langsung
mempengaruhi permintaan minyak sawit yang merupakan bahan baku industri fatty acid
, menyebabkan harga riil minyak sawit dipengaruhi oleh permintaan minyak sawit baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Variabel harga riil minyak sawit dunia berpengaruh secara positif sebesar 0.6520. Adapun artinya adalah apabila terjadi peningkatan harga riil minyak sawit
dunia sebesar satu US per ton, maka harga riil minyak sawit domestik akan menigkat sebesar 652 rupiah per ton. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan harga
riil minyak sawit dunia sebesar satu US per ton, maka harga riil minyak sawit domestik akan mengalami penurunan sebesar 652 rupiah per ton, cateris paribus.
Respon harga riil minyak sawit domestik terhadap harga riil minyak sawit dunia bersifat inelastis untuk jangka pendek 0.1755 maupun untuk jangka panjang
0.4738. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan harga riil minyak sawit dunia sebesar satu persen, akan terjadi peningkatan harga riil minyak sawit domestik
sebesar 0.1755 persen untuk jangka pendek dan 0.4738 persen untuk jangka panjang. Hal ini menandakan bahwa harga riil minyak sawit domestik tidak
dipengaruhi secara langsung oleh harga riil minyak sawit dunia disebabkan karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia.
5.1.6. Permintaan Minyak Sawit Domestik
Persamaan permintaan minyak sawit domestik dari model yang telah diduga diitentukan oleh harga riil minyak sawit domestik tahun sebelumnya,
harga riil fatty acid domestik, dan permintaan minyak sawit domestik tahun sebelumnya. Dari hasil estimasi persamaan tersebut dapat dilihat bahwa semua
tanda telah sesuai dengan hipotesis. Tabel 17. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Minyak Sawit Domestik
Variabel Parameter Estimasi
Elastisitas Prob |T|
Variabel Label
SR LR
Intercept 1379.9550 0.0128
Intercept LHMSDR
-0.2234 -0.1314
-0.3321 0.0881 Harga Riil Minyak
Sawit Domestik t-1 HFACID 10.2963 0.0995 0.2512
0.1210 Harga
Riil Fatty
acid LDMSD 0.6042
.0001 Permintaan
Minyak Sawit t-1
R-squared 0.6637 Prob|F| 0.0005 Durbin-h stat -0.9432 Sumber : Data diolah 2012
Berdasarkan tabel 17 di atas, dapat diketahui semua variabel mempengaruhi permintaan minyak sawit domestik secara nyata pada taraf
α = 0.15. Berpengaruhnya variabel permintaan minyak sawit domestik tahun
sebelumnya terhadap permintaan minyak sawit domestik dapat diartikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat dari permintaan minyak sawit domestik
untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Variabel harga riil minyak sawit domestik tahun sebelumnya berpengaruh
negatif sebesar 0.2234. Artinya peningkatan harga riil minyak sawit domestik tahun sebelumnya sebesar seribu rupiah per ton akan menyebabkan penurunan
permintaan minyak sawit domestik sebesar 223.4 ton per tahun. Sebaliknya, penurunan harga riil minyak sawit domestik tahun sebelumnya sebesar seribu
rupiah per ton akan menyebabkan peningkatan permintaan minyak sawit domestik
sebesar 223.4 ton per tahun, cateris paribus. Respon permintaan minyak sawit domestik terhadap harga riil minyak sawit domestik tahun sebelumnya adalah
inelastis untuk jangka pendek 0.1314 maupun jangka panjang 0.3321. Hal ini berarti kenaikan harga riil minyak sawit domestik tahun sebelumnya sebesar satu
persen hanya akan menyebabkan penurunan permintaan minyak sawit domestik sebesar 0.1314 persen untuk jangka pendek dan 0.3321 persen untuk jangka
panjang. Hal ini menandakan bahwa harga riil minyak sawit domestik tahun sebelumnya tidak berpengaruh besar dalam permintaan minyak sawit oleh industri
hilir minyak sawit di Indonesia. Variabel harga riil fatty acid domestik berpengaruh positif sebesar
10.2963. Artinya peningkatan harga riil fatty acid domestik sebesar seribu rupiah per ton akan menyebabkan peningkatan permintaan minyak sawit domestik
sebesar 10,296.3 ton per tahun. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi dimana apabila harga fatty acid meningkat makan industri fatty acid akan menambah
kapasitas produksinya yang sejalan dengan peningkatan permintaan minyak sawit sebagai bahan baku dalam industri tersebut. Sebaliknya, penurunan harga riil fatty
acid domestik sebesar seribu rupiah per ton akan menyebabkan penurunan
kapasitas produksi fatty acid oleh industri fatty acid domestik, yang menyebabkan penurunan permintaan minyak sawit domestik sebesar 10,296.3 ton per tahun,
cateris paribus . Respon permintaan minyak sawit domestik terhadap harga riil
fatty acid domestik bersifat inelastis untuk jangka pendek 0.0995 maupun untuk
jangka panjang 0.2512. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan harga riil fatty acid
sebesar satu persen, akan terjadi peningkatan permintaan minyak sawit domestik sebesar 0.0995 persen untuk jangka pendek dan 0.2512 persen untuk
jangka panjang. Hal ini menandakan bahwa harga riil fatty acid tidak mempengaruhi permintaan minyak sawit domestik secara signifikan karena
industri fatty acid bukan salah satu industri hilir minyak sawit yang menggunakan minyak sawit dalam sekala besar.
VI. EVALUASI PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN