kecil nilai RMSPE dan U Theil dan makin besar nilai R
2
, maka pendugaan model semakin baik.
4.5. Simulasi Historis
Menurut Pindyck dan Rubinfeld 1998, tujuan simulasi model pada dasarnya adalah untuk 1 mengevaluasi kebijakan pada masa lampau dan 2
membuat peramalan pada masa yang akan datang. Simulasi model diperlukan untuk mempelajari sejauh mana dampak dari perubahan variabel-variabel eksogen
terhadap variabel-variabel endogen di dalam model. Simulasi historis dilakukan untuk menjawab tujuan kedua, yaitu mengevaluasi dampak kebijakan Bank
Indonesia penurunan Suku Bunga Bank IndonesiaSBI dan peningkatan penawaran minyak sawit domestik.
Skenario Kebijakan:
1. Penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia domestik sebesar 20 persen
Dari sisi permodalan, dengan tingkat suku bunga pinjaman sekarang ini 16-17 persen per tahun dirasa masih kurang kondusif untuk usaha perkebunan,
termasuk kelapa sawit. Suku bunga yang ideal untuk usaha perkebunan adalah sekitar 12 persen per tahun. Melalui simulasi ini akan dianalisis dampak dari
penurunan suku bunga BI terhadap industri hilir kelapa sawit domestik Novindra, 2011.
2. Peningkatan penawaran minyak sawit domesik sebesar 10 persen
Minyak sawit merupakan bahan baku dalam industri hilir kelapa sawit. Ketersediaan bahan baku sangat mempengaruhi dalam kegiatan produksi. Melalui
simulasi ini akan dianalisis dampak dari peningkatan penawaran minyak sawit domestik terhadap industri kelapa sawit domestik.
3. Penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia domestik sebesar 20 persen
disertai dengan peningkatan penawaran minyak sawit domesik sebesar 10 persen. Penurunan tingkat suku bunga di harapkan dapat meningkatkan investasi pada
industri hilir kelapa sawit. Peningkatan investasi pada industri hilir kelapa sawit dapat meningkatkan kapasitas produksi yang harus disertai dengan ketersediaan
bahan baku industri yang cukup. Melalui simulasi ini akan dianalisis dampak dari penurunan suku bunga BI disertai dengan peningkatan penawaran bahan baku
minyak sawit terhadap industri hilir kelapa sawit domestik.
4.6. Definisi Operasional
1. Oleokimia adalah salah satu produk hilir minyak sawit.
2. Fatty acid merupakan salah satu oleokimia dasar.
3. Produksi fatty acid adalah jumlah produksi fatty acid yang dihasilkan oleh
industri hilir kelapa sawit di Indonesia yang tercatat pada Badan Pusat Statistik, dinyakan dalam satuan 000 ton
4. Harga riil fatty acid domestik adalah harga fatty acid yang sudah dideflasikan
dengan indeks harga konsumen 2005=100, dinyatakan dalam satuan 000 Rp per ton.
5. Harga riil sabun domestik adalah harga sabun batangan yang sudah
dideflasikan dengan indeks harga konsumen 2005=100, dinyatakan dalam satuan Rp per batang.
6. Permintaan fatty acid domestik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
jumlah permintaan fatty acid oleh industri produk hilir minyak sawit yang tercatat pada Badan Pusat Statistik, dinyatakan dalam satuan 000 ton.
7. Penawaran fatty acid adalah jumlah fatty acid yang ditawarkan untuk
keperluan industri produk hilir minyak sawit di Indonesia yang tercatat pada Badan Pusat Statistik, dinyatakan dalam satuan 000 ton
8. Harga riil minyak sawit domestik adalah harga minyak sawit yang sudah
dideflasikan dengan indeks harga konsumen 2005=100, dinyatakan dalam satuan 000 Rp per ton.
9. Jumlah penduduk Indonesia adalah banyaknya populasi Indonesia yang
tercatat pada Badan Pusat Statistik, dinyatakan dalam satuan juta jiwa. 10.
Permintaan minyak sawit domestik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah permintaan minyak sawit oleh industri produk turunan minyak sawit
yang tercatat pada Badan Pusat Statistik, dinyatakan dalam satuan 000 ton. 11.
Harga riil minyak sawit dunia adalah harga minyak sawit dunia yang sudah dideflasikan dengan indeks harga konsumen 2005=100, dinyatakan dalam
satuan 000 Rp per ton. 12.
Total impor fatty acid adalah jumlah impor fatty acid yang tercatat pada Badan Pusat Statistik, dinyatakan dalam satuan 000 ton.
13. Total ekspor fatty acid adalah jumlah ekspor fatty acid yang tercatat pada
Badan Pusat Statistik, dinyatakan dalam satuan 000 ton.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.
Hasil Estimasi Model
Model ekonometrika produk turunan minyak sawit dalam penelitian ini merupakan model simultan dinamis yang dibangun dari 6 model yang terdiri dari
5 persamaan struktural dan 1 persamaan identitas. Model tersebut sudah melalui beberapa tahapan respesifikasi model. Data yang digunakan adalah data deret
waktu time series dengan periode pengamatan tahun 1990 sampai dengan 2010. Hasil estimasi model dalam penelitian ini ditunjukkan secara lengkap pada
Lampiran 3 sampai Lampiran 7, dapat dijelaskan bahwa secara umum variable penjelas yang dimasukkan ke dalam persamaan struktural mempunyai besaran dan
tanda parameter estimasi yang sesuai dengan harapan dari sudut pandang teori ekonomi. Kriteria-kriteria statistika yang umum digunakan dalam mengevaluasi
hasil estimasi model cukup menyakinkan. Nilai koefisien determinasi R
2
dari masing-masing persamaan struktural berkisar antara 0.33 sampai 0.93. Sebagian
besar persamaan memilik nilai R
2
di atas 0.5 dan hanya persamaan harga riil fatty acid
domestik HFACID yang memiliki nilai R
2
di bawah 0.4. Berdasarkan nilai R
2
tersebut menunjukan bahwa secara umum variabel endogen dapat dijelaskan dengan baik oleh variabel-variabel eksogen dalam persamaan struktural.
Berdasarkan P-value uji F yang berkisar antara .0001 – 0.0891, yang berarti variabel penjelas dalam setiap persamaan struktural dapat menjelaskan
dengan baik variabel endogennya pada taraf α = 0.10. Berdasarkan hasil uji
durbin-w dw didapatkan nilai 0.57892 untuk persamaan produksi fatty acid domestik dan hasil uji statistik durbin-h dh didapatkan kisaran nilai
-1.20184 – 1.41601. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa tiga persamaan tidak