satu dengan lainnya dalam model dapat berinteraksi satu sama lain. Persamaan simultan tidak hanya memiliki satu persamaan yang menghubungkan antara satu
variabel endogen tunggal dengan sejumlah variabel eksogen non stokastik atau didistribusikan secara bebas dari unsur gangguan stokastik. Suatu ciri unik dari
persamaan simultan adalah variabel endogen dari satu persamaan mungkin muncul sebagai variabel yang menjelaskan explanatory variable dalam
persamaan lain dari sistem. Bentuk umum dari persamaan simultan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y1
i
= 10 + 12 Y2
i
+ 11 X1
i
+ u1
i
………………….......…..……..3.11 Y2
i
= 20 + 21 Y1
i
+ 21 X1
i
+ u2
i
…………………..….……..…..3.12 Dimana Y1 dan Y2 merupakan variabel yang saling bergantung, atau bersifat
endogen, dan Xt merupakan variabel yang bersifat eksogen, dimana u1 dan u2 adalah unsur gangguan stokastik, variabel Y1 dan Y2 kedua-duanya stokastik.
Pemilihan model yang akan digunakan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran fatty
acid di Indonesia.
3.5. Elastisitas
Konsep elastisitas digunakan untuk mendapatkan nilai kuantitatif dari respon suatu fungsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Model yang
dinamis dapat dihitung elastisitas jangka pendek dan jangka panjang. Adapun rumus untuk mendapatkan nilai elastisitas jangka pendek dan jangka panjang
sebagai berikut: Elastisitas Jangka Pendek
E E = = b …..…………….............……………………….. 3.13
Elastisitas Jangka Panjang E
L
E
L
=
E
…………………...........……………………...……….. 3.14 Keterangan:
b = Parameter dugaan dari peubah eksogen
bl =
Rata-rata explanatory variable
ag = Parameter dugaan dari lag endogen
X Y
= Rata-rata peubah endogen mean predicted hasil validasi model
3.6. Kerangka Pemikiran Operasional
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting bagi perekonomian Indonesia. Kelapa sawit menghasilkan dua minyak yaitu
minyak kelapa sawit CPO dan minyak inti sawit. Indonesia merupakan pengekspor CPO terbesar di dunia, dan diprediksi permintaan CPO dunia akan
terus meningkat. Indonesia harus terus meningkatkan produktivitas kelapa sawit, agar dapat
memenuhi permintaan dunia terhadap CPO. Salah satunya dengan cara menambah luas areal perkebunan kelapa sawit. Hal ini tentu saja menjadi ancaman yang
berarti bagi Indonesia. Indonesia tidak bisa selamanya hanya mengekspor bahan mentah dari kelapa sawit berupa CPO saja. Perlu adanya pengembangan industri
hilir kelapa sawit, dimana seperti yang kita tahu produk turunan kelapa sawit seperti fatty acid memberikan nilai tambah yang lebih tinggi dibanding dengan
minyak mentah kelapa sawit. Bukan hanya itu, kebutuhan domestik terhadap produk turunan kelapa
sawit seperti fatty acid semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan meningkatnya
kebutuhan masyarakat terhadap produk-produk hasil industri hilir kelapa sawit yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan produk sejenis yang berasal
dari industri petrokimia berbahan baku minyak mentah. Pengembangan industri hilir minyak sawit di Indonesia masih rendah, oleh karena itu industri hilir kelapa
sawit perlu di dorong agar lebih maju dan berkembang. Efek berganda yang timbul dengan keberadaan industri sawit memanfaatkan CPO sebagai bahan
bakunya meliputi Departemen Perindustrian, 2009: 1.
Penguatan struktur industri agro dan kimia serta industri lainnya; 2.
Pertumbuhan subsektor ekonomi lainnya; 3.
Pengembangan wilayah industri; 4.
Proses alih teknologi; 5.
Perluasan lapangan kerja; 6.
Penghematan devisa; 7.
Penerimaan peningkatan pajak bagi pemerintah. Pengembangan produksi hilir dari minyak kelapa sawit juga dipengaruhi
oleh kebijakan pemerintah. Kebijakan moneter berupa tingkat suku bunga juga memberikan dampak terhadap produksi produk turunan minyak sawit. Hal ini
terkait dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa dengan penurunan tingkat suku bunga akan meningkatkan investasi. Meningkatnya invetasi diharapkan
dapat meningkatkan modal bagi perusahaan hilir minyak sawit sehingga dapat meningkatkan produksi. Selain itu peningkatan penawaran bahan baku minyak
sawit dalam industri hilir kelapa sawit juga dapat memberikan dampak terhadap produksi turunan minyak sawit. Hal ini mengindikasikan bahwa meningkatnya
ketersediaan bahan baku akan mendorong peningkatan produksi.
Permintaan CPO Dunia meningkat
Produksi Minyak Sawit Harus Tinggi sehingga
Mendorong Penambahan Areal Tanam Kelapa Sawit
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Fatty Acid
Model Persamaan Simultan Menganalisi Dampak Perubahan
Variabel Eksogen terhadap Variabel Endogen dengan Simulasi
Analisis Simulasi Perlu Peningkatan Kapasitas Produksi Industri
Hilir yang Memiliki Nilai Tambah yang Cukup Tinggi yaitu Fatty Acid
Pengembangan Industri Hilir Rendah
Ekspor CPO Indonesia Tinggi
Rekomendasi Kebijakan
Gambar 2. Diagram Alur Pemikiran Operasional
Berdasarkan uraian di atas, maka dibuat model persamaan produksi produk turunana kelapa sawit. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model persamaan simultan. Berdasarkan model yang dibuat dilakukan analisis untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi produk turunan kelapa
sawit, untuk fatty acid. Hasil analisis yang diperoleh diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pengambil kebijakan dalam pengembangan industri hilir kelapa
sawit. Selain itu, hasil analisis diharapkan dapat menjadi literatur untuk penelitian berikutnya. Secara garis besar, kerangka pemikiran operasional dapat ditunjukkan
pada Gambar 2.
IV. METODE PENELITIAN 4.1.