Kelayakan Finansial TINJAUAN PUSTAKA

HTI adalah sengon. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menanam sengon antara lain sebagai berikut: 1. Masa masak tebang relatif pendek 2. Pengelolaan relatif mudah 3. Persyaratan tempat tumbuh tidak rumit 4. Kayunya serbaguna 5. Permintaan pasar terus meningkat 6. Membantu menyuburkan tanah dan memperbaiki kualitas lahan Atmosuseno 1998. Biaya pembangunan akan lebih ringan pada jenis pohon yang tumbuh cepat atau berotasi pendek seperti sengon ini. Hal ini disebabkan adanya Cash Flow masuk dari hasil penebangan yang segera dapat mengurangi biaya yang telah dikeluarkan Atmosuseno 1998. Pohon sengon merupakan pohon yang sebaguna. Mulai dari daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan. Bagian yang memberikan manfaat ekonomi paling besar adalah batang kayunya. Tidak mengherankan jika saat ini banyak kalangan pengusaha yang bergerak dalam bidang perkayuan beramai-ramai mengusahakan sengon sebagai bahan baku industrinya Atmosuseno 1998.

2.3 Kelayakan Finansial

Menurut Kadariah et al. 1999, analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Dalam analisis finansial yang diperhatikan ialah hasil untuk modal saham equality capital yang ditanam dalam proyek, ialah hasil yang harus diterima oleh para petani, pengusaha, perusahaan swasta, suatu badan pemerintah, atau siapa saja yang berkepentingan dalam pembangunan proyek. Hasil finansial sering juga disebut “private returns”. Menurut Husnan dan Suwarsono 2000, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam aspek keuangan yaitu: 1 aktiva tetap, 2 modal kerja dan 3 sumber dana untuk modal kerja dan investasi aktiva tetap. Aktiva tetap dibagi ke dalam dua bagian yaitu: aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Aktiva tetap berwujud terdiri dari tanah dan pembangunan lokasi, bangunan dan perlengkapan, pabrik dan mesin serta aktiva lainnya. Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud terdiri dari biaya pendahuluan dan biaya sebelum operasi. Istilah modal kerja bisa diartikan sebagai modal kerja bruto atau modal kerja netto. Modal kerja bruto menunjukkan semua investasi yang diperlukan untuk aktiva lancar yang terdiri dari kas, surat-surat berharga kalau ada, piutang, persediaan dan lainnya. Modal kerja netto merupakan selisih antara aktiva lancar dan utang jangka pendek. Aktiva lancar adalah aktiva yang hanya memerlukan waktu pendek untuk berubah menjadi kas, yaitu kurang dari satu tahun atau satu siklus produksi Husnan dan Suwarsono 2000. Sumber dana yang dibutuhkan untuk membiayai aktiva tetap dan modal kerja dapat berasal dari milik sendiri, saham, obligasi, kredit bank, leasing dan project finance. Pihak perusahaan harus mencari kombinasi sumber dana yang mempunyai biaya terendah dan tidak menimbulkan kesulitan likuiditas bagi proyek atau perusahaan yang mensponsori proyek tersebut selama jangka waktu pengembalian dan penggunaan dana. Cara menilai suatu proyek yang paling banyak diterima untuk penilaian proyek jangka panjang adalah dengan menggunakan Discounted Cash Flow Analysis DCF atau analisis aliran kas yang didiskonto Darusman 1981. Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus Umar 2002. Dalam analisis finansial terdapat kriteria kelayakan investasi. Menurut Gittinger 1986 menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui kriteria investasi itu Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio, dan Internal Rate of Return. NPV merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya Kadariah et al. 1999. Kriteria yang digunakan dalam menilai suatu proyek adalah bila NPV positif berarti menguntungkan dan NPV negatif menunjukkan kerugian Soekartawi 1996. Jika NPV 0 maka proyek tersebut dapat diterima. Jika NPV = 0 maka proyek tersebut mengembalikan persis sebesar social opportunity cost of capital. Jika NPV 0, proyek ditolak artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan proyek Kadariah et al. 1999. IRR adalah tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besarnya tingkat bunga yang menjadikan NPV = 0 itulah yang disebut IRR dari suatu proyek. Kriteria untuk menetapkan kelayakan suatu proyek ialah bila IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku IRR i Soekartawi 1996. Jika nilai IRR dari suatu proyek sama dengan nilai i yang berlaku sebagai social discount rate, maka NPV dari proyek itu adalah sebesar 0 artinya proyek dapat dilaksanakan. jika IRR social discount rate, berarti NPV 0 maka proyek sebaiknya tidak dilaksanakan Kadariah et al. 1999 BCR adalah rasio manfaat terhadap biaya. Rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Suatu proyek dapat dikatakan bermanfaat apabila nilai manfaat B lebih besar dari biaya C yang dikeluarkan. Kriteria yang dipakai untuk menyatakan suatu usaha tani memberikan manfaat kalau memiliki nilai BCR 1 Soekartawi 2002. Menurut Kadariah et al. 1999, jika nilai BCR 1 berarti NPV 0 suatu proyek layak untuk dijalankan. Sedangkan jika BCR 1 maka suatu proyek tidak layak untuk dijalankan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN