jenis contoh uji pada setiap perlakuan kecuali pada uji kerapatan ulangan dilakukan sebanyak tiga kali. Model matematis dari rancangan percobaan untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Yij = μ + Ti + εij Keterangan :
Yij = Respon pengamatan individu yang memperoleh perlakuan ke-i
ulangan ke-j μ
= Nilai tengah Ti
= Pengaruh perlakuan ke-i εij
= Sisaan Pengujian pengaruh digunakan uji Duncan. Pengolahan data statistik pada
penelitian ini menggunakan program SPSS.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian terdiri dari pengujian sifat fisis dan kimia biobriket yang berasal dari campuran limbah padat organik rumah tangga dan serbuk kayu
sengon yang disajikan pada Tabel 5. Biobriket yang dihasilkan tersaji pada Gambar 21. Hasil uji bakar biobriket yang disajikan pada Gambar 22, Gambar 23,
Gambar 24, dan Gambar 25.
Tabel 5. Hasil pengujian sifat fisis dan kimia biobriket Sampel
Sifat fisis dan kimia biobriket Kadar air
Kerapatan gcm³
Kadar abu Nilai kalor
kalg Biobriket 1
13.5 0.82
19.46 4216.74
Biobriket 2 7.67
0.49 3.14
5336.7 Biobriket 3
8.47 0.43
5.81 5274.5
Biobriket 4 8.21
0.48 8.56
4768.73 Keterangan : Biobriket 1 100 limbah padat organik rumah tangga
Biobriket 2 75 limbah padat organik rumah tangga dan 25 serbuk kayu sengon
Biobriket 3 50 limbah padat organik rumah tangga dan 50 serbuk kayu sengon
Biobriket 4 25 limbah padat organik rumah tangga dan 75 serbuk kayu sengon
Gambar 21 Biobriket yang dihasilkan
Gambar 22 Uji bakar biobriket 1
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
550 600
650
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Suhu ˚C
Waktu ke menit
Suhu bawah panci Suhu bara
1 3
2 4
Gambar 23 Uji bakar biobriket 2
Gambar 24 Uji bakar biobriket 3
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
550 600
650
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Suhu ˚C
Waktu ke menit
Suhu bawah panci Suhu bara
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
550 600
650
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Suhu ˚C
Waktu ke menit
Suhu bawah panci Suhu bara
Gambar 25 Uji bakar biobriket 4
4.1 Kadar Air
Nilai kadar air biobriket seperti tersaji pada Gambar 26 menunjukkan bahwa kadar air biobriket berkisar antara 7.67-13.5. Data hasil pengujian kadar
air biobriket secara lengkap disajikan pada Lampiran 3.
Gambar 26 Grafik nilai kadar air biobriket Kadar air yang tinggi pada biobriket 1 dikarenakan komposisi
penyusunnya yang berisi 100 limbah padat organik rumah tangga dan kadar air yang terkandung pada limbah padat organik rumah tangga sendiri memang cukup
tinggi. Sementara itu, kadar air biobriket 2 merupakan kadar air yang paling rendah diantara kadar air yang dimiliki biobriket lain. Hal ini dapat terjadi karena
berkaitan saat proses pemadatanpengepresan menggunakan expeller, dimana biobriket 2 mengalami penurunan kadar air yang lebih baik dibanding biobriket
lain. Selain itu kadar air yang paling rendah pada biobriket 2 berkaitan juga dengan nilai kalor yang dihasilkan biobriket 2 yaitu nilai kalor yang paling tinggi
dibanding biobriket lain.
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
550 600
650
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Suhu ˚C
Waktu ke menit
Suhu bawah panci Suhu bara
2 4
6 8
10 12
14 16
Biobriket 1 Biobriket 2
Biobriket 3 Biobriket 4
Ka da
r air
Nilai kadar air biobriket pada penelitian ini berkisar antara 7.67-13.5, hasil kadar air ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kadar air briket arang
dari campuran kulit kacang, ranting sengon, dan sebetan bambu pada penelitian Sani 2009 yaitu sebesar 1.57-2.18. Hal ini disebabkan karena penelitian ini
menggunakan bahan baku yang memiliki kadar air yang tinggi yaitu limbah padat organik rumah tangga, sehingga kadar air yang dimiliki biobriket pada penelitian
ini lebih tinggi. Hasil nilai kadar air pada penelitian ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air briket arang limbah organik perkotaan pada
penelitian Setyawan 2006 yaitu sebesar 2.59-9.31. Proses pengeringan bahan baku awal dan pengeringan briket juga berpengaruh terhadap kadar air.
Proses pengeringan yang masih kurang maksimal pada penelitian ini menjadi salah satu faktor penyebab kadar air biobriket yang dihasilkan cukup tinggi.
Hasil analisis sidik ragam terhadap kadar air Lampiran 4 memperlihatkan bahwa ada pengaruh komposisi bahan baku biobriket terhadap besarnya nilai
kadar air. Hal ini terlihat pada nilai F hitung lebih besar daripada F tabel pada taraf nyata 5. Hasil uji lanjut duncan pada nilai kadar air Lampiran 4
menunjukkan bahwa biobriket berbeda nyata kecuali biobriket 3 dan biobriket 4 tidak berbeda nyata. Penambahan serbuk sengon dapat mempengaruhi nilai kadar
air.
4.2 Kerapatan
Nilai kerapatan biobriket seperti tersaji pada Gambar 27 menunjukkan bahwa kerapatan biobriket berkisar antara 0.43-0.82 gcm³. Data hasil pengujian
kerapatan biobriket secara lengkap disajikan pada Lampiran 5.
Gambar 27 Grafik nilai kerapatan biobriket Biobriket 1 memiliki nilai kerapatan yang paling tinggi dibandingkan
dengan biobriket lain dalam penelitian ini. Sementara kerapatan biobriket yang paling rendah adalah biobriket 3. Kerapatan biobriket 1 memiliki nilai kerapatan
tinggi karena unsur penyusun biobriket 1 yaitu 100 limbah padat organik rumah tangga. Unsur penyusun yang homogen ini membuat kerapatan yang dimiliki
biobriket 1 menjadi tinggi, dan juga dapat dikatakan bahwa akan terjadi
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7 0.8
0.9
Biobriket 1 Biobriket 2
Biobriket 3 Biobriket 4
K er
apa ta
n g
c m³
penurunan nilai kerapatan biobriket jika pembuatan biobriket menggunakan campuran limbah padat organik rumah tangga dengan serbuk kayu sengon. Hal ini
diduga karena adanya pengaruh tekanan dan keseragaman serbuk dalam pembuatan biobriket ini. Semakin seragam atau homogen ukuran serbuk dalam
pembuatan briket maka akan menghasilkan kepadatan dan juga kerapatan yang tinggi Triono, 2006.
Nilai kerapatan biobriket pada penelitian kali ini yaitu sebesar 0.43-0.82 gcm³, hasil kerapatan pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
kerapatan briket arang dari campuran kulit kacang, ranting sengon, dan sebetan bambu pada penelitian Sani 2009 yaitu sebesar 0.40-0.53 gcm³. Keseragaman
bentuk dan ukuran serbuk pada penelitian ini yang lebih baik mengakibatkan nilai kerapatan briket yang dimiliki lebih tinggi dibanding nilai kerapatan pada
penelitian Sani. Nilai kerapatan biobriket pada penelitian ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai kerapatan briket arang limbah organik perkotaan pada
penelitian Setyawan 2006 yaitu 0.32-0.71 gcm³. Bahan baku dan formulasi pada pembuatan briket arang limbah organik perkotaan cukup beragam dibandingkan
dengan penelitian ini sehingga pada penelitian Setyawan, tidak cukup homogen dalam ukuran arang. Ini yang mengakibatkan kerapatan briket arang limbah
organik perkotaan cukup rendah.
Hasil analisis sidik ragam terhadap kerapatan Lampiran 6 menunjukkan bahwa ada pengaruh komposisi bahan baku biobriket terhadap kerapatan. Hal ini
terlihat dari nilai F hitung yang lebih besar daripada F tabel pada taraf nyata 5. Hasil uji lanjut duncan pada kerapatan Lampiran 6 memperlihatkan bahwa
biobriket berbeda nyata kecuali biobriket 2 dan biobriket 4 tidak berbeda nyata.
4.3 Kadar Abu
Kadar abu pada penelitian ini yang tersaji pada Gambar 28 menunjukkan bahwa kadar abu biobriket yang dihasilkan berkisar antara 3.14-19.46. Data
hasil pengujian kadar abu biobriket pada penelitian kali ini secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7.
Gambar 28 Grafik nilai kadar abu biobriket
5 10
15 20
25
Biobriket 1 Biobriket 2
Biobriket 3 Biobriket 4
Ka da
r abu