Biobriket Biobriket Limbah Padat Organik Sebagai Bahan Bakar Alternatif

mencipatakan kontak antara permukaan bahan yang direkat dengan bahan perekat. Suhu dan waktu pengeringan pada biobriket tergantung dari jumlah kadar air campuran dan macam pengering. Suhu pengeringan umumnya yang dilakukan adalah 60 ˚C selama 24 jam Nugrahaeni JI, 2008. Bahan bakar adalah bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan sendirinya dan disertai dengan pengeluaran panas. Syarat suatu bahan dapat menjadi bahan bakar yaitu memiliki nilai kalor tinggi, jumlah ketersediaan bahan yang memadai, laju pembakaran yang baik, dan nyaman dalam penggunaan Denitasari NA, 2011. Bahan bakar berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi 3 jenis yaitu bahan bakar padat, cair, gas. Bahan bakar padat adalah bahan bakar yang bersifat keras dan strukturnya padat, contohnya adalah batubara. Bahan bakar cair adalah bahan bakar yang strukturnya tidak rapat dan molekulnya lebih bebas dibanding bahan bakar padat, contoh bahan bakar cair adalah bensin dan minyak tanah. Bahan bakar gas adalah bahan bakar yang struktur molekulnya bergerak bebas, contoh bahan bakar gas adalah gas alam, gas batubara, dan gas petroleum cair. Beberapa contoh bahan bakar yang ada saat ini dan besar nilai kalornya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai kalor dari beberapa bahan bakar Bahan bakar Nilai kalor kalg Batubara 6999.5 Bahan bakar minyak 10224.6 Kayu 4491.2 Gas alam 9722.9 Sumber: Yudanto dan Kusumaningrum 2009 Menurut Subroto 2006 faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran biobriket meliputi ukuran partikel, kecepatan aliran udara, jenis bahan bakar, dan suhu udara pembakaran. 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Teknologi Energi Badan BPPT, Serpong selama 4 bulan dari rentang waktu antara Juni hingga September 2015.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu expeller, bomb calorimeter, alat pencetak briket manual, C,H,N analyzer LECO CN628, sulfur analyzer LECO SC632, oven, tin foil cup, alat pengayak ukuran 60 mesh, cawan porselen, desikator, kompor briket, timbangan digital, infrared thermometer, kantong plastik. Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu limbah padat organik rumah tangga seperti sisa makanan, sisa sayurbuah, dan limbah padat pertanian yaitu serbuk kayu sengon. Serta bahan baku perekat yaitu tepung kanji. Gambar alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1

3.3 Tahapan Penelitian

Penelitian terdiri atas beberapa tahap. Tahap pertama adalah peningkatan nilai kalor, dimana pada tahap ini dilakukan komposisi dan karakteristik bahan, pencacahan bahan, dan pencampuran bahan. Tahap kedua adalah pembuatan biobriket yang terdiri dari pemadatan bahan baku, pembuatan perekat, pencampuran dengan perekat, pencetakan briket, dan pengeringan briket. Tahap ketiga adalah pengujian biobriket yang terdiri dari penentuan kadar air, kadar abu, kerapatan, nilai kalor, kandungan unsur C,H,O,N,S serta pengujian pembakaran biobriket. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.3.1 Komposisi dan Karakteristik Bahan

Limbah padat organik rumah tangga yang sudah terkumpul kemudian dapat dilihat komposisinya seperti persentase sisa makanan yaitu nasi, daging, dan lainnya dengan sisa sayurbuah. Pada tahap karakteristik bahan, dimana bahan baku yang digunakan yaitu limbah padat organik rumah tangga dan serbuk kayu sengon diuji nilai kalor dan kadar air nya di laboratorium. Hal ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik awal bahan baku biobriket. Tahapan komposisi dan karakteristik bahan lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Gambar 1 Kegiatan pemilahan bahan Gambar 2 Pengujian nilai kalor bahan dengan bomb calorimeter

3.3.2 Pencacahan Bahan

Proses pencacahan bahan yaitu pencacahan limbah padat organik rumah tangga dengan cara manual menggunakan pisau dan gunting, hingga ukuran bahan seragam 10-20 mm. Pencacahan dilakukan menggunakan alat sederhana karena jumlah bahan yang tidak terlalu banyak. Bahan baku pada penelitian ini tidak mengalami proses pengarangan karena terkait dengan biaya yang lebih besar dan waktu yang lebih lama jika melalui proses pengarangan. Hasil pencacahan limbah tersaji pada Gambar 3. Gambar 3a Limbah rumah tangga awal Gambar 3b Hasil pencacahan limbah

3.3.3 Pencampuran Bahan

Limbah padat organik rumah tangga yang sudah berukuran seragam kemudian dicampur dengan serbuk kayu sengon berdasarkan formulasi campuran bahan yang telah ditentukan, dapat dilihat contohnya pada Gambar 4. Gambar 4 Pencampuran bahan baku Formulasi yang ditentukan untuk pencampuran bahan dibedakan menjadi 4 sampel yaitu biobriket 1, biobriket 2, biobriket 3, dan biobriket 4. Formulasi bahan baku tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Formulasi bahan baku Sampel Keterangan Biobriket 1 Limbah padat organik rumah tangga 100 Biobriket 2 Limbah padat organik rumah tangga 75 ; serbuk sengon 25 Biobriket 3 Limbah padat organik rumah tangga 50 ; serbuk sengon 50 Biobriket 4 Limbah padat organik rumah tangga 25 ; serbuk sengon 75