Translokasi Harimau Adaptasi TINJAUAN PUSTAKA

sinar matahari. pada cuaca panas ia lebih suka beristirahat dekat sumber air, bahkan bila cuaca sangat panas ia berendam di air sampai batas leher. Harimau memang sering dijumpai sedang duduk berendam atau berdiri sebagai cara untuk menyejukkan badan McDougal 1979. Harimau cenderung membawa mangsanya ke dekat sumber air dan memakannya di sana karena saat makan hariamau berhenti beberapa saat untuk minum dan kembali melanjutkan makannya Grzimek 1975.

2.3.3. Tutupan Lahan

Harimau merupakan satwa yang tidak tahan dengan panasnya sengatan matahari dan umumnya mencari tempat yang teduh untuk beristirahat Lekagul McNeely 1977. Harimau tidak ditemukan dalam habitat terbuka, biasanya mereka mendiami daerah yang lebih tertutup yang akan memudahkan mereka untuk berburu dan menyerang mangsanya secara tiba-tiba MacDonald 1986 diacu dalam Hutabarat 2005. Hutan sekunder yang disebabkan oleh adanya penebangan kayu secara selektif merupakan habitat yang optimal untuk satwa mangsa harimau karena ketersediaan tumbuhan pakan dan memiliki kerapatan cover yang tinggi Borner 1992.

2.4. Translokasi Harimau

Translokasi karnivora besar, termasuk harimau adalah salah satu cara potensial dalam melakukan kegiatan konservasi untuk mengurangi tingkat kematian, menghindari konflik, serta menambah stok populasi untuk stablitas populasi karnivora di alam Wolf et al. 1997, diacu dalam Goodrich Miquelle 2005. Menurut IUCNSSC 1998, translokasi adalah pemindahan satwaliar baik secara individu maupun populasi dari satu tempat ke tempat lain yang diketahui masih merupakan habitat aslinya. Sasaran dari kegiatan ini adalah untuk menciptakan populasi yang bebas dan lestari yang sebelumnya terganggu. Jenis yang dipindahkan harus jenis asli habitat tersebut dan dikelola secara jangka panjang.

2.5. Adaptasi

Adaptasi adalah perubahan struktur, fisik atau perilaku organisme dalam menyikapi seleksi alam Booth Biro 2008. Satwa akan beradaptasi melalui perilaku dalam menyikapi fluktuasi alam dengan mengubah teritorialitas, perilaku reproduksi, akitivitas makan, dan penggunaan habitat. Harimau sebagai satwa yang memonopoli sumberdaya dalam teritori, akan mengubah teritorialitas ketika dihadapkan dengan habitat yang berbeda. Sumberdaya menurut Tilman 1982 diacu dalam Begon et al. 2006 adalah semua yang dikonsumi oleh organisme. Dalam hal ini konsumsi bukan hanya memakan tetapi semua yang dipakai oleh organisme tersebut untuk bertahan hidup. Di alam, sumberdaya tidak tak terbatas, maka dari itu akan terjadi perebutan sumberdaya dalam kehidupan satwa. Begon et al. 2006 menyatakan bahwa individu dalam spesies yang sama membutuhkan kebutuhan hidup yang sangat mirip atau sama, kebutuhan tersebut menyebabkan sumberdaya menjadi cepat habis, maka dari itu muncul kompetisi interspesifik. Harimau terutama harus beradaptasi dengan harimau lainnya untuk mempertahankan monopoli atas sumberdayanya.

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Sejarah dan Status Kawasan

Hutan Blangraweu adalah bagian dari Kawasan Ekosistem Ulu Masen yang terletak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kawasan ini merupakan bagian Pegunungan Bukit Barisan yang membentang di bagian barat Pulau Sumatera. Pegunungan Bukit Barisan yang terdapat di Aceh dibentuk oleh dua kawasan yang berhubungan langsung tetapi berbeda, yaitu kawasan Ekosistem Ulu Masen di bagian utara dan kawasan Ekosistem Leuser di bagian selatan hingga Provinsi Sumatera Utara. Tidak seperti kawasan Ekosistem Leuser yang diberi status sebagai Taman Nasional Gunung Leuser, kawasan Ekosistem Ulu Masen belum memiliki status kuat, yaitu hanya berupa hutan lindung di bawah pengawasan Gubernur Aceh melalui SK NO.191999 tentang penunjukan Kawasan hutan Aceh. Penamaan kawasan Ekosistem Ulu Masen diambil dari nama gunung Ulu Masen yang terletak di Kecamatan Sampoiniet Kabupaten Aceh Jaya. Ulu Masen dianggap mampu mewakili satu kawasan ekosistem hutan di bagian utara Provinsi Aceh. Nama Ulu Masen sendiri diambil dan diputuskan oleh komunitas yang diwakili oleh Imam Mukim Kabupaten Aceh Jaya, yaitu sebuah kesepakatan yang dilakukan pada pertemuan mukim pada tahun 2003 di Meulaboh dan Banda Aceh.

3.2. Letak dan Luas

Secara geografis kawasan Ekosistem Ulu Masen berada pada 4 20’3’’LU sampai 5 30’0’’ LU dan 95 20’0’’ BT and 96 30’0’’ BT. Secara Administratif pemerintahan, kawasan Ekosistem Ulu Masen berada pada lima kabupaten di Propinsi Aceh meliputi Kabupaten Aceh Barat, Aceh Jaya, Aceh Besar, Pidie dan Kabupaten Pidie Jaya. Luas keseluruhan Ekosiatem ulu masen adalah 738.857 ha. Pembagian luasan kawasan Ekosistem Ulu Masen berdasarkan kawasan administratif pemerintahannya disajikan pada Tabel 2. Hutan Blangraweu terletak di kabupaten Pidie dan Pidie Jaya yang meliputi 36 dari Kawasan Ekosistem Ulu Masen