Biomassa Biobriket Limbah Padat Organik Sebagai Bahan Bakar Alternatif

mengkhawatirkan jika dibiarkan karena dapat menyebabkan permasalahan lingkungan seperti pencemaran udara, air, dan tanah. Komposisi limbah di kota Jakarta cukup beragam yaitu organik, anorganik, kayu, kaca, dan lainnya. Komposisi limbah yang dihasilkan di Jakarta disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Komposisi limbah di DKI Jakarta tahun 2010 Jenis karakteristik limbah Persentase Organik 55.37 Anorganik 44.63 Kertas 20.57 Plastik 13.25 Kayu 0.07 Kain tekstil 0.61 Karetkulit tiruan 0.19 Logammetal 1.06 Kacagelas 1.91 Sampah bongkahan 0.81 Sampah B3 1.52 Lain-lain 4.65 Sumber : Dinas Kebersihan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 2010 Komposisi limbah yang paling banyak di kota Jakarta seperti tersaji pada Tabel 1 yaitu limbah organik sebesar 55.37. Secara umum, pemerintah sudah melakukan pengelolaan limbah dengan teknologi recycle, teknologi pengomposan, dan teknologi reuse. Namun kenyataanya cara tersebut tidak cukup untuk mengurangi tingkat pertumbuhan limbah. Maka, pada penelitian kali ini digunakan limbah padat organik sebagai bahan baku pembuatan biobriket karena potensinya yang besar. Selain itu, dengan pembuatan biobriket maka dapat membantu mengatasi masalah pengelolaan limbah perkotaan khususnya limbah organik.

2.4 Biobriket

Biobriket adalah bahan bakar padat dari biomassa yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yang mempunyai bentuk tertentu. Bahan baku yang biasa dijadikan biobriket adalah ranting, daun-daunan, serbuk gergaji, ataupun limbah lainnya seperti limbah pertanian. Biobriket di Indonesia sudah banyak dikembangkan seperti contohnya biobriket dari campuran sampah organik dengan bungkil jarak pada penelitian Kurniawan E dan Sediawan W 2012, biobriket dari campuran kayu, bambu, sabut kelapa dan tempurung kelapa pada penelitian Hendra 2007, biobriket ampas sagu pada penelitian Denitasari NA 2011 dan biobriket dari sekam padi pada penelitian Kurniawan R 2007. Biobriket dibedakan menjadi dua dalam proses pembuatannya yaitu biobriket non karbonisasi dan biobriket karbonisasi. Kelebihan dan kekurangan dari biobriket non karbonisasi dengan biobriket karbonisasi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan biobriket karbonisasi dan non karbonisasi Kelebihan biobriket karbonisasi : 1. Nilai kalor yang dihasilkan lebih tinggi 2. Asap hasil pembakaran sedikit 3. Kadar air yang dihasilkan lebih rendah Kelebihan biobriket non karbonisasi: 1. Biaya proses pembuatan lebih murah 2. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan lebih cepat Kekurangan biobriket karbonisasi: 1. Biaya proses pembuatan lebih mahal 2. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan lebih lama Kekurangan biobriket non karbonisasi: 1. Nilai kalor yang dihasilkan cukup rendah 2. Asap hasil pembakaran cukup banyak 3. Kadar air yang dihasilkan lebih tinggi Bentuk biobriket yang ada cukup beragam yaitu bentuk silinder, bentuk kubus, bentuk persegi panjang, bentuk heksagonal. Kelebihan penggunaan briket biomassa dibandingkan dengan minyak tanah dan LPG antara lain : 1. Biaya bahan bakar lebih murah 2. Biobriket termasuk sumber energi terbarukan 3. Lebih ramah lingkungan 4. Membantu mengatasi masalah limbah dan menekan biaya pengelolaan limbah. Teknologi briquetting adalah penerapan teknik densifikasi melalui teknik pengempaan, dimana bahan yang akan dikempa umumnya tidak beraturan diubah menjadi bentuk dan ukuran tertentu yang bersifat padat. Secara umum teknologi pembriketan dibagi menjadi tiga yaitu pembriketan dengan tekanan tinggi, pembriketan bertekanan sedang dengan bantuan alat pemanas, dan pembriketan bertekanan rendah dengan bahan pengikat. Pembriketan dengan tekanan tinggi adalah pemadatan bahan biomassa dengan tekanan tinggi yang umumnya menggunakan teknologi screw press atau piston press. Pembriketan bertekanan sedang adalah pemadatan bahan biomassa dengan tekanan sedang dan pada proses pemadatannya dibantu dengan alat pemanas. Teknologi pembriketan terakhir adalah pembriketan dengan tekanan rendah yang merupakan pemadatan bahan biomassa yang dibantu dengan bahan pengikat seperti amilum atau tepung kanji. Pembuatan biobriket pada umumnya terdiri dari beberapa tahap utama yaitu sortasi bahan, pencampuran serbuk dan perekat, pengempaan serta pengeringan. Sortasi bahan didahului dengan penghancuran bentuk serat menjadi cacahan. Tahapan selanjutnya adalah pengecilan ukuran. Pengecilan ukuran adalah suatu bentuk proses penghancuran dari bentuk padatan menjadi bentuk yang lebih kecil dengan gaya mekanik. Terdapat empat cara yang diterapkan pada mesin-mesin pengecilan ukuran yaitu kompresi, impact, attrition, dan cutting Mc. Cabe et al., 1976. Bahan baku untuk membuat briket harus cukup halus untuk dapat membentuk briket yang baik. Perbedaan ukuran serbuk mempengaruhi keteguhan tekan dan kerapatan briket yang dihasilkan Boejang, 1973. Tujuan dari pencampuran serbuk dengan perekat adalah untuk memberikan lapisan tipis dari perekat pada permukaan partikel. Tahapan pengempaan dilakukan untuk