Kerapatan Biobriket Limbah Padat Organik Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Nilai kadar abu yang dihasilkan pada penelitian ini paling tinggi terdapat pada biobriket 1 yaitu sebesar 19.46. Kadar abu yang tinggi yang dimiliki biobriket 1 berkaitan dengan unsur silika, karena unsur silika merupakan unsur utama yang terdapat dalam abu. Silika dapat menurunkan nilai kalor bakar yang dihasilkan, jadi dapat dikatakan kadar abu berkaitan langsung dengan nilai kalor suatu briket. Semakin tinggi kadar abu suatu briket maka akan semakin rendah nilai kalor briket tersebut. Hal tersebut sesuai dengan penelitian ini, dimana biobriket 1 yang memiliki nilai kadar abu yang tinggi menyebabkan nilai kalor nya paling rendah dibandingkan dengan biobriket lain. Sementara itu, nilai kadar abu yang paling rendah dimiliki oleh biobriket 2 menyebabkan nilai kalor biobriket 2 paling tinggi dibandingkan dengan biobriket lain. Faktor jenis bahan baku juga sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kadar abu briket yang dihasilkan. Kadar abu pada penelitian kali ini yaitu sebesar 3.14-19.46, hasil penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai kadar abu briket arang dari campuran kulit kacang, ranting sengon, dan sebetan bambu penelitian Sani 2009 yaitu sebesar 10.92-15.09. Hal ini berkaitan dengan kadar silikat yang terkandung dalam briket, ini berarti kadar silikat dalam biobriket penelitian ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan briket arang penelitian Sani 2009. Selain itu, jenis bahan baku dan kadar abu bahan baku dalam pembuatan briket juga berpengaruh pada tinggi rendah nya nilai kadar abu yang terkandung dalam briket. Sementara itu nilai kadar abu pada penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai kadar abu briket arang limbah organik perkotaan Setyawan 2006 yaitu sebesar 1.75-10.47. Kadar abu yang dihasilkan briket arang penelitian Setyawan 2006 lebih rendah dan lebih baik dibandingkan penelitian ini, hal tersebut berkaitan terhadap bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang digunakan pastinya memiliki komposisi kimia dan jumlah mineral yang berbeda- beda, sehingga ini mengakibatkan kadar abu briket yang dihasilkan juga berbeda Hendra dan Winarni, 2003. Hasil analisis sidik ragam terhadap kadar abu Lampiran 8 menunjukkan bahwa ada pengaruh komposisi bahan baku biobriket terhadap kadar abu. Hal ini terlihat dari nilai F hitung yang lebih besar daripada F tabel pada taraf nyata 5. Hasil uji lanjut duncan pada kadar abu Lampiran 8 memperlihatkan bahwa semua biobriket berbeda nyata.

4.4 Nilai Kalor

Penetapan nilai kalor bertujuan untuk mengetahui nilai panas pembakaran yang dapat dihasilkan oleh suatu briket. Nilai kalor juga merupakan salah satu sifat yang menentukan kualitas dari briket. Pada penelitian ini, nilai kalor biobriket yang dihasilkan berkisar antara 4216.75-5336.7 kalg seperti yang tersaji pada Gambar 29. Data hasil pengujian nilai kalor biobriket pada penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9. Gambar 29 Grafik nilai kalor biobriket Nilai kalor paling tinggi pada penelitian ini dimiliki oleh biobriket 2 yaitu sebesar 5336.7 kalg. Nilai kalor yang tinggi pada biobriket 2 diduga karena berkaitan dengan kadar air yang rendah yang dimiliki biobriket 2 dibandingkan dengan kadar air yang dimiliki biobriket lain. Kadar air biobriket 2 paling rendah yaitu sebesar 7.67 seperti tersaji pada Gambar 1, sehingga bisa dikatakan kadar air rendah yang terdapat pada biobriket 2 mengakibatkan nilai kalor yang tinggi. Selain itu, kadar abu juga berpengaruh pada nilai kalor suatu biobriket. Kadar abu yang dimiliki biobriket 2 juga paling rendah yaitu sebesar 3.14 seperti tersaji pada gambar 3. Hal tersebut karena semakin besar kadar abu yang dimiliki oleh suatu biobriket dapat mempengaruhi nilai kalor pembakaran biobriket itu sendiri. Sementara itu, nilai kalor paling rendah pada penelitian ini terdapat pada biobriket 1 yaitu sebesar 4216.75 kalg. Hal ini diduga karena berkaitan juga dengan kadar air biobriket 1 yang tinggi jika dibandingkan dengan biobriket lain yaitu sebesar 13.5. Dan kadar abu yang dimiliki biobriket 1 yang sangat tinggi dibandingkan dengan kadar abu biobriket lain yaitu sebesar 19.46. Semakin tinggi kadar air yang dimiliki suatu briket maka akan berpengaruh akan penurunan nilai kalor briket karena proses pembakaran menjadi kurang efisien Listiyanawati et al, 2008. Nilai kalor pada penelitian kali ini yaitu sebesar 4216.75-5336.7 kalg, hasil penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai kalor briket ampas tebu penelitian Hartadi 2015 yaitu sebesar 4022-4155 kalg. Faktor jenis bahan baku juga mempengaruhi besarnya nilai kalor bakar briket yang dihasilkan, karena di dalam setiap jenis bahan baku memiliki kadar karbon terikat yang berbeda sehingga mengakibatkan nilai kalor yang berbeda juga. Hasil nilai kalor biobriket pada penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai kalor briket arang limbah organik perkotaan Setyawan 2006 yaitu sebesar 5953-6906 kalg. Nilai kalor yang dihasilkan briket arang penelitian Setyawan 2006 lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan penelitian ini, hal tersebut berkaitan dengan kadar air. Kadar air pada penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai kadar air briket arang pada penelitian Setyawan 2006. Selain itu, pada penelitian ini tidak melakukan proses karbonisasi seperti pada penelitian Setyawan 2006. Proses karbonisasi juga sangat berpengaruh akan tinggi nya nilai kalor pembakaran yang akan dihasilkan. Briket arang memang memiliki nilai kalor yang lebih tinggi dan 1000 2000 3000 4000 5000 6000 Biobriket 1 Biobriket 2 Biobriket 3 Biobriket 4 Nilai ka lor ka l g