Uji Bakar Biobriket Biobriket Limbah Padat Organik Sebagai Bahan Bakar Alternatif

biobriket pada penelitian ini yang tedapat pada Tabel 2 yaitu biobriket 1, biobriket 2, biobriket 3, dan biobriket 4 berturut-turut sebesar 13.5, 7.67, 8.46, dan 8.21. Biobriket 1, biobriket 3, dan biobriket 4 tidak memenuhi standar jika dibandingkan dengan standar mutu kadar air briket arang kayu di Indonesia, karena nilai kadar air ketiga biobriket tersebut yang lebih besar dari 8. Hanya biobriket 2 yang memenuhi standar mutu kadar air briket arang kayu karena nilai kadar air biobriket 2 yang lebih kecil dari 8. Nilai standar mutu kadar abu briket arang kayu di Indonesia yaitu maksimal sebesar 8. Jika dibandingkan dengan nilai kadar abu yang dimiliki biobriket pada penelitian ini yang terdapat pada Tabel 2 yaitu biobriket 1, biobriket 2, biobriket 3, dan biobriket 4 berturut-turut sebesar 19.46, 3.14, 5.81, dan 8.56, maka hanya biobriket 2 dan biobriket 3 yang memenuhi standar kadar abu briket arang kayu. Karena nilai kadar abu biobriket 2 dan biobriket 3 tidak lebih besar daripada 8. Parameter lain yang juga penting dalam hal menentukan mutu suatu biobriket adalah nilai kalor. Standar mutu nilai kalor briket arang kayu seperti tersaji pada Tabel 9, dapat dilihat bahwa nilai kalor standar yaitu sebesar minimal 5000kalg. Sementara itu nilai kalor biobriket pada penelitian ini yang tedapat pada Tabel 2 yaitu biobriket 1, biobriket 2, biobriket 3, dan biobriket 4 berturut- turut sebesar 4216.75 kalg, 5336.7 kalg, 5274.5 kalg, dan 4768.73 kalg. Berdasarkan standar mutu nilai kalor briket arang kayu, maka biobriket yang memenuhi standar nilai kalor tersebut hanya biobriket 2 dan biobriket 3. Biobriket 2 dan biobriket 3 memiliki nilai kalor lebih besar dari 5000 kalg, hal ini menandakan bahwa biobriket 2 dan biobriket 3 memiliki nilai kalor yang baik. Selain itu, terdapat parameter lain yang dapat menentukan mutu biobriket yaitu berdasarkan Permen ESDM 2006, dimana dinyatakan total sulfur briket bio-batubara yaitu maksimal 1. Jika dibandingkan dengan nilai sulfur yang dimiliki biobriket penelitian ini yang terdapat pada Tabel 3 yaitu biobriket 1, biobriket 2, biobriket 3, biobriket 4 berturut-turut sebesar 0.4, 0.15, 0.21, dan 0.07, maka semua biobriket penelitian ini memenuhi standar kualitas total sulfur briket bio-batubara. Hal ini menandakan biobriket pada penelitian ini baik sebagai bahan bakar dan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan saat dibakar. Berdasarkan standar mutu briket arang kayu di Indonesia, maka dapat dikatakan biobriket yang dihasilkan pada penelitian ini belum semuanya memiliki mutu yang baik. Hanya biobriket 2 yang sudah memiliki mutu baik sesuai dengan standar mutu briket arang kayu di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa biobriket limbah padat organik dapat dijadikan bahan bakar alternatif yang baik, walau tidak semua biobriket hasil penelitian ini sudah memenuhi standar mutu briket yang ada di Indonesia. 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil setelah dilakukannya penelitian ini, antara lain sebagai berikut: 1. Biobriket yang dihasilkan pada penelitian ini mempunyai nilai kalor berkisar antara 4216.74-5336.7 kalg. 2. Besarnya nilai kalor dipengaruhi komposisi limbah padat organik rumah tangga dan serbuk sengon. Berdasarkan hasil penelitian, biobriket 2 75 limbah padat organik rumah tangga dan 25 serbuk kayu sengon merupakan biobriket terbaik diantara biobriket lain. 3. Hasil uji sifat fisis dan kimia biobriket limbah padat organik menunjukkan kisaran nilai kadar air 7.67-13.5, kerapatan 0.43-0.82 gcm³, kadar abu 3.14-19.46, nilai kalor 4216.75-5336.7 kalg, unsur karbon 36.42- 48.75, unsur hidrogen 5.87-6.37, unsur oksigen 44.73-54.37, unsur nitrogen 0.08-2.93, dan unsur sulfur 0.07-0.4. 4. Pengujian pembakaran biobriket yang dilakukan menunjukkan bahwa kualitas panas biobriket yang dihasilkan baik yaitu memiliki suhu bara maksimal sebesar 586˚C dan suhu bawah panci maksimal sebesar 429.7˚C, serta waktu biobriket habis terbakar berkisar antara 50-85 menit. 5. Mutu biobriket yang dihasilkan pada penelitian ini sebagai bahan bakar termasuk cukup baik yaitu sudah sesuai dengan standar mutu briket arang kayu di Indonesia SNI 01-6235-2000 yang meliputi kadar air, kadar abu, dan nilai kalor, serta sudah sesuai dengan standar nilai total sulfur briket bio-batubara Permen ESDM 2006.

5.2 Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai komposisi yang paling tepat antara limbah padat organik dengan serbuk kayu sengon untuk meningkatkan kualitas biobriket limbah padat organik. 6 DAFTAR PUSTAKA Abdullah K. 2002. Biomass Energy Potential and Utilization in Indonesia. Bogor ID: IPB Pr. Aris A. 2013. Kajian pengelolaan hutan rakyat jenis sengon Paraserianthes falcataria L Nielsen: Kasus Desa Kesenet Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah Produksi Sampah dan Terangkut per Hari Tahun 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta.