Persiapan Inventarisasi Sintesis Metodologi

3.3.1 Persiapan

Pada tahap ini dilakukan persiapan berupa penentuan lokasi yang sesuai dengan bidang arsitektur lanskap, pembuatan proposal, perizinan kegiatan magang pada pihak pengelola, serta pencarian informasi umum tentang kondisi saat ini di tempat magang.

3.3.2 Inventarisasi

Kegiatan dalam proses inventarisasi adalah pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung pada tapak dan wawancara terhadap pihak pengelola serta pengunjung kawasan rekreasi. Data sekunder dapat diperoleh dari studi literatur yang berasal dari buku-buku teks, brosur, internet, skripsi, dan tesis. Dalam proses inventarisasi juga dilakukan identifikasi terhadap manajemen kerja pengelolaan Ocean Ecopark melalui proses pengenalan kelembagaan dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan yang bersifat partisipasi aktif. Pengenalan kelembagaan ini bertujuan mengetahui dan memahami tujuan pembangunan dan pengelolaan Ocean Ecopark, melalui sejarah kawasan, struktur organisasi, dan prosedur pelaksanaan pengelolaan kawasan, sedangkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan adalah keikutsertaan dalam seluruh kegiatan pengelolaan lanskap Ocean Ecopark, baik secara administrasi maupun operasional di lapang. Kegiatan ini bertujuan menambah pengetahuan manajerial dan pengalaman kerja praktis dalam bidang pengelolaan lanskap. Data yang dibutuhkan adalah berupa data yang berkaitan dengan aspek fisikbiofisik, teknis, manajerial, dan sosial ekonomi Lampiran 1.

3.3.3 Pengolahan Data dan Analisis

Pengolahan seluruh data yang diperoleh dari hasil inventarisasi dan observasi dilakukan untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada di kawasan magang. Untuk keperluan ini dilakukan analisis deskriptif, IPA, dan analisis SWOT.

3.3.3.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang dilakukan dengan penjabaran hasil pengamatan berdasarkan data dan informasi yang diperoleh melalui survei lapang, penyebaran kuisioner dengan purposive sampling, wawancara, dan studi pustaka.

3.3.3.2 Importance Performance Analysis IPA

IPA dilakukan untuk mengukur atribut-atribut dari tingkat kepentingan dengan tingkat kinerja pengelola yang diharapkan oleh pengunjung. Terdapat 16 atribut yang dinilai oleh responden Tabel 1. Hasil IPA ini dapat dijadikan sebagai salah satu dasar perumusan strategi pengelolaan untuk meningkatkan kepuasan pengunjung. Tabel 1. Atribut Penilaian Pengunjung No. Atribut 1. Kestrategisan lokasi 2. Kemudahan akses menuju lokasi 3. Ketersedian fasilitas dan sarana untuk berolahraga 4. Ketersediaan wahana rekreasi dan edukasi keluarga 5. Ketersediaan fasilitas umum, seperti toilet umum, tempat sampah,lampu taman, bangku taman, areal parkir, shelter, tempat ibadah dan sebagainya 6. Ketersediaan area untuk berinteraksi atau berkumpul, seperti gazebo, saung, lawn dan sebagainya 7. Kondisi sarana dan prasarana yang baik 8. Keberadaan satwa 9. Keberadaan pohon peneduh 10. Keberagaman tanaman 11. Kenyamanan area untuk berekreasi 12. Keindahan penataan taman 13. Kebersihan area rekreasi 14. Keamanan area rekreasi 15. Keramahan pelayanan 16. Kemudahan untuk mendapatkan informasi, seperti adanya penunjuk jalan, informasi lokasi wahana, harga tiket, dan sebagainya Melalui pengisian kuisioner dengan penyebaran purposive sampling kepada pengunjung, nilai-nilai kepentingan dan kinerja dapat diketahui. Kuisioner yang diisi oleh pengunjung dapat dilihat pada Lampiran 2. Nilai kepuasan pengunjung pada kuisioner menggambarkan kinerja pengelola. Penilaian nilai kepentingan dan kinerja menggunakan skor nilai dengan skala Likert. Skala Likert menunjukkan tanggapan pengunjung terhadap atribut-atribut yang disebutkan dalam kuisioner. Pilihan pada skala Likert dibuat mulai dari prioritas rendah hingga prioritas tinggi. Skala tersebut terdiri dari tidak penting atau tidak puas, kurang penting atau kurang puas, cukup penting atau cukup puas, penting atau puas, dan sangat penting atau sangat puas Supranto, 2001. Kelima penilaian tersebut memiliki bobot-bobot tersendiri Tabel 2. Tabel 2. Bobot Tingkat Kinerja dan Kepentingan Skala Bobot Kinerja X Kepentingan Y 1 Tidak puas Tidak penting 2 Kurang puas Kurang penting 3 Cukup puas Cukup penting 4 Puas Penting 5 Sangat puas Sangat penting Skor dengan menggunakan skala Likert digambarkan pada diagram kartesius, tingkat kepuasan yang menggambarkan kinerja pengelola digambarkan dengan Sumbu X garis mendatar dan tingkat kepentingan digambarkan dengan Sumbu Y garis tegak. Perhitungan untuk mengetahui skor sumbu X dan Y pada masing-masing atribut yang pada kuisioner adalah sebagai berikut, n X X i   dan n Y Y i   i X = skor rataan tingkat kinerja tingkat kepuasan atribut dalam Lampiran 2, i Y = skor rataan tingkat kepentingan tingkat kepentingan atribut dalam Lampiran 2 n = jumlah responden. Setelah didapatkan i X dan i Y dibuat diagram kartesius. Diagram kartesius membentuk empat kuadran yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik X dan Y . Titik X dan Y dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut, k X X n i    1 dan k Y Y n i    1 Keterangan : X = skor rata-rata dari tingkat pelaksanaan kinerja seluruh atribut, Y = skor rata-rata dari tingkat kepentingan seluruh atribut, k = banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen Menurut Wong et al. 2011, keempat kuadran yang terbentuk oleh diagram kartesius menggambarkan keadaan yang berbeda-beda Gambar 3, sebagai berikut: Sumber: Wong et al. 2011 Gambar 3. Diagram Kuadran IPA 1. Kuadran I Prioritas Utama, kuadran ini menunjukkan nilai suatu atribut dengan tingkat kepentingan diatas rata-rata, tetapi kurang mendapat perhatian dari pihak pengelola karena tingkat kinerja dibawah rata-rata, sehingga tingkat kepuasaan pengunjung rendah; 2. Kuadran II Pertahankan Prestasi, kuadran ini menunjukkan nilai suatu atribut dengan tingkat kepentingan yang dinilai oleh pengunjung diatas rata-rata dan dilaksanakan pengelola dengan baik, dengan tingkat kinerja juga diatas rata-rata sehingga tingkat kepuasan pengunjung tinggi; 3. Kuadran III Prioritas Rendah, kuadran ini menunjukkan atribut yang dianggap kurang penting oleh pengunjung dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa; 4. Kuadran IV Terlalu Berlebihan, kuadran ini menunjukkan nilai suatu atribut yang tidak begitu penting oleh pengunjung tetapi dilaksanakan sangat baik oleh manajemen sebagai sesuatu sangat berlebihan.

3.3.3.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan lanskap Ecopark Taman Impian Jaya Ancol dengan menganalisis faktor internal yang terdiri dari kekuatan strengths dan kelemahan weaknesses serta faktor eksternal yang terdiri dari peluang opportunities dan ancaman threats. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor- faktor internal dan eksternal, sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian peringkat. Dalam merumuskan strategi dengan menggunakan analisis SWOT dibutuhkan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal. Perumusan faktor internal dan eksternal berdasarkan hasil diskusi dengan pihak yang sangat memahami kondisi Ocean Ecopark secara internal maupun eksternal, serta hasil kuisioner pengunjung menggunakan metode IPA. Setelah merumuskan faktor internal dan eksternal, pemberian bobot dan peringkat dilakukan oleh tiga responden ,yaitu dua responden internal dan satu responden eksternal, ketiganya merupakan responden yang paham mengenai Ocean Ecopark Lampiran 3. Pada analisis SWOT, faktor internal akan dirumuskan dalam matriks yang dikenal dengan sebutan matriks IFE Internal Factor Evaluation dan faktor eksternal dirumuskan dalam matriks EFE External Factor Evaluation. Langkah kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut. 1. Pembuatan Matriks Evaluasi Faktor Internal IFE Evaluasi faktor internal ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang dimasukkan dalam kategori kekuatan dan kelemahan David, 2011. Matriks IFE membantu perusahaan untuk menganalisis dan mengatur faktor-faktor strategi internal. Menurut David 2011, dalam membuat matriks IFE terdapat lima langkah yang harus dilakukan sebagai berikut: a. Langkah kesatu, mengindentifikasi dan mendaftar setiap faktor yang menjadi kelemahan dan kekuatan bagi perusahaan. b. Langkah kedua, memberi bobot pada setiap faktor yang telah ditentukan. Bobot yang diberikan berkisar dari 0,0 tidak penting sampai 1,0 sangat penting. Jumlah seluruh bobot sama dengan 1,0. Menurut David 2011, Bobot mengindikasikan pentingnya suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Pengolahan data untuk mengetahui bobot dari setiap faktor strategis dilakukan dengan menggunakan teknik Delphi mengingat responden yang digunakan berjumlah lebih dari satu orang. Perhitungan bobot dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penetuan Bobot Faktor Internal Faktor Internal Tingkat Kepentigan Jumlah Responden Rata-rata Bobot 1 2 3 4 S1 S2 Sn W1 W2 Wn Jumlah rata-rata 1,00 Sumber: Rosa 2003 c. Langkah ketiga, memberikan peringkat 1-4 pada setiap faktor, dengan 1 kelemahan utama, 2 kelemahan minor, 3 kekuatan minor, dan 4 kekuatan utama. Kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Pada Tabel 4, peringkat adalah nilai rata- rata dari tingkat kepentingan. Tabel 4. Penentuan Peringkat Faktor Internal Faktor Internal Tingkat Kepentingan Jumlah Responden Peringkat 1 2 3 4 S1 S1 Sn W1 W2 Wn Sumber: Rosa 2003 d. Langkah keempat, menentukan skor bobot masing-masing faktor dengan cara mengalikan bobot pada tiap faktor dengan peringkatnya. Perhitungan ini dibuat dalam matriks IFE Tabel 5. Tabel 5. Matriks IFE Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Skor Bobot S1 S2 Sn W1 W2 Wn Total Sumber: David 2011 e. Langkah kelima, menjumlahkan seluruh skor bobot untuk mendapatkan skor bobot total. Skor bobot maksimal adalah 4,0 dan skor bobot minimal adalah 1,0, dengan skor rata-rata 2,5. Skor bobot total di bawah 2,5 menandakan bahwa perusahaan lemah secara internal, sedangkan skor di atas 2,5 menandakan bahwa perusaahaan kuat secara internal. 2. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal EFE Evaluasi faktor eksternal digunakan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal perusahaan yang dimasukkan dalam kategori peluang dan ancaman David, 2011. Secara umum, tahapan kerja pada matriks EFE sama dengan matriks IFE, yaitu sebagai berikut. a. Langkah kesatu, mengidentifikasi dan mendaftar faktor yang menjadi ancaman dan peluang yang mempengaruhi perusahaan. b. Langkah kedua, menentukan bobot pada setiap faktor eksternal mulai dari 0,0 tidak penting sampai 1,0 sangat penting. Pengolahan bobot menggunakan menggunakan teknik Delphi. Perhitungan bobot dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penentuan Bobot Faktor Eksternal Faktor Eksternal Tingkat Kepentigan Jumlah Responden Rata-rata Bobot 1 2 3 4 O1 O2 On T1 T2 Tn Jumlah rata-rata 1,00 Sumber: Rosa 2003 c. Langkah ketiga, memberikan peringkat 1-4 pada setiap faktor eksternal untuk menunjukkan seberapa efektif kinerja perusahaan dalam merespon faktor-faktor eksternal yang berpengaruh. Peringkat 1 menandakan bahwa respon perusahaan di bawah rata-rata, Peringkat 2 menandakan bahwa respon perusahaan rata-rata, Peringkat 3 menandakan bahwa respon perusahaan di atas rata-rata, dan Peringkat 4 menandakan bahwa respon perusahaan sangat bagus. Baik ancaman maupun peluang dapat menerima peringkat 1,2,3, atau 4. Perhitungan peringkat dapat dilihat pada Tabel 7. Peringkat merupakan nilai rata-rata tingkat kepentingan. Tabel 7. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Faktor Eksternal Tingkat Kepentingan Jumlah Responden Peringkat 1 2 3 4 O1 O2 On T1 T2 Tn Sumber: Rosa 2003 d. Langkah keempat, mengalikan bobot dengan peringkat setiap faktor untuk mendapatkan skor bobot. Perhitungan ini dibuat dalam matriks EFE Tabel 8. Tabel 8. Matriks EFE Simbol Faktor Eksternal Bobot Peringkat Skor Bobot O1 O2 On T1 T2 Tn Total Sumber: David 2011 e. Langkah kelima, menjumlahkan seluruh skor bobot tiap faktor untuk mendapatkan skor bobot total. Skor bobot total tertinggi yang mungkin didapatkan adalah 4,0 sedangkan skor bobot terendah yang mungkin didapatkan adalah 1,0. Semakin tinggi skor bobot total yang didapatkan mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon peluang dan ancaman yang ada dengan baik, perusahaan dapat memanfaatkan peluang dan meminimalisir ancaman yang ada. 3. Pencocokan Matriks Internal-Eksternal Tahapan pencocokan dilakukan untuk mengetahui strategi mana yang sesuai untuk diterapkan pada perusahaan. Dari skor pembobotan yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE dapat diketahui Matriks Internal- Eksternal IE yang dibagi kuadran-kuadran yang masing-masing kuadran tersebut menggmabarkan implikasi strategi yang berbeda-beda. Sumbu X pada matriks IE menggambarkan skor bobot IFE dan skor bobot EFE digambarkan pada Sumbu Y Gambar 4. Sumber: David 2011 Gambar 4. Formulir Matriks IE Menurut David 2011, matriks IE memiliki sembilan kuadran yang dapat dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut. a. Grow and build strategy Kuadran I, II, dan IV Fokus strategi ini adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk yang bersifat intensif dan agresif. b. Hold and maintain strategy Kuadran III, V, dan VII Fokus strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. c. Harvest and divest strategy Kuadran VI, VIII, dan IX Fokus strategi ini adalah perlunya manajemen biaya yang agresif saat biaya peremajaan bisnis untuk merevitalisasi bisnis tergolong rendah. 4. Penentuan Alternatif Strategi Pemilihan alternatif strategi berfokus terhadap kuadran yang didapatkan. Fokus strategi tersebut tentunya akan dikembangkan agar didapatkan suatu alternatif strategi manajemen lanskap yang dapat meningkatkan kekuatan dan peluang serta mengatasi kelemahan dan ancaman yang kemudian digambarkan dengan matriks SWOT Tabel 9. Matriks SWOT memiliki empat alternatif strategi David, 2011. Keempat strategi tersebut adalah sebagai berikut. a. Strategi SO Strengths-Opportunities Strategi ini memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. b. Strategi ST Strengths-Threats Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. c. Strategi WO Weaknesses-Opportunities Strategi ini bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. d. Strategi WT Weaknesses-Threats Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Tabel 9. Formulir Matriks SWOT Internal Eksternal Strenghts Weaknesses Opportunities Memanfaatkan kekuatan untuk menarik keuntungan dari peluang Memperbaiki kelemahan dengan cara mengambil keuntungan dari peluang Threats Menggunakan kekuatan untuk mengurangi ancaman Taktik defensif untuk mengurangi kelemahan, dan menghindari ancaman Sumber: David 2011 5. Pemeringkatan Alternatif Strategi Penentuan prioritas dilakukan kepada beberapa alternatif strategi yang diperoleh dari matriks SWOT. Jumlah dari skor pembobotan yang menentukan peringkat dari setiap strategi. Peringkat diurut berdasarkan skor tertinggi sampai yang terendah Tabel 10. Urutan peringkat tersebut menunjukkan urutan alternative strategi pengelolaan yang direkomendasikan. Tabel 10. Formulir Penentuan Peringkat Alternatif Strategi Alternatif Strategi Keterkaitan dengan Unsur SWOT Skor Peringkat SO1 SO2 SOn ST1 ST2 STn WO1 WO2 WOn WT1 WT2 WTn Sumber: Saraswati 2010

3.3.4 Sintesis

Sintesis merupakan hasil yang diperoleh berdasarkan analisis yang dilakukan. Sintesis bertujuan untuk mengembangkan potensi dan menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga didapatkan suatu rekomendasi pengelolaan yang efektif dan berkelanjutan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum

Gambaran kondisi umum Ocean Ecopark meliputi beberapa aspek, yaitu sejarah pembangunannya, letak dan aksesibilitasnya, luas dan batas kawasan, iklim, hidrologi, topografi dan tanah, vegetasi, satwa, sosial dan ekonomi, sarana dan prasarana, serta wahana rekreasi dan olahraga.

4.1.1 Sejarah Taman Impian Jaya Ancol

Ancol adalah sebuah kawasan rekreasi yang telah berdiri sejak abad ke-17. Pada saat itu keindahan pantainya sangat mempesona berbagai kalangan. Namun, hal tersebut sirna saat Sungai Ciliwung meluap dan menumpahkan lumpurnya. Ancol pun berubah menjadi rawa-rawa yang kotor, kumuh, dan berlumpur. Setelah masa kemerdekaan, melalui keputusan Presiden Soekarno pada akhir Desember 1965 diperintahlah Gubernur DKI Jakarta, Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, untuk melaksanakan proyek pembangunan Taman Impian Jaya Ancol. Pembangunan kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol baru terlaksana saat masa jabatan Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta. Pemikiran Ali Sadikin saat itu, Jakarta harus memiliki dua pencapaian utama. Pencapaian pertama adalah Ancol yang harus dapat menjadi kawasan rekreasi yang dapat mengayomi rakyatnya dari sejak lahir hingga meninggal dan harus dapat memfasilitasi semua kebutuhan rakyat sekarang dan akan datang. Pencapaian kedua adalah Ancol yang harus dapat menjadi tempat rekreasi yang representatif dan mewah untuk kota Jakarta. Ali Sadikin pun bertemu dengan Ir. Ciputra yang dapat memberikan masukan dan ide-ide untuk pembangunan kawasan rekreasi yang diinginkan oleh Ali Sadikin. Pada awal pembangunan, Ancol yang masih berupa rawa-rawa direklamasi dan dijadikan jalur hijau sebagai tempat rekreasi. Taman Impian Jaya Ancol pun berdiri pada tahun 1966. Sejak awal berdiri, Taman Impian Jaya Ancol ditujukan