commit to user
II-30 di atas standar kadang digunakan. Hal ini dikarenakan keterbatasan space tempat
dan material yang tersedia yang disesuaikan dengan kepentingan penggunaan ramp.
C. Pegangan Ramp Handraill
Pegangan ramp berfungsi untuk menjaga dan melindungi agar pengguna ramp tidak terperosok jatuh Poerbo, 1995. Sama seperti tangga, suatu ramp juga
harus dilengkapi dengan pegangan agar pengguna ramp merasa aman ketika berjalan pada alat tersebut. Bentuk pegangan dari ramp tidak terlalu berbeda
dengan bentuk pegangan tangga. Umumnya bentuk penampang pegangan ramp adalah bebentuk bulat, seperti pada gambar 2.29 di bawah ini.
Gambar 2.29 Pegangan handraill ramp
Sumber: Poerbo, 1995
2.7 PENELITIAN SEBELUMNYA
Redfern dkk 1997, melakukan penelitian tentang pola gait saat turun permukaan bidang miring. Subjek penelitian 15 responden orang normal pada usia
muda 20-30 tahun dimana melakukan aktifitas berjalan turun permukaan bidang miring. Aktifitas gaya reaksi tanah selama berjalan diukur dan gerakan pada
bidang sagital direkam dengan video. Bidang miring dalam penelitian mempunyai kemiringan 0, 5, 10, 15, and 20 derajat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perubahan sudut pada ankle, knee dan hip menjadi variabel terbesar yang dipengaruhi oleh perubahan sudut kemiringan bidang. Perubahan data kinematik
yang utama terjadi pada momen knee seiring kenaikan sudut bidang miring. Terjadi pula kenaikan momen ankle seiring kenaikan sudut bidang miring pada
periode waktu 20 fase berdiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada
commit to user
II-31 manusia normal usia muda 20-30 tahun mempunyai kinematik gait yang cukup
konstan ketika melakukan aktifitas berjalan turun permukaan bidang miring. McIntosh dkk 2005, melakukan penelitin tentang gait dynamic pada
bidang miring. Tujuan dari penelitian adalah untuk menggambarkan dan mengukur data biomekanika normal gait pada bidang miring. Penelitian ini
dilakukan karena bidang miring merupakan medan yang lazim dilalui, namun demikian penelitian gerakan berjalan pada bidang miring masih sangat terbatas.
Subyek penelitian adalah 11 responden normal, sehat dan berjenis kelamin laki- laki. Aktifitas berjalan dilakukan pada bidang dengan kemiringan 0
, 5 , 8
, 10 ,
dimana pengukuran gait dilakukan vicon system 370. Penanda optical ditempatkan pada tubuh setiap responden, dimana setiap responden berjalan naik
dan turun bidang miring dengen kecepatan berjalan natural masing-masing. Selama aktifitas berjalan, dilakukan pengukuran gaya reaksi tanah dan EMG,
dimana data gait ini kemudian dianalisis dengan vicon clinical manager. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh hasil penggambaran gerak berjalan dinamis
anggota gerak bawah terhadap sudut kemiringan bidang. Hip flexion meningkat
pada saat heel strike dalam bidang di atas 10 . Knee flexion dan ankle dorsiflexion
meningkat seiring peningkatan sudut bidang pada saat tanjakan naik namun tidak terjadi pada tanjakan turun. Perubahan momen dan power terjadi seiring kenaikan
sudut kemiringan bidang naik permukaan namun tidak terjadi pada turun bidang permukaan. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan referensi dalam
mendesain prosthetic dan proses rehabilitasi. Vickers dkk 2008, melakukan penelitian aktifitas berjalan pada bidang
miring pada lansia penderita amputasi bawah. Populasi amputee terbesar pada beberapa negara adalah amputee berusia lanjut, dimana sebagian besar dari
amputee tersebut menggunakan jenis prosthetic konvensional SACH foot. Amputee dengan prosthetic konvensional akan mengalami kesulitan saat berjalan
pada bidang miring. Tujuan dari penelitian ini adalah mengananalisis karakteristik pola berjalan amputee lansia pada bidang miring, melalui analisis data kuntitatif
biomekanika. Responden lansia berjumlah 16 orang terdiri atas 8 orang amputee
dan 8 orang normal pada usia 59-80 tahun. Responden melakukan aktifitas berjalan naik dan turun bidang dengan kemiringan 5
, dimana pengukuran gait
commit to user
II-32 dilakukan vicon system 370. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan
kecepatan berjalan, gerakan knee dan hip, momen pada hip dan gaya vertical GRF, sepanjang terjadinya kenaikan aktifitas otot pada amputee apabila
dibandingkan dengan responden lansia normal. Saat fase berdiri amputee mengalami waktu single support yang pendek, momen dan power yang rendah.
Perbedaan ini menunjukkan terjadinya ketidakstabilan saat fase berdiri pada amputee lansia. Ketidakstabilan ini dikarenakan keterbatasan gerak ankle pada
jenis prosthetic konvensional yang digunakan. Pada amputee lansia, untuk memperoleh kembali gerak berjalan yang lebih mendekati normal, diperlukan
prosthetic yang mengakomodasi fleksibilitas dan kekuatan terutama pada bagian ankle joint.
Susanto A 2009 melakukan kajian biomekanika pada pengguna
prosthetic bawah lutut dengan memperhatikan fungsi ankle joint. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui desain prosthetic bawah lutut endoskeletal terbaik dengan menggunakan hasil pengukuran biomekanik. Terdapat tiga desain
prosthetic bawah lutut yang dibahas pada penelitian ini yaitu prosthetic eksoskeletal, prosthetic endoskeletal import dan prosthetic endoskeletal model
pengembangan. Fokus perbedaan ketiga prosthetic tersebut terletak pada bagian ankle joint. Penelitian ini menitikberatkan pada kajian biomekanik dalam
menganalisis jenis prosthetic yang mampu memberikan keseimbangan terbaik saat berjalan. Subjek penelitian satu orang responden amputee bawah lutut dimana
melalkukan aktifitas berjalan dengan masing-masing prosthetic pada jalan datar sepanjang 12 meter. Penelitian dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan
pada masing-masing fase gerakan saat amputee menggunakan masing-masing model prosthetic secara bergantian. Perhitungan meliputi gaya dan momen yang
bekerja pada hip, knee, dan ankle baik kaki normal maupun kaki prosthetic. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa desain prosthetic endoskeletal
model pengembangan memiliki keseimbangan gaya dan momen yang lebih baik dari prosthetic eksoskeletal maupun prosthetic endoskeletal import.
commit to user
III-1
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian menggambarkan tahapan penelitian yang disusun mulai dari latar belakang sampai kesimpulan. Langkah-langkah penelitian yang
digunakan dalam pemecahan masalah akan dijelaskan pada gambar 3.1.
Pengukuran Anthropometri Amputee 1. Penentuan massa tiap segmen
2. Penentuan letak titik pusat massa 3. Penentuan momen inersia tiap segmen
Pengembangan Model Gait Dynamic Gerakan Berjalan
pada Bidang Miring
C Pengambilan Data Responden
Amputee Pengukuran Dimensi
Prosthetic
Aktifitas Berjalan Amputee pada Bidang Miring
1. Pengambilan video gerakan berjalan 2. Pengambilan sudut segmen tubuh
A B
Studi Literatur Studi Observasi
Latar Belakang Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Gambar 3.1 Metodologi penelitian
commit to user
III-2
Perhitungan Nilai External Work, Force dan Torsi
Analisis dan Intepretasi Hasil Penelitian
Kesimpulan dan Saran Perhitungan Nilai Kecepatan
dan Percepatan Sudut Segmen Tubuh
C
Pengambilan Capture Gerakan Berjalan
Pengukuran Kecepatan dan Percepatan Linear Gerakan
Berjalan pada Segmen Tubuh A
B
Pengukuran Perpindahan Linear di setiap Fase Gerakan
Perhitungan Nilai Kecepatan dan Percepatan Relatif Segmen
Tubuh
Gambar 3.1 Metodologi penelitian lanjutan
Pada gambar 3.1 di atas dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian mengenai kajian gait dynamic pengguna prosthetic endoskeletal sistem
energy storing knee mekanisme 2 bar pada bidang miring. Uraian penjelasan metodologi penelitian dijelaskan tahap demi tahap dalam sub bab di bawah ini.
3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN