4. Fasilitas pengembangan biodiesel; 5. Pengembangan market riset dan market intelijen untuk memperkuat daya saing.
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kelapa sawit sudah banyak dilakukan, baik mengenai dampak kebijakan, industri hilir, ataupun industri hulunya. Novindra 2011,
meneliti dengan judul dampak kebijakan domestik dan perubahan faktor eksternal terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen minyak sawit di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan minyak sawit di pasar domestik dan dunia,
mengevaluasi dampak kebijakan domestik dan perubahan faktor eksternal terhadap kesejahteraan pelaku industri minyak sawit Indonesia dan penerimaan
devisa tahun 2003-2007, dan meramalkan dampak kebijakan domestik terhadap kesejahteraan pelaku industri minyak sawit Indonesia dan penerimaan devisa
tahun 2012-2016. Model penawaran dan permintaan minyak sawit Indonesia yang dibangun
dalam penelitian ini merupakan sistem persamaan simultan, yang terdiri dari 3 blok yaitu blok perkebunan kelapa sawit, blok minyak sawit, dan blok minyak
goreng sawit. Model yang telah dirumuskan terdiri dari 39 persamaan atau 39 variabel endogen G, dan 46 predetermined variable terdiri dari 28 variabel
eksogen dan 18 lag endogenous veriable, sehingga total variabel endogen dalam model K adalah 85 variabel. Kemudian diketahui bahwa jumlah variabel
endogen dan eksogen yang termasuk dalam satu persamaan tertentu dalam model M adalah maksimum 8 variabel. Berdasarkan criteria order condition
disimpulkan setiap persamaan struktural yang ada dalam model adalah over identified
. Selanjutnya, metode estimasi model yang digunakan adalah 2SLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga minyak sawit domestik lebih
responsif terhadap perubahan jumlah permintaan minyak sawit domestik daripada permintaan ekspor minyak sawit, maka pengembangan industri hilir minyak sawit
domestik seperti industri minyak goreng sawit, oleokimia, sabun, margarin, dan biodiesel akan meningkatkan jumlah permintaan minyak sawit sehingga dapat
meningkatkan harga yang diterima produsen minyak sawit domestik; kebijakan domestik berupa pembatasan eksporminyak sawit dengan penetapan pajak ekspor
minyak sawit sebesar 20 persen dapat meningkatkan kesejahteraan netto yang lebih besar dibandingkan dengan kebijakan kuota domestik peningkatan
penawaran minyak sawit domestik dan kebijakan kuota ekspor; dan peningkatan kuota domestik peningkatan penawaran minyak sawit domestik memberikan
dampak negatif bagi kesejahteraan netto. Hal ini dikarenakan peningkatan penawaran minyak sawit domestik belum didukung dnegan perkembangan
industri hilir minyak sawit selain industri minyak sawit terlebih dahulu. Hal tersebut menyebabkan peningkatan penawaran minyak sawit domestik hanya akan
mengakibatkan harga minyak sawit dan harga minyak goreng sawit domestik mengalami penurunan.
Suharyono 1996, melakukan analisis dampak kebijakan ekonomi pada komoditas minyak sawit dan hasil industri yang menggunakan bahan baku minyak
sawit di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan keragaan ekonomi komoditas minyak
sawit, minyak goreng sawit, margarin, dan sabun, serta besarnya pengaruh
perubahan faktor-faktor itu. Kemudian menganalisis dampak kebijakan ekonomi deregulasi perdagangan minyak sawit, devaluasi nilai tukar rupiah, penurunan
tingkat bunga, peningkatan harga pupuk, peningkatan upah tenaga kerja, Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dalam
runtun waktu time series, periode 1969-1993. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika persamaan simultan yang diduga
dengan metode pangkat dua terkecil tiga tahap Linier Three Stages Least Squares LTSLS. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa selama kurun waktu
1969-1993 telah terjadi perkembangan yang cukup berarti dalam industri minyak sawit Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan luas areal produktif,
produksi, dan permintaan minyak sawit domestik, yang masing-masing mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun 11.52 persen, 13.27 persen, dan 18.90
persen. Sementara itu pada kurun waktu yang sama volume ekspor minyak sawit Indonesia rata-rata meningkat 8.33 persen pertahun yang sebagian besar
disebabkan oleh meningkatnya volume ekspor minyak sawit Indonesia ke pasar MEE sebesar 7.89 persen per tahun. Di sisi lain selama kurun waktu 1984-1993,
volume impor minyak sawit oleh Indonesia mengalami penurunan rata-rata 6.80 persen per tahun.
Luas areal produktif tidak responsif terhadap permintaan minyak sawit dunia, sedangkan produksi minyak goreng sawit domestik responsif terhadap
teknologi dan permintaan minyak sawit domestik. Disamping itu produksi margarin dan sabun baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang responsif
terhadap teknologi, sementara untuk produksi sabun dalam jangka panjang juga responsif terhadap permintaan sabun. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
perubahan teknologi bagi produk hasil industri ternyata lebih besar dibandingkan untuk produk hasil pertanian, demikian juga untuk perkembangan permintaan,
permintaan minyak sawit domestik responsif terhadap permintaan minyak goreng sawit domestik. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan permintaan minyak sawit
oleh industri minyak goreng sawit akan besar pengaruhnya bagi permintaan minyak sawit domestik secara keseluruhan. Permintaan minyak goreng sawit,
margarin, dan sabun baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang responsif terhadap perubahan pendapatan nasional. Khusus untuk permintaan minyak
goreng sawit, dalam jangka panjang juga dipengaruhi oleh harga minyak goreng sawit dan harga minyak goreng kelapa. Hal ini menunjukan bahwa dalam jangka
panjang hubungan minyak goreng kelapa dan minyak goreng sawit dilihat dari sisi konsumen lebih bersifat subtitusi.
Peubah trend teknologi ternyata mampu memberikan pengaruh yang besar pada perubahan penawaran minyak goreng sawit domestik, margarin, dan
sabun. Hal ini tidak terjadi pada penawaran minyak sawit domestik. Namun demikian harga minyak sawit domestik hanya memberikan dampak yang besar
pada penawaran minyak sawit domestik. Perubahan harga minyak sawit dunia dalam jangka panjang akan memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan
harga ekspor minyak sawit Indonesia. Harga ekspor minyak sawit Indonesia kepasar Masyarakat Ekonomi Eropa MEE ternyata memberikan pengaruh yang
besar pada perubahan volume ekspor komoditas itu kepasar MEE. Selama kurun waktu 1969-1993 ternyata tidak terjadi perkembangan
teknologi yang cukup berarti. Hal ini terlihat dengan tidak resposifnya perubahan harga, baik minyak sawit, minyak goreng sawit, margarin maupun sabun terhadap
perubahan teknologi. Kebijakan ekonomi yang dinilai paling ideal, karena mampu meningkatkan total surplus produsen domestik, total surplus konsumen domestik
dan total surplus devisa, baik dalam pasar terkendali maupun yang bebas adalah kebijakan penurunan tingkat bunga sebesar tiga persen dari tingkat bunga
tertinggi, kebijakan peningkatan harga pupuk sebesar lima puluh persen dari harga pupuk rata-rata dan kebijakan peningkatan pendapatan nasional.
2.8. Kebaruan Penelitian