Lahan Kering Drylands TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lahan Kering Drylands

Menurut Notohadiprawiro 1989, penggunaan istilah “lahan kering” di Indonesia belum disepakati dengan benar. Ada yang menggunakan untuk padanan istilah Inggris: upland, dryland, atau unirrigated land. Oleh karena itu, untuk menghilangkan kerancuan penggunaan istilah lahan kering dan pertanian lahan kering, perlu diperhatikan tiga hal berikut, yaitu : 1 Iklim kering dalam istilah Bahasa Inggris adalah arid land yang artinya : a daerah dengan curah hujan tahunan kurang daripada 250 mm, b daerah yang jumlah hujannya tidak mencukupi untuk menghidupi vegetasi meskipun jumlahnya sedikit, c daerah yang jumlah hujannya tidak mencukupi untuk dilakukannya pertanian tanpa irigasi, atau d daerah dengan jumlah evaporasi potensial melebihi jumlah curah hujan aktual. 2 Keadaan lahan yang berkaitan dengan drainase alamiah lancar bukan rawa, dataran banjir, lahan dengan air tanah dangkal, dan lahan basah alamiah lain. 3 Lahan pertanaman yang diusahakan tanpa penggenangan. Untuk rujukan pertama dapat digunakan istilah “daerah kering” atau “kawasan iklim kering”. Untuk rujukan kedua dapat dipilih istilah “lahan atasan” upland. Untuk rujukan ketiga dapat diterapkan istilah “lahan kering”. Jadi, pertanian lahan kering adalah pertanian yang diusahakan tanpa penggenangan. Barrow 1991, mendefinisikan lahan kering sebagai kondisi lingkungan dimana terdapat defisiensi kelembaban secara permanen, musiman maupun periodik. Dariah et al. 2004 mendefinisikan lahan kering sebagai hamparan lahan yang tidak pernah digenangi air atau tergenang air pada sebagian waktu selama setahun atau sepanjang waktu. Kondisi seperti ini dapat dijumpai di daerah tropis, subtropis, temperate, maupun kutub. Vegetasi penutup di lahan kering sangat mudah rusak dan jika hal ini terjadi, maka akan sangat sulit untuk mengembalikannya. Tanah di lahan kering sering mengalami kekurangan humus ataupun unsur hara, diantaranya pospat, dan ketersediaannya berkurang dengan cepat Barrow, 1991. Luas lahan yang diklasifikasikan sebagai lahan kering di dunia kurang lebih 35 dari luas total atau sekitar 30 – 40 juta km 2 , dan diantaranya : 14 tergolong semi-arid 21,2 juta km 2 , dan 4 5,8 juta km 2 Banyak permasalahan yang dijumpai di lahan kering diantaranya : drainase yang sangat cepat, adanya pengkerakan tanah soil crusting, kandungan garam atau basa yang sangat tinggi, rendahnya hara, dan kapasitas infiltrasi yang lambat, disamping faktor hama dan penyakit yang menjadi kendala atau pembatas bagi pertumbuhan tanaman. merupakan daerah yang sangat kering extreemely arid Barrow, 1991. Menurut Heathcote 1983 dalam Barrow 1991, diperkirakan 37 lahan kering berada di Afrika, 34 di Asia, 13 di Australia, 8 di Amerika Utara, 6 di Amerika Selatan, dan 2 di Spanyol. Pada daerah tersebut terdapat 500 juta sampai 850 juta penduduk yang tinggal menetap dan kehidupannya sangat tergantung pada daerah tersebut. Jenis tanah utama lahan kering di Indonesia adalah Podsolik Merah- Kuning yang meliputi : Ultisol dan Inceptisol seluas 23,3 juta ha atau 21 persen dari luas seluruh lahan kering, dan Latosol meliputi : Oxisol, Ultisol dan Inceptisol seluas 16,4 juta ha atau 15 persen dari luas seluruh lahan kering. Komplek tanah seluas 54,7 juta ha atau 49,1 persen dari luas seluruh lahan kering kebanyakan mencakup Ultisol Muljadi dan Arsyad, 1967; Sudjadi, 1984. Jadi, lahan kering didominasi oleh Ultisol dan urutan berikutnya adalah Inceptisol dan Oxisol. Dilihat dari jenis tanahnya, lahan kering dengan jenis tanah Ultisol dan Oxisol berpotensi rendah, contohnya yang paling banyak dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Ultisol dan Oxisol termasuk tanah bermasalah problem soils. Inceptisol yang berasosiasi dengan Ultisol atau Oxisol memiliki sifat-sifat mirip Ultisol atau Oxisol. Kendala tanah Ultisol dapat diringkas sebagai berikut : 1 Kejenuhan Al tinggi 2 Sering mengandung Mn dalam jumlah yang banyak sehingga meracuni 3 Sangat miskin hara 4 Kejenuhan basa, kadar bahan organik dan pH rendah 5 Daya mengikat P dan anion lain kuat 6 Mudah mengalami penurunan kadar air karena kapasitas menyimpan air rendah sekali, yaitu 0,10 – 0,15 fraksi volum, bahkan dapat hanya 85 mmm. 7 Peka terhadap erosi karena lapisan permukaan mudah mengalami pemadatan oleh tekanan beban yang menyebabkan laju infiltrasi lambat dan permeabilitas rendah. Kendala tanah oxisol antara lain : 1 Kejenuhan Al tinggi 2 KTK Kapasitas Tukar Kation rendah sekali 3 Sangat miskin hara dan cadangan mineral mudah lapuk rendah 4 Sering kahat S, B dan Mo 5 Daya mengikat P dan anion lain kuat 6 Tekstur yang sangat porous menyebabkan kelembaban tanah rendah dan pencucian kuat. Meskipun potensi tanahnya rendah, tetapi karena potensi luasnya sangat besar, lahan kering harus dipandang sebagai suatu aset nasional yang perlu diperhatikan dan dimanfaatkan. Perhatian dan pemanfaatannya lebih perlu lagi kalau diingat bahwa lahan sawah lowland yang berpotensi baik sudah semakin banyak pemanfaatannya, tidak hanya untuk pertanian tetapi juga untuk keperluan non-pertanian.

2.2. Degradasi Lahan