Limbah Organik Perkotaan Biobriket Limbah Padat Organik Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan biobriket karbonisasi dan non karbonisasi Kelebihan biobriket karbonisasi : 1. Nilai kalor yang dihasilkan lebih tinggi 2. Asap hasil pembakaran sedikit 3. Kadar air yang dihasilkan lebih rendah Kelebihan biobriket non karbonisasi: 1. Biaya proses pembuatan lebih murah 2. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan lebih cepat Kekurangan biobriket karbonisasi: 1. Biaya proses pembuatan lebih mahal 2. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan lebih lama Kekurangan biobriket non karbonisasi: 1. Nilai kalor yang dihasilkan cukup rendah 2. Asap hasil pembakaran cukup banyak 3. Kadar air yang dihasilkan lebih tinggi Bentuk biobriket yang ada cukup beragam yaitu bentuk silinder, bentuk kubus, bentuk persegi panjang, bentuk heksagonal. Kelebihan penggunaan briket biomassa dibandingkan dengan minyak tanah dan LPG antara lain : 1. Biaya bahan bakar lebih murah 2. Biobriket termasuk sumber energi terbarukan 3. Lebih ramah lingkungan 4. Membantu mengatasi masalah limbah dan menekan biaya pengelolaan limbah. Teknologi briquetting adalah penerapan teknik densifikasi melalui teknik pengempaan, dimana bahan yang akan dikempa umumnya tidak beraturan diubah menjadi bentuk dan ukuran tertentu yang bersifat padat. Secara umum teknologi pembriketan dibagi menjadi tiga yaitu pembriketan dengan tekanan tinggi, pembriketan bertekanan sedang dengan bantuan alat pemanas, dan pembriketan bertekanan rendah dengan bahan pengikat. Pembriketan dengan tekanan tinggi adalah pemadatan bahan biomassa dengan tekanan tinggi yang umumnya menggunakan teknologi screw press atau piston press. Pembriketan bertekanan sedang adalah pemadatan bahan biomassa dengan tekanan sedang dan pada proses pemadatannya dibantu dengan alat pemanas. Teknologi pembriketan terakhir adalah pembriketan dengan tekanan rendah yang merupakan pemadatan bahan biomassa yang dibantu dengan bahan pengikat seperti amilum atau tepung kanji. Pembuatan biobriket pada umumnya terdiri dari beberapa tahap utama yaitu sortasi bahan, pencampuran serbuk dan perekat, pengempaan serta pengeringan. Sortasi bahan didahului dengan penghancuran bentuk serat menjadi cacahan. Tahapan selanjutnya adalah pengecilan ukuran. Pengecilan ukuran adalah suatu bentuk proses penghancuran dari bentuk padatan menjadi bentuk yang lebih kecil dengan gaya mekanik. Terdapat empat cara yang diterapkan pada mesin-mesin pengecilan ukuran yaitu kompresi, impact, attrition, dan cutting Mc. Cabe et al., 1976. Bahan baku untuk membuat briket harus cukup halus untuk dapat membentuk briket yang baik. Perbedaan ukuran serbuk mempengaruhi keteguhan tekan dan kerapatan briket yang dihasilkan Boejang, 1973. Tujuan dari pencampuran serbuk dengan perekat adalah untuk memberikan lapisan tipis dari perekat pada permukaan partikel. Tahapan pengempaan dilakukan untuk mencipatakan kontak antara permukaan bahan yang direkat dengan bahan perekat. Suhu dan waktu pengeringan pada biobriket tergantung dari jumlah kadar air campuran dan macam pengering. Suhu pengeringan umumnya yang dilakukan adalah 60 ˚C selama 24 jam Nugrahaeni JI, 2008. Bahan bakar adalah bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan sendirinya dan disertai dengan pengeluaran panas. Syarat suatu bahan dapat menjadi bahan bakar yaitu memiliki nilai kalor tinggi, jumlah ketersediaan bahan yang memadai, laju pembakaran yang baik, dan nyaman dalam penggunaan Denitasari NA, 2011. Bahan bakar berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi 3 jenis yaitu bahan bakar padat, cair, gas. Bahan bakar padat adalah bahan bakar yang bersifat keras dan strukturnya padat, contohnya adalah batubara. Bahan bakar cair adalah bahan bakar yang strukturnya tidak rapat dan molekulnya lebih bebas dibanding bahan bakar padat, contoh bahan bakar cair adalah bensin dan minyak tanah. Bahan bakar gas adalah bahan bakar yang struktur molekulnya bergerak bebas, contoh bahan bakar gas adalah gas alam, gas batubara, dan gas petroleum cair. Beberapa contoh bahan bakar yang ada saat ini dan besar nilai kalornya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai kalor dari beberapa bahan bakar Bahan bakar Nilai kalor kalg Batubara 6999.5 Bahan bakar minyak 10224.6 Kayu 4491.2 Gas alam 9722.9 Sumber: Yudanto dan Kusumaningrum 2009 Menurut Subroto 2006 faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran biobriket meliputi ukuran partikel, kecepatan aliran udara, jenis bahan bakar, dan suhu udara pembakaran. 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Teknologi Energi Badan BPPT, Serpong selama 4 bulan dari rentang waktu antara Juni hingga September 2015.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu expeller, bomb calorimeter, alat pencetak briket manual, C,H,N analyzer LECO CN628, sulfur analyzer LECO SC632, oven, tin foil cup, alat pengayak ukuran 60 mesh, cawan porselen,