commit to user
II-26
Gambar 2.23 Kawamura energy storing knee
Sumber: Kawamura, 2007
Produk energy storing knee C-Leg Ottobock dibuat dengan menggunakan sistem bionic microprocessor controller hidraulik Otto Bock Health Care, 2007.
Komponen microprocessor digunakan untuk membaca informasi gerak berjalan amputee yang berasal dari dua sensor pada ankle dan knee joint untuk
mengendalikan sistem hidraulik dalam menjalankan mekanisme ekstensi pada knee. Sensor pada knee dan ankle joint secara kontinue menstransmisi bentuk
gerak berjalan amputee. Sensor ini membaca sampel gerakan 50 kalidetik. Bionic microprocessor system pada prosthetic C-Leg, memungkinkan amputee untuk
mengatur performansi yang diharapkan dari penggunaan prosthetic sesuai kebutuhan.
Gambar 2.24 C-Leg energy storing knee
Sumber: www.ottobockus.com, 2007
2.6 BIDANG MIRING
Bidang miring merupakan medan berjalan yang lazim dilalui. Standar tentang kemiringan bidang miring memang telah ditetapkan. Namun, seringkali
dijumpai bidang miring dengan tingkat kemiringan yang melebihi standar di berbagai sarana umum. Berdasarkan penelitian Setyaningsih 2005, pada 21
commit to user
II-27 bangunan gedung di Surakarta, hanya 7 bangunan yang cukup aksessibel.
Beberapa bangunan tersebut memiliki bidang miring yang berdampingan dengan tangga namun ketinggiannya masih curam dan melebihi standar.
Gerakan berjalan pada bidang miring akan berbeda dengan gerakan berjalan pada bidang datar. Seperti yang diungkapkan oleh International
Committee of the Red Cross USA 2008, saat amputee berjalan di bidang miring, dibutuhkan keseimbangan yang baik. Tubuh cenderung condong ke depan dengan
kaki yang sedikit melipat. Kekuatan dan keseimbangan kaki dalam melangkah diperlukan untuk menjaga agar tidak jatuh saat berjalan di bidang miring. Gerakan
berjalan amputee pada bidang miring ditunjukkan pada gambar 2.25.
Gambar 2.25 Amputee gait pada bidang miring
Sumber: International Committee of the Red Cross, 2008
2.7.1 Ramp
Manusia normal dapat menggunakan tangga untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lain yang berbeda ketinggiannya, tetapi bagi pengguna kursi
roda, amputee, lansia dan kaum berkebutuhan khusus lainnya, diperlukan alat bantu yang disebut ramp untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lain yang
berbeda ketinggian Penera dan Zelnik, 2003. Ramp merupakan bidang miring yang pada dasarnya digunakan untuk menggantikan fungsi tangga dalam
memindahkan manusia atau barang dari lantai bawah ke lantai atas. Saat berjalan pada tangga kita menaiki anak tangga, maka pada ramp kita naik dengan berjalan
pada bidang miring.
commit to user
II-28
Gambar 2.26 Ramp A.
Model Ramp
Terdapat beberapa macam model ramp yang biasa digunakan dalam pembangunan fasilitas umum. Setiap model mempunyai alasan tertentu, misalnya
karena keterbatasan ruang ataupun struktur bangunan, sehingga model ramp dibuat secara berbelok atau berbalik arah menyesuaikan kontruksi ruang yang ada.
Gambar 2.27 Model ramp
Sumber: Panera dan Zelnik, 2003
B. Standar Dimensi Ramp
Ramp dibuat sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan, sehingga dalam pengoperasiannya tidak menyulitkan bagi pengguna ramp. Berdasarkan Penera
dan Zelnik 2003, persyaratan-persyaratan yang harus diperhatikan dalam perancangan ramp, sebagai berikut:
1. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan maksimum 8
, sedangkan kemiringan suatu ramp di luar bangunan maksimum 7
.
commit to user
II-29 2.
Panjang mendatar dari satu ramp tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
3. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman, dan 120 cm
dengan tepi pengaman. Ramp yang digunakan untuk pejalan kaki sekaligus untuk pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara seksama
lebarnya, sehingga dapat dipakai untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsinya masing-masing.
4. Muka datar bordes pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas
dan datar sehingga memungkinkan disabled untuk memutar kursi roda, dengan ukuran minimum 160 cm.
5. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur yang
tidak licin. Lebar tepi pengaman ramp kanstinlow curb 10 cm, dirancang untuk menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur
ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu-lintas jalan umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan
umum. 6.
Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga membantu penggunaan ramp saat malam hari. Pencahayaan disediakan pada bagian-
bagian ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-bagian yang membahayakan.
7. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan ramp handrail dengan ketinggian
65 – 80 cm. Pegangan ramp harus kuat dan mudah dipegang pengguna ramp.
Gambar 2.28 Standar perancangan ramp
Sumber: Panera dan Zelnik, 2003
Persyaratan di atas digunakan sebagai standar pembangunan ramp sebagai sarana umum. Berdasarkan Way Li 2006, untuk kepentingan privasi dan
sementara waktu, misalnya saja sebagai tools dalam penelitian, kemiringan ramps
commit to user
II-30 di atas standar kadang digunakan. Hal ini dikarenakan keterbatasan space tempat
dan material yang tersedia yang disesuaikan dengan kepentingan penggunaan ramp.
C. Pegangan Ramp Handraill
Pegangan ramp berfungsi untuk menjaga dan melindungi agar pengguna ramp tidak terperosok jatuh Poerbo, 1995. Sama seperti tangga, suatu ramp juga
harus dilengkapi dengan pegangan agar pengguna ramp merasa aman ketika berjalan pada alat tersebut. Bentuk pegangan dari ramp tidak terlalu berbeda
dengan bentuk pegangan tangga. Umumnya bentuk penampang pegangan ramp adalah bebentuk bulat, seperti pada gambar 2.29 di bawah ini.
Gambar 2.29 Pegangan handraill ramp
Sumber: Poerbo, 1995
2.7 PENELITIAN SEBELUMNYA