Penjarangan non komersial Penjarangan komersial Analisis Kelayakan Finansial

yang tidak terpilih dipotong dengan menggunakan gergaji. Kegiatan singling dilakukan pada saat tinggi tanaman 1,5-2,5 m sekitar umur 6-9 bulan

5.1.4.6 Pruning

Pemangkasan cabang pruning dimaksudkan untuk mencapai tujuan menghasilkan kayu pertukangan yaitu kayu gelondongan yang dihasilkan oleh batang tunggal yang lurus sepanjang mungkin dan relatif silindris. Manfaat pemangkasan cabang dicerminkan oleh makin tingginya nilai ekonomi log. Pruning dilakukan bila diameter batang mencapai 6 cm diperkirakan sekitar umur 6-9 bulan. Pruning dilakukan pada 40 dari tinggi total tanaman, sehingga tidak ada lagi cabang hingga batas tinggi tersebut. Cabang dipotong dengan menggunakan gergaji pruning yang dilakukan rapat batang dari arah bawah ke arah atas. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya pengelupasan kulit kayu pada batang utama tanaman. Untuk cabang berukuran besar, cara pruning yang dilakukan dengan memotong cabang secara bertahap. Tahap pertama cabang dipotong agak jauh dari batang, selanjutnya pemotongan kedua baru dilakukan rapat batang.

5.1.4.7 Penjarangan

Sebagai sebuah tindakan silvikultur, penjarangan ditujukan kepada pemaksimalan nilai tegakan sisa. Di HTI PT Nityasa Idola belum dilakukan kegiatan penjarangan baik yang non komersil maupun komersil karena usia tanaman yang belum mencukupi. Namun secara umum kegiatan penjarangan di PT Nityasa Idola terbagi menjadi dua yaitu:

a. Penjarangan non komersial

Penjarangan ini dilakukan pada umur tanaman 2 tahun dengan meninggalkan 550 batangha atau kira-kira 50 dari total jumlah batang. Kriteria utama penjarangan non komersial ini adalah keseragaman ruang tumbuh. Penjarangan ini tidak menghasilkan kayu apapun. Pada penjarangan ini diperkirakan akan ”dibuang” sekitar 40 volume tegakan dalam bentuk kayu dari ukuran-ukuran diameter yang tidak komersial. Setelah penjarangan pre- commercial ini, kegiatan pemupukan dan pemangkasan cabang kemungkinan perlu dilakukan. Aplikasi herbisida juga perlu, mengingat kegiatan penjarangan ini telah membebaskan lantai hutan dari naungan tajuk.

b. Penjarangan komersial

Penjarangan ini dilakukan pada tanaman berumur 4 tahun tahun kelima sejak tanam. Pada kegiatan penjarangan ini ditinggalkan sekitar 350 batang per hektar. Penjarangan ini akan menghasilkan kayu sekitar 25 m 3 ha. Beberapa tujuan dilaksanakannya kegiatan penjarangan adalah sebagai berikut: 1. Mengurangi jumlah pohon dalam tegakan agar pohon yang ditinggalkan mempunyai cukup ruang untuk perkembangan tajuk dan akar sehingga perkembangan riap dapat mencapai ukuran yang dapat digunakan dengan cepat. 2. Untuk menciptakan tegakan yang sehat dilakukan dengan membuang pohon- pohon yang mati, terkena penyakit, rusak dan mengurangi kompetisi untuk menghindari stress yang akan merangsang timbulnya penyakit. 3. Untuk menghilangkan pohon-pohon yang jelek pertumbuhannya misalnya bengkok atau menggarpu 4. Untuk mendapatkan “pemasukan antara” dari penjualan kayu hasil penjarangan.

5.2 Pengelolaan Industri Veneer

5.2.1 Proses Produksi Veneer

Tahapan awal dalam kegiatan produksi veneer di PT Nityasa Idola adalah melakukan scaling dan grading pada log yang masuk. Scaling adalah mengukur dimensi log yaitu panjang log dan diameter log. Sedangkan grading adalah memisahkan log berdasarkan ukurannya. Log yang masuk harus memenuhi standar ukuran yang ditetapkan PT Nityasa Idola yaitu memiliki diameter 15 cm dan panjang 130 ± 2 cm. Log yang telah diukur diameter dan panjangnya serta telah memenuhi standar kemudian dipisahkan menjadi dua kelas yaitu log yang memiliki diameter 15 – 28 cm serta log yang memiliki diameter 28 cm. Log berukuran diameter 15 – 28 cm akan diolah menjadi veneer menggunakan mesin rotary spindless. Sedangkan untuk log yang memiliki diameter 28 cm akan diolah menjadi veneer menggunakan mesin rotary spindle. Sebelum log diolah menjadi veneer harus dilakukan pengupasan kulit kayu terlebih dahulu. Kegiatan pengupasan log terbagi menjadi dua macam yaitu pengupasan secara manual untuk log 28 cm dan pengupasan mekanis menggunakan mesin round up untuk log 15-28 cm. Log berukuran 15 – 28 cm harus dikupas secara mekanis menggunakan mesin round up dikarenakan log yang akan diolah menggunakan mesin rotary spindless harus memiliki bentuk yang silindris. Setelah log dikupas, selanjutnya log diolah menjadi veneer menggunakan mesin rottary spindless untuk log 15-28 cm dan rottary spindle untuk log 28 cm. Tingkat rendemen rata-rata dari kedua mesin tersebut adalah sebesar 65. Nilai tersebut berarti mesin akan menghasilkan volume veneer sebesar 65 dari volume log yang diolah. Proses produksi veneer dari log sengon secara umum tersajikan dalam Gambar 5. Sumber: Hasil pengamatan Gambar 5 Diagram alir produksi veneer Scaling Grading Log d 28 cm Log d 28 cm Kupas Kulit Manual Kupas Kulit Round Up Rotarry Spindle Rotarry Spindless Veneer Log Masuk Veneer OOP Random OOP Random

5.2.2 Produk Industri

Produk yang dihasilkan dari industri pengolahan kayu PT Nityasa Idola adalah veneer. Veneer yang diproduksi PT Nityasa Idola memiliki ukuran lebar 126 cm dan ketebalan 2,2 mm. Secara umum veneer produksi PT Nityasa Idola terbagi menjadi dua kelas kualitas yaitu OOP dan Random. Pembagian kelas kualitas tersebut berdasarkan panjang dari veneer yang dihasilkan. Berikut adalah karakteristik dari OOP dan Random: Tabel 10 Perbedaan karakteristik OOP dan random No Karakteristik OOP random 1 Panjang 260 cm p10 cm p 260 cm 2 Lebar 126 cm 126 cm 3 Tebal 2,2 mm 2,2 mm 4 Proporsi Produksi 80 20

5.3 Penerimaan dan Biaya HTI

5.3.1 Penerimaan

Penerimaan HTI PT Nityasa Idola berasal dari penjualan kayu sengon hasil penjarangan komersil dan pemanenan. Hasil penjualan dihitung dengan mengkalikan volume kayu yang dihasilkan dengan tarif harga jual kayu sengon di wilayah sekitar HTI. Karena PT Nityasa Idola belum melaksanakan kegiatan penjarangan komersil dan pemanenan, maka untuk volume hasil panen kayu per hektar diasumsikan sebesar 25 m 3 untuk penjarangan komersial dan 125 m 3 untuk pemanenan. Asumsi tersebut didasarkan pada target perusahaan yang tercantum dalam buku Rencana Karya Umum PT Nityasa Idola. Untuk harga kayu sengon didasarkan pada harga beli kayu sengon yang ditetapkan Industri Veneer PT Nityasa Idola di Ngabang yaitu Rp 350.000m 3 . Tabel 11 menyajikan data dugaan volume kayu dan penerimaan yang didapatkan dari hasil kegiatan penjarangan dan pemanenan setiap tahunnya. Tabel 11 Tabel dugaan volume kayu dan penerimaan dari hasil kegiatan penjarangan dan pemanenan Tahun Volume Volume Volume Penerimaan Penerimaan Penerimaan Penjarangan m3 Pemanenan m3 Total m3 Penjarangan Rp Pemanenan Rp Total Rp 2008 2009 2010 2011 2012 7.100 7.100 2.485.000.000 2.485.000.000 2013 36.675 36.675 12.836.250.000 0 12.836.250.000 2014 30.000 30.000 10.500.000.000 0 10.500.000.000 2015 30.000 35.500 65.500 10.500.000.000 12.425.000.000 22.925.000.000 2016 30.000 183.375 213.375 10.500.000.000 64.181.250.000 74.681.250.000 2017 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2018 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2019 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2020 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2021 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2022 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2023 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2024 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2025 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2026 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2027 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2028 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2029 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2030 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2031 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 Pada tahun – tahun awal kegiatan pengelolaan HTI Sengon, PT Nityasa Idola belum mendapatkan penerimaan. Penerimaan pertama didapatkan pada tahun 2012 yang berasal dari hasil penjarangan komersial tanaman tahun 2008. Besarnya penerimaan adalah sebesar Rp 8.750.000ha sehingga total penerimaan untuk tahun 2012 adalah sebesar Rp 2.485.000.000 dari hasil penjarangan komersil lahan seluas 284 ha. Sedangkan penerimaan dari kegiatan pemanenan baru didapatkan pada akhir daur pertama yaitu pada tahun 2016 dengan nilai sebesar Rp 43.750.000ha Penerimaan terbesar diperoleh pada tahun 2016 yang merupakan hasil penjarangan tanaman tahun 2013 dan pemanenan tanaman tahun 2009. Nilai penerimaan penjarangan pada tahun tersebut diperkirakan sebesar Rp 10.500.000.000 sedangkan untuk penerimaan pemanenan diperkirakan sebesar Rp 64.181.250.000. Total penerimaan pada tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp 74.681.250.000.

5.3.2 Biaya

Biaya pengelolaan HTI Sengon PT Nityasa Idola terdiri dari pembangunan sarana dan prasarana, administrasi dan umum, perencanaan, pengadaan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, perlindungan dan pengamanan hutan, kewajiban kepada negara, kewajiban kepada lingkungan dan pemanenan. Tabel 12 Biaya pengelolaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola No Kegiatan BiayaRpHa 1 Pembangunan Sarana dan Prasarana 2.645.157 2 Administrasi Dan Umum 1.224.610 3 Perencanaan 319.407 4 Pengadaan Bibit 722.000 5 Penyiapan Lahan 2.421.950 6 Penanaman 1.186.548 7 Pemeliharaan 3.934.120 8 Perlindungan Dan Pengamanan Hutan 493.050 9 Kewajiban Kepada Negara 10.700 10 Kewajiban Kepada Lingkungan 220.430 11 Pemanenan 22.500.000 Total Biaya 35.677.971 Biaya pembangunan sarana dan prasarana ini meliputi investasi bangunan, peralatan dan jalan, biaya pemeliharaan sarana dan prasarana serta depresiasi sarana dan prasarana. Masa pakai sarana dan prasarana diasumsikan selama 15 tahun, sehingga saat masa pakainya telah mencapai masa tersebut harus dilakukan kembali kegiatan reinvestasi. Nilai investasi bangunan, peralatan dan jalan adalah sebesar Rp 2.449.219ha sedangkan biaya pemeliharaan sarana dan prasarana adalah sebesar Rp 32.657ha. Kedua nilai tersebut didapatkan dari rataan biaya terendah dan tertinggi dari standar biaya pembangunan HTI Departemen Kehutanan, sedangkan untuk nilai depresiasi per tahun didapatkan dari pembagian antara jumlah investasi dengan masa pakainya 15 tahun. Biaya administrasi dan umum terdiri dari biaya pendidikan dan latihan, penelitian dan pengembangan, biaya umum dan biaya penilaian. Biaya pendidikan dan latihan nilainya sebesar Rp 48.985ha. Biaya penelitian dan pengembangan nilainya sebesar Rp 97.969ha. Biaya umum nilainya adalah sebesar Rp 976.688ha dan biaya penilaian sebesar Rp 97.969ha. Komponen biaya perencanaan terdiri dari biaya penyusunan FS dan AMDAL, penyusunan RKU, penyusunan RKT, pelaksanaan Inventarisasi, pelaksanaan tata batas dan penataan areal. Biaya dari setiap sub kegiatan perencanaan berturut-turut adalah Rp 32.657ha, Rp 24.492ha, Rp 12.500ha, Rp 13.000ha, Rp 40.821ha dan Rp 195.938ha. Komponen biaya dalam pengadaan bibitpersemaian terdiri dari biaya pengadaan logistik media tanam, benih, pupuk, air dan lain lain, upah pekerja di persemaian, serta pengangkutan bibit. Biaya pengadaan bibit diperoleh dari pembagian antara jumlah biaya yang dikeluarkan di persemaian selama sebulan dengan jumlah bibit yang dihasilkan pada bulan tersebut. Nilainya didapatkan sebesar Rp 500bibit. Dengan demikian untuk satu hektar lahan dengan jarak tanam 3 m x 3 m dengan tingkat penyulaman sebesar 30 dibutuhkan biaya untuk pengadaan bibit sebesar Rp 722.000. Lahan di PT Nityasa Idola sebagian besar diklaim milik masyarakat sehingga saat ingin membangun HTI di suatu lahan, perusahaan harus membuat suatu program kerjasama dengan masyarakat. Perjanjian tersebut tertuang dalam sebuah dokumen yang bernama Mata beliung. Salah satu poin dalam perjanjian tersebut adalah perusahaan harus membayar uang kompensasi lahan sebesar Rp 60.000ha serta memberikan 21 buah bibit karet unggulha lahan dengan harga Rp 3.500bibit kepada masyarakat. Biaya tersebut merupakan komponen dari kegiatan penyiapan lahan. Kegiatan penyiapan lahan di PT Nityasa Idola terdiri dari dua macam yaitu penyiapan lahan manual dan mekanis. Penyiapan lahan manual dilaksanakan dengan sistem borongan oleh pemilik lahan maupun masyarakat sekitar. Upah borongan penyiapan lahan terbagi menjadi empat kelas sesuai dengan kondisi tegakanvegetasi pada lahan. Tarif upah borongan penyiapan lahan manual di PT Nityasa Idola disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Klasifikasi upah borongan kegiatan penyiapan lahan manual berdasarkan kelas lahan No Kelas Lahan Upah Borongan RpHa 1 Ex Ladang 800.000 2 Ringan 1.150.000 3 Sedang 1.250.000 4 Berat 1.350.000 Untuk penyiapan lahan mekanis, biaya yang dikeluarkan antara lain untuk menyewa alat berat, bahan bakar alat berat serta upah operator alat berat. Adapun standar biaya penyiapan lahan mekanis PT Nityasa Idola adalah sebesar Rp 2.830.073ha. Unsur biaya dalam kegiatan penanaman adalah untuk pembayaran upah penanaman dan pengadaan pupuk. Kegiatan penanaman di PT Nityasa Idola dilakukan dengan sistem borongan oleh pemilik lahan atau masyarakat sekitar dengan upah sebesar Rp 300lubang tanam, sehingga untuk lahan dengan luas satu ha dibutuhkan biaya sebesar Rp 333.300. Selain untuk pembayaran upah borongan, komponen biaya lain adalah untuk pupuk. Untuk setiap lubang tanam dibutuhkan pupuk TSP sebanyak 160 gram. Dengan harga pupuk TSP Rp 4.800kg, maka biaya untuk pemupukan adalah sebesar Rp 768lubang tanam atau sebesar Rp 853.248ha. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari tujuh sub kegiatan yaitu penyulaman, pemupukan, total weeding, chemical, pruning, singling dan penjarangan. Untuk kegiatan penyulaman biayanya adalah sebesar Rp 99.990ha dengan asumsi tingkat penyulamannya adalah sebesar 30. Biaya tersebut adalah untuk pembayaran upah borongan penyulaman sebesar Rp 300lubang tanam. Kegiatan pemupukan dilakukan pada saat usia tanaman 3-4 bulan. Pemupukan dilakukan secara borongan dengan upah sebesar Rp 60tanaman, sehingga untuk 1 hektar lahan biaya upah pemupukan adalah Rp 66.660. Selain untuk upah borongan, kebutuhan biaya lainnya adalah untuk pengadaan pupuk urea. Untuk setiap tanaman diberikan pupuk urea sebanyak 40 gr. Dengan harga pupuk urea Rp 2.500kg, maka untuk pengadaan pupuk dibutuhkan biaya Rp 166.650ha. Kegiatan pemeliharaan selanjutnya adalah total weeding dan chemical. Kedua kegiatan tersebut dilakukan secara berurutan. Setelah kegiatan total weeding harus dilakukan kegiatan chemical. Kedua kegiatan tersebut dilakukan sebanyak enam kali, yaitu empat kali di tahun pertama tanam dan dua kali di tahun kedua tanam. Untuk total weeding, upah borongannya adalah sebesar Rp 105.000ha sedangkan chemical upah borongannya adalah Rp 75.000ha. Untuk kegiatan chemical dibutuhkan biaya lain yaitu untuk pengadaan herbisida dan pengadaan air dengan nilai masing masing sebesar Rp 40.000ha dan Rp 10.000ha. Singling dan pruning dilakukan satu kali selama satu daur tanaman. Kedua kegiatan tersebut memiliki upah borongan sebesar Rp 60tanaman. Sehingga untuk lahan seluas satu ha dibutuhkan biaya sebesar Rp 66.660. Kegiatan penjarangan terbagi atas dua macam yaitu penjarangan non komersial yang dilakukan pada tanaman berumur dua tahun dan penjarangan komersial pada tanaman umur empat tahun. Untuk penjarangan non komersial, tarif yang ditentukan perusahaan adalah Rp 150.000ha. Sedangkan untuk penjarangan komersil, upah borongannya adalah Rp 75.000m 3 . Untuk penjarangan komersil, perusahaan harus memberikan bagi hasil kepada pemilik lahan sebesar Rp 2.500m 3 . Perlindungan dan pengamanan hutan merupakan salah satu kegiatan penting dalam sebuah HTI. Secara umum kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan dapat dibagi menjadi tiga sub kegiatan yaitu pengendalian hama dan penyakit, pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan. Karena PT Nityasa Idola belum melaksanakan kegiatan ini, maka untuk biayanya diperoleh dari standar biaya pembangunan HTI Departemen Kehutanan. Untuk pengendalian hama dan penyakit biayanya adalah sebesar Rp 260.300ha, pengendalian kebakaran sebesar Rp 110.438ha dan pengamanan hutan sebesar Rp 122.313. Selain untuk kegiatan operasional, perusahaan juga harus menyediakan dana untuk memenuhi kewajiban antara lain kewajiban kepada negara dan kewajiban kepada lingkungan. Kewajiban kepada negara antara lain untuk pembayaran iuran IUPHHK sebesar Rp 7.200ha dan PBB sebesar Rp 3.500ha. Sedangkan untuk kewajiban kepada lingkungan terbagi menjadi dua yaitu kewajiban lingkungan fisik kimia biologi dan kewajiban lingkungan sosial. Untuk kewajiban lingkungan fisik kimia biologi nilainya adalah sebesar Rp 97.969ha sedangkan untuk kewajiban kepada lingkungan sosial nilainya adalah sebesar Rp 122.461ha. Untuk biaya penebangan terdiri dari tiga macam yaitu untuk upah penebangan dan penyaradan, mata beliung dan pengangkutan. Kegiatan penebangan dan penyaradan dilakukan secara borongan oleh kontraktor. Besarnya pendapatan yang diperoleh seorang kontraktor adalah sebesar Rp 75.000m 3 . Dalam perjanjian mata beliung antara perusahaan dan masyarakat pemilik lahan, terdapat salah satu poin yang mengharuskan perusahaan memberikan bagi hasil saat pemanenan yaitu sebesar Rp 5.000m 3 . Log yang telah ditebang dan disarad harus diangkut ke industri veneer untuk diolah. Log diangkut menggunakan truk yang telah dimodifikasi bagian bak-nya sehingga memiliki kapasitas angkut sebesar 10 m 3 truk. Biaya untuk menyewa dan bahan bakar truk adalah sebesar Rp 1.000.000truk, sehingga biaya pengangkutan adalah sebesar Rp 100.000m 3 .

5.4 Penerimaan dan Biaya Industri Veneer

5.4.1 Penerimaan

Penerimaan industri veneer PT Nityasa Idola berasal dari penjualan veneer hasil produksi. Penerimaan industri veneer berasal dari penjualan veneer hasil produksi. Industri Veneer PT Nityasa Idola memiliki tingkat recovery rendemen produk sebesar 65, yang berarti untuk setiap 1 m 3 bahan baku, akan dihasilkan 0,6 m 3 veneer. Secara umum veneer hasil produksi PT Nityasa Idola terdiri atas dua macam yaitu OOP dan Random. Proporsi produksi OOP dan Random adalah 80 dan 20. Nilai jual dari veneer jenis OOP adalah Rp 1.400.000m 3 sedangkan untuk random adalah Rp 850.000m 3 . Jadi untuk setiap 1 m3 log sengon dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 838.500. Berikut adalah dugaan volume dan penerimaan dari produksi veneer PT Nityasa Idola. Tabel 14 Dugaan volume dan penerimaan dari hasil produksi veneer PT Nityasa Idola Tahun Produksi Produksi Produksi Penerimaan Penerimaan Penerimaan OOP m3 Rendem Total m3 OOP Rp Rendem Rp Total Rp 2008 2009 2010 2011 2012 3.692 923 4.615 5.168.800.000 784.550.000 5.953.350.000 2013 19.071 4.768 23.839 26.699.400.000 4.052.587.500 30.751.987.500 2014 15.600 3.900 19.500 21.840.000.000 3.315.000.000 25.155.000.000 2015 15.600 3.900 19.500 21.840.000.000 3.315.000.000 25.155.000.000 2016 34.060 8.515 42.575 47.684.000.000 7.237.750.000 54.921.750.000 2017 110.955 27.739 138.694 155.337.000.000 23.577.937.500 178.914.937.500 2018 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2019 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2020 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2021 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2022 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2023 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2024 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2025 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2026 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2027 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2028 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2029 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2030 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2031 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 Industri veneer baru memulai kegiatan produksi pada tahun 2012 yaitu pada saat HTI PT Nityasa Idola telah menghasilkan log sengon dari hasil penjarangan. Pada tahun tersebut Industri Veneer PT Nityasa Idola menghasilkan penerimaan dari penjualan veneer OOP sebesar Rp 5.168.800.000 dan dari penjualan veneer random sebesar Rp 784.550.000 Penerimaan terbesar Industri Veneer PT Nityasa Idola diperoleh pada tahun 2017 yaitu penerimaan dari penjualan veneer OOP sebesar Rp 155.337.000.000 dan penerimaan dari penjualan veneer random sebesar Rp 23.577.937.500. Sehingga total penerimaan pada tahun tersebut adalah sebesar Rp 178.914.937.500.

5.4.2 Biaya

Secara umum biaya di Industri veneer PT Nityasa Idola dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Data biaya tetap dan variabel yang digunakan dalam analisis finansial PT Nityasa Idola bersumber dari laporan performance cost industri veneer PT Nityasa Idola bulan Januari 2010 – Juli 2010. Biaya investasi adalah biaya yang digunakan untuk membangun pabrik dan pengadaan sarana dan prasarana. Berdasarkan Statistik Kehutanan 2009, diketahui biaya rata-rata pembangunan pabrik veneer dengan kapasitas efektif produksi 6.000 m 3 tahun adalah sebesar Rp 1.825.000.000 1 . Untuk biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja Gaji, Astek, lembur, biaya depresiasi, biaya perawatan, biaya kebutuhan kantor dan mess dan biaya lain-lain. Nilai biaya tetap ditampilkan pada tabel 15. Tabel 15 Biaya tetap industri veneer PT Nityasa Idola No Biaya Tetap Biaya Rpm 3 1 Tenaga kerja 6.788 2 Depresiasi Ʃ investasi15 3 Perawatan 22.766 4 Kebutuhan kantor dan mess 1.121 5 Lain-lain 56.550 Selain biaya tetap dan biaya investasi, terdapat satu kelompok biaya lagi yaitu biaya variabel. Biaya ini nilainya berbanding lurus dengan produksi inndustri veneer. Biaya variabel terdiri dari empat macam biaya yaitu biaya log, biaya upah, biaya material selain log dan biaya solar. Adapun nilai dari masing- masing biaya tersebut adalah sebagai berikut Tabel 16 Biaya variabel industri veneer PT Nityasa Idola No Biaya Variable Biaya Rpm3 1 Log 350.000 2 Upah 83.000 3 Material selain log 58.000 4 Pengiriman ke jakarta 275.000 5 Solar 94.000 1 Nilai tersebut didapatkan dari rata-rata biaya investasi dari 3 perusahaan yang bergerak di bidang industri veneer yaitu PT Kutai Timber Indonesia, PT Mustika Buana Sejahtera dan PT Daya Sakti Unggul.

5.5 Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan dilakukan dengan menggunakan metode analisis arus tunai yang didiskonto. Perhitungan kriteria kelayakan investasi didasarkan kepada besarnya penerimaan dan biaya selama kegiatan investasi. Masa investasi yang digunakan adalah selama tiga daur tanaman sengon 24 tahun. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah Net Present Value NPV, Benefit Cost Ratio BCR dan Internal Rate of Return IRR. Dalam kegiatan analisis kelayakan investasi digunakan suku bunga 12 suku bunga kredit bank. Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk HTI dan industri veneer. Besarnya aliran kas dari usaha HTI dan industri veneer PT Nityasa Idola ditampilkan pada Tabel 17. Tabel 17 Aliran kas usaha PT Nityasa Idola selama 3 daur 24 tahun Tahun HTI Industri Veneer Gabungan HTI dan Industri Biaya Penerimaan Pendapatan Biaya Penerimaan Pendapatan Biaya Penerimaan Pendapatan 2008 9.409.053.879 9.409.053.879 9.409.053.879 9.409.053.879 2009 48.779.413.433 48.779.413.433 48.779.413.433 48.779.413.433 2010 40.759.891.186 40.759.891.186 40.759.891.186 40.759.891.186 2011 41.010.458.706 41.010.458.706 1.403.729.167 1.403.729.167 42.414.187.873 42.414.187.873 2012 41.716.596.226 2.485.000.000 39.231.596.226 11.430.504.662 5.953.350.000 5.477.154.662 50.413.600.888 5.953.350.000 44.460.250.888 2013 44.204.596.246 12.836.250.000 31.368.346.246 28.840.397.156 30.751.987.500 1.911.590.344 58.925.118.402 30.751.987.500 28.173.130.902 2014 43.883.221.266 10.500.000.000 33.383.221.266 23.679.307.125 25.155.000.000 1.475.692.875 56.012.528.391 25.155.000.000 30.857.528.391 2015 44.079.158.786 10.500.000.000 33.579.158.786 29.378.249.833 25.155.000.000 4.223.249.833 61.907.408.619 25.155.000.000 36.752.408.619 2016 41.140.095.986 22.925.000.000 18.215.095.986 80.743.850.226 54.921.750.000 25.822.100.226 96.666.446.212 54.921.750.000 41.744.696.212 2017 41.140.095.986 74.681.250.000 33.541.154.014 167.793.312.695 178.914.937.500 11.121.624.805 126.784.033.681 178.914.937.500 52.130.903.819 2018 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2019 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2020 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2021 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2022 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2023 41.835.674.182 63.000.000.000 21.164.325.818 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 114.523.536.724 150.930.000.000 36.406.463.276 2024 44.733.100.259 63.000.000.000 18.266.899.741 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 117.420.962.801 150.930.000.000 33.509.037.199 2025 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 116.767.021.328 150.930.000.000 34.162.978.672 2026 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 143.391.591.708 150.930.000.000 7.538.408.292 118.170.750.494 150.930.000.000 32.759.249.506 2027 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 147.835.086.500 150.930.000.000 3.094.913.500 122.614.245.286 150.930.000.000 28.315.754.714 2028 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 116.767.021.328 150.930.000.000 34.162.978.672 2029 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 116.767.021.328 150.930.000.000 34.162.978.672 2030 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 147.686.805.250 150.930.000.000 3.243.194.750 122.465.964.036 150.930.000.000 28.464.035.964 2031 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 171.223.982.333 150.930.000.000 20.293.982.333 143.064.078.319 150.930.000.000 7.865.921.681 39 Perhitungan terhadap ketiga kriteria kelayakan investasi dilakukan dengan menggunakan faktor diskonto terhadap biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh selama tiga daur. Biaya dan penerimaan didiskonto dengan menggunakan tingkat suku bunga. Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi pada HTI PT Nityasa Idola dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 18 Nilai kriteria kelayakan investasi HTI PT Nityasa Idola Kriteria Kelayakan Investasi Nilai NPV Rp 192.769.710.566 BCR 0,22 IRR -3,15 Berdasarkan hasil perhitungan kriteria kelayakan pengusahaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola dapat dilihat bahwa kegiatan investasi tidak layak. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai NPV yang negatif, BCR kurang dari 1 dan IRR lebih kecil daripada suku bunga yang berlaku. Nilai NPV yang didapat adalah Rp 192.769.710.566. Sedangkan untuk BCR diperoleh nilainya adalah 0,22. Untuk IRR didapatkan nilainya adalah -3,15. Nilai IRR menunjukkan bahwa investasi baru memberikan nilai NPV=0 layak dilaksanakan pada tingkat suku bunga sebesar -3,15. Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi pada industri veneer PT Nityasa Idola dapat dilihat pada Tabel 18: Tabel 19 Nilai kriteria kelayakan investasi industri veneer PT Nityasa Idola Kriteria Kelayakan Investasi Nilai NPV Rp 17.995.905.895 BCR 1,88 IRR 27,43 Dilihat dari nilai Net Present Value NPV, investasi Indutri Veneer PT Nityasa Idola layak untuk dilaksanakan pada tingkat suku bunga yang berlaku. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai NPV nya yang lebih besar daripada nol. Hal tersebut menggambarkan nilai kini manfaat yang diperoleh industri veneer PT Nityasa Idola lebih besar dari nilai kini biayanya. Nilai NPV yang didapat adalah Rp 17.995.905.895. Dari nilai NPV dapat terlihat hubungan antara NPV dengan tingkat suku bunga yaitu semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin rendah nilai NPV. Dilihat dari nilai benefit cost ratio BCR, investasi industri veneer PT Nityasa Idola juga layak untuk dilaksanakan. hal tersebut dapat dilihat dari nilai BCR-nya yang lebih besar daripada 1 yaitu sebesar 1,88. Sama seperti kriteria kelayakan investasi yang lainnya, nilai IRR dari investasi industri veneer PT Nityasa Idola layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut terlihat dari nilai IRR-nya yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi gabungan antara hutan tanaman dan industri veneer PT Nityasa Idola dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 20 Nilai kriteria kelayakan investasi gabungan hutan tanaman sengon dan industri veneer PT Nityasa Idola Kriteria Kelayakan Investasi Nilai NPV Rp 173.221.397.004 BCR 0,56 IRR 0,87 Berdasarkan hasil analisis finansial menggunakan tiga kriteria kelayakan investasi, terlihat bahwa pengusahaan HTI dan Industri Veneer sebagai sebuah kesatuan usaha tidak layak atau tidak menguntungkan bagi pemiliknya. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV yang lebih kecil dari nol, nilai BCR yang lebih kecil dari satu dan nilai IRR yang lebih kecil dari suku bunga yang berlaku. Nilai NPV yang didapat adalah Rp 173.221.397.004. Sedangkan untuk BCR diperoleh nilainya adalah 0,56. Untuk IRR didapatkan nilainya adalah 0,87. Nilai IRR menunjukkan bahwa pengusahaan HTI dan industri veneer PT Nityasa sebagai sebuah kesatuan usaha memberikan nilai manfaat bersih yang sama dengan nilai biaya bersih pada tingkat suku bunga sebesar 0,87. Jika tingkat suku bunga lebih dari 0,87 maka usaha PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Dari ketiga analisis finansial, dapat terlihat bahwa HTI PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Hal yang diduga menyebabkan usaha tersebut tidak layak adalah target tanam yang tidak tercapai. Dari target tanam sebesar 5.250 ha, HTI PT Nityasa Idola hanya dapat melakukan penanaman seluas 284 ha pada tahun 2008 dan 1.467 ha pada tahun 2010. Hal tersebut tidak sebanding dengan biaya investasi dan biaya tetap yang dikeluarkan. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan kerugian pengusahaan HTI sengon PT Nityasa Idola adalah harga log sengon yang ditetapkan perusahaan rendah yaitu Rp 350.000m 3 . Sehingga menyebabkan penerimaan PT Nityasa Idola dari hasil penjualan log menjadi rendah. Namun penetapan harga yang rendah tersebut memiliki dampak positif yaitu PT Nityasa Idola dapat memperoleh log sengon dari hutan rakyat di sekitar perusahaan dengan harga tersebut. Penetapan harga log yang rendah secara finansial berdampak negatif pada HTI, namun harga rendah tersebut secara finansial berdampak positif terhadap industri veneer PT Nityasa Idola. Sebagai sebuah kesatuan usaha, HTI PT dan industri veneer PT Nityasa Idola memang tidak layak jika dilihat dari nilai ketiga kriteria kelayakannya. Namun hal tersebut wajar karena produk yang dihasilkan industri veneer PT Nityasa Idola masih berupa produk setengah jadi yang selanjutnya akan diolah kembali di Industri milik PT Dharma Satya Nusantara yang masih satu grup usaha dengan PT Nityasa Idola. Diduga pada industri akhir tersebut baru didapatkan keuntungan yang besar.

5.6 Analisis Sensitivitas