Sengon Paraserianthes falcataria L Nielsen

2.2 Sengon Paraserianthes falcataria L Nielsen

Sengon dalam bahasa latin disebut Paraserianthes falcataria L Nielsen termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai-petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut Atmosuseno 1998: 1. Jawa: jeunjing, albasia Jawa Barat; sengon laut, mbesiah Jawa Tengah dan sengon sabrang Jawa Tengah dan Jawa timur; jing laut Madura 2. Sulawesi: tedehu pute 3. Maluku: rawe, selawoku merah, seka, sika, sika bot, bai wagohon, wai atau wikie Meskipun memiliki banyak nama, tetapi dalam bahasa Indonesia yang paling sering digunakan untuk nama pohon ini adalah sengon. Hidayat 2002 menambahkan bahwa pohon sengon yang berukuran sedang sampai besar, tingginya dapat mencapai 40 m dan tinggi batang bebas cabang 20 m. Pohon sengon tidak berbanir, kulit licin, berwarna kelabu muda dan bulat agak lurus. Diameter pohon dewasa bisa mencapai 100 cm atau lebih. Tajuk berbentuk perisai, jarang, selalu hijau. Daun majemuk, panjang dapat mencapai 40 cm, terdiri dari 8-15 pasang anak tangkai daun yang berisi 15-25 helai daun. Sengon termasuk jenis yang cepat tumbuh tanpa memerlukan tindakan silvikultur yang rumit dan berkembang dengan baik pada tanah yang relatif kering, agak lembab, bahkan di daerah tandus. Di daerah tropis seperti di Indonesia dapat tumbuh dengan baik pada tanah-tanah yang lembab dengan tipe iklim A, B dan C menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson Griffoen 1954 dalam Alrasjid 1973. Kecepatan pertumbuhan jenis ini ditunjukkan dengan produksi kayunya yang dapat mencapai 156 m 3 per hektar pada saat berumur enam tahun Alrasjid 1973 Dalam skala industri pemilihan sengon sebagai salah satu jenis pohon yang diprioritaskan untuk pengusahaan HTI merupakan suatu pilihan yang tepat. Sengon dapat dipanen pada umur yang relatif singkat yaitu 5-8 tahun setelah tanam sehingga sangat menguntungkan untuk diusahakan dalam skala besar seperti pengusahaan HTI Atmosuseno 1998. Pembangunan HTI dimaksudkan untuk menyediakan bahan baku bagi industri perkayuan di Indonesia. Salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam di HTI adalah sengon. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menanam sengon antara lain sebagai berikut: 1. Masa masak tebang relatif pendek 2. Pengelolaan relatif mudah 3. Persyaratan tempat tumbuh tidak rumit 4. Kayunya serbaguna 5. Permintaan pasar terus meningkat 6. Membantu menyuburkan tanah dan memperbaiki kualitas lahan Atmosuseno 1998. Biaya pembangunan akan lebih ringan pada jenis pohon yang tumbuh cepat atau berotasi pendek seperti sengon ini. Hal ini disebabkan adanya Cash Flow masuk dari hasil penebangan yang segera dapat mengurangi biaya yang telah dikeluarkan Atmosuseno 1998. Pohon sengon merupakan pohon yang sebaguna. Mulai dari daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan. Bagian yang memberikan manfaat ekonomi paling besar adalah batang kayunya. Tidak mengherankan jika saat ini banyak kalangan pengusaha yang bergerak dalam bidang perkayuan beramai-ramai mengusahakan sengon sebagai bahan baku industrinya Atmosuseno 1998.

2.3 Kelayakan Finansial