BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Tanaman
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK dalam Hutan Tanaman adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan
berupa kayu dalam Hutan Tanaman pada hutan produksi melalui kegiatan penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan
pemasaran. HTI yang selanjutnya disingkat HTI adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan
potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan Departemen Kehutanan
2010. Sejak awal tahun 1990-an pembangunan HTI dilaksanakan secara besar-
besaran melalui pelibatan investor swasta dengan sebagian besar pendanaannya didukung oleh Dana Reboisasi DR. Pengembangan HTI dilatarbelakangi oleh
kondisi kesenjangan antara kapasitas industri perkayuan dengan pasokan bahan baku kayu yang pada waktu itu hanya mengandalkan dari kayu hutan alam. Jenis
tanaman HTI yang dibudidayakan pada umumnya jenis kayu cepat tumbuh mangium, sengon, eucaliptus, dan gmelina. Pada saat itu pembangunan HTI
ditargetkan seluas 6 juta hektar, dengan perkiraan pada waktu panen akan mampu mendukung kebutuhan industri bersama-sama kayu dari hutan alam.
Usaha hutan tanaman bertujuan untuk menghasilkan produk utama berupa hasil hutan kayu guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan bahan baku
industri perkayuan, meningkatkan kualitas lingkungan melalui kegiatan reboisasi, untuk memperluas kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat, khususnya
masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan hutan. Kriteria areal usaha hutan tanaman Departemen Kehutanan 2009:
1.
Areal kosong di dalam kawasan hutan produksi danatau areal yang akan dialihfungsikan menjadi kawasan hutan produksi, serta tidak dibebani hak-hak
lain.
2.
Topografi dengan kelerengan maksimal 25. Pada kelerengan antara 8 - 25 harus diikuti dengan upaya konservasi tanah.
3.
Penutupan vegetasi calon lokasi usaha hutan tanaman berupa non hutan semak belukar, padang alang-alang dan tanah kosong atau areal bekas tebangan yang
kondisinya rusak.
4.
Terdapat masyarakat di sekitarnya sebagai sumber tenaga kerja.
5.
Tidak dibenarkan melakukan penebangan hutan alam yang ada di areal usaha hutan tanaman, kecuali untuk pembangunan sarana dan prasarana dengan luas
maksimum 1 dari seluruh luas areal usaha.
6.
Bagian-bagian yang masih bervegetasi hutan alam, di- ”enclave” sebagai blok
konservasi. HTI mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dalam hal jumlah dan
luasan total. Peningkatan jumlah HTI dari tahun ke tahun ditampilkan dalam Gambar 1, sedangkan peningkatan luasan total HTI dari tahun ke tahun
ditampilkan pada Gambar 2.
Sumber: Statistik Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan 2009
Gambar 1 Grafik perkembangan jumlah HTI.
Sumber: Statistik Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan 2009
Gambar 2 Grafik perkembangan luas HTI. Berdasarkan data sampai dengan Bulan Desember 2009, jumlah
IUPHHK-HTI sebanyak 206 unit SK definitif dengan areal seluas 8.702.030 hektar yang tersebar pada 20 provinsi dan SK Sementara sebanyak 25 unit dengan
areal seluas 484.860 hektar Departemen Kehutanan 2009. HTI menggeser peran hutan alam dalam hal produksi kayu bulat seperti pada Gambar 3:
Sumber: Statistik Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan 2009
Gambar 3 Grafik produksi kayu bulat berdasarkan sumbernya
2.2 Sengon Paraserianthes falcataria L Nielsen