Topografi Tanah KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

c. Topografi

Lokasi penelitian mempunyai topografi yang sangat beragam, mulai dari datar sampai bergunung. Topografi di Kecamatan Cigudeg didominasi berbukit sampai bergunung 67, di Kecamatan Babakan Madang berombak sampai berbukit 69, sedangkan di Kecamatan Sukamakmur berombak sampai bergunung. Rincian topografi daerah penelitian disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Kondisi topografi di lokasi penelitian Simbol Topografi Lereng Beda Tinggi Cigudeg Babakan Madang Sukamakmur m ha ha ha f Datar 1 10 1.175,3 7,7 573,7 5.8 716.3 5.0 n Agak datar 1-3 10 1.504,3 9,8 1.786,1 18.1 815.3 5.7 u Berombak 3-8 10 1.199,2 7,8 2.396,7 24.3 3.561.3 24.7 r Bergelombang 8-15 10-50 1.213,9 7,9 1.929,6 19.5 2.585.1 18.0 c Berbukit kecil 15-30 10-50 1.520,7 10,0 69,6 0.7 1.060.7 7.4 h Berbukit 15-30 50-300 5.657,6 37,0 2.399,2 24.3 3.027.2 21.0 m Bergunung 30 300 3.007,0 19,7 716,2 7.3 2.634.3 18.3 Jumlah 15.278.0 100.0 9.871.0 100,0 14.400,0 100,0 Sumber : Peta Tanah Kabupaten Bogor skala 1:50.000 BAPPEDA, 2007. Pengaruh relief yang menonjol terhadap sifat tanah, antara lain adalah kondisi drainase dan erosi. Pada daerah bergelombang-bergunung umumnya berdrainase baik-cepat dan proses erosi berlangsung cukup intensif terutama pada daerah terbuka yang telah diusahakan pertanian. Hal ini dicirikan dengan adanya singkapan- singkapan batuan, erosi alur dan erosi parit di beberapa tempat, serta kedalaman tanah dangkal dan sebagaian lapisan A terkikis, bahkan hilang seluruhnya Gambar 5. Singkapan batuan Erosi alur Erosi parit Gambar 5. Singkapan batuan, bentuk erosi alur dan erosi parit di lokasi penelitian pada lahan dengan topografi bergelombang

e. Tanah

Tanah sebagai media tumbuh tanaman adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat penting untuk dijaga kelestariannya sehingga tidak mengalami proses degradasi. Tanah dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh lima faktor pembentuk tanah, yaitu: bahan induk, iklim, relieftopografi, vegetasi, dan waktu. Faktor pembentuk tanah yang dominan di daerah pengkajian adalah bahan induk, iklim dan relieftopografi. Tanah-tanah di daerah ini berkembang dari bahan induk volkan yang berasal dari erupsi Gunung Salak yang didominasi oleh andesit, tuff volkan, dan volkan campuran yang umumnya berbahan halus. Di daerah penelitian kondisi iklim juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan tanah, dimana tanah terbentuk pada kondisi curah hujan tinggi, sehingga pelapukan berlangsung dengan intensitas cukup tinggi. Begitu juga pengaruh relief terhadap pembentukan sangat nyata. Daerah penelitian memiliki rejim kelembaban termasuk udik dengan curah hujan tahunan 2500 mm dan rejim temperatur isohiperthermik dengan perbedaan suhu kurang dari 8 o Tanah di daerah pengkajian mempunyai kelas kedalaman tanah bervariasi dari sangat dangkal sampai sangat dalam, namun secara umum didominasi oleh kelas sangat dangkal sampai sedang 100 cm, kelas sangat dangkal sampai dangkal dijumpai di lereng volkan atau di daerah bawahnya yang mempunyai batuan yang muncul ke permukaan tanah. Tanah-tanah di daerah penelitian diklasifikasikan menurut sistem klasifikasi tanah Soil Taxonomy Soil Survey Staff, 2003. Berdasarkan sifat morfologi dan hasil analisis, tanah di lokasi penelitian ditemukan 5 ordo tanah, yaitu: Inceptisol, Andisol, Oxisol, Ultisol, dan Alfisol Tabel 14. C BAPPEDA, 2005. Tabel 14. Penyebaran jenis tanah di lokasi penelitian No Ordo Tanah Cigudeg Babakan Madang Sukamakmur Ha Ha Ha 1 Inceptisol 8.844,4 57,9 5.241,0 53,1 8.561,9 59,5 2 Andisol 6.380,9 41,8 1.943,7 19,7 2.931,5 20,4 3 Oxisol 0,0 0,0 2.085,1 21,1 2.877,6 20,0 4 Alfisol 52,7 0,3 0,0 0,0 29,0 0,2 5 Ultisol 0,0 0,0 601,2 6,1 0,0 0,0 Jumlah 15.278,0 100,0 9.871,0 100,0 14.400,0 100,0 Sumber : Peta Tanah Kabupaten Bogor skala 1:50.000 BAPPEDA, 2005. Dari Tabel 14 terlihat bahwa di Kecamatan Cigudeg ditemukan jenis tanah Inceptisol, Andisol dan Alfisol, demikian juga di Kecamatan Sukamakmur ditemukan jenis tanah tersebut ditambah Ultisol, sedangkan di Kecamatan Babakan Madang tidak ditemukan jenis tanah Alfisol, karena memang di Kecamatan Babakan Madang tidak ditemui bahan kapur. Menurut Rachim 2007, tanah Alfisol berkembang dari bahan induk sedimen batu kapur. Adapun sifat dari masing-masing jenis tanah dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Inceptisol Inceptisol adalah tanah mineral yang telah mengalami perkembangan penampang tanah atau tanah mineral dengan perkembangan pada tahap awal yang dicirikan oleh terbentuknya karatan dan struktur yang lemah. Tanah ini berkembang dari bahan induk volkan, sedimen, dan alluvium. Kedalaman tanah bervariasi dan umumnya bersolum dalam BAPPEDA, 2005. Ordo tanah ini menurunkan dua grup tanah, yaitu Dystrudepts dan Eutrudepts. Dystrudepts adalah inceptisols yang mempunyai kejenuhan basa 50, dan di daerah penelitian ini terbentuk dari bahan volkan dan sedimen. Kondisi drainase baik, tekstur tanah umumnya lempung berliat sampai liat, konsistensi lekat dan agak plastis sampai plastis, dan gembur. Tanah umumnya bereaksi masam pH 4,0-5,0. Dystrudepts yang mempunyai penampang tanah dangkal 50cm diklasifikasikan Lithic Dystrudepts dengan penyebaran di daerah yang agak terjal dan berbatu, sedangkan yang mempunyai kapsitas tukar kation liat rendah 16-24 me100 g tanah diklasifikasikan ke dalam Oxic Dystrudepts. Andic Dystrudepts merupakan inceptisols yang terbentuk dari bahan volkan dan mempunyai penampang tanah dalam 50cm dengan warna tanah agak gelap, gembur, dan berat isi 1,0gcm 3 Eutrudepts adalah inceptisols yang mempunyai kejenuhan basa 50. Tanah bereaksi agak masam pH 5,5-7,0, drainase baik, tekstur tanah umumnya liat, konsistensi lekat dan plastis, gumpal membulat sampai granular. Pada umumnya tanah ini bersolum dalam 50cm. Eutrudepts yang banyak dijumpai di lokasi penelitian diklasifikasikan sebagai Typic Eutrudepts. . 2 Andisol Andisol merupakan tanah yang mempunyai sifat andic. Sifat andic dipengaruhi oleh mineral alofan, imogolit, ferrihidrit atau senyawa kompleks humus-aluminium. Bahan-bahan tersebut hanya ditemukan pada tanah yang berkembang dari bahan volkan muda dan pada umumnya berada di dataran tinggi 1000 m dpl. Adanya bahan-bahan tersebut menyebabkan tanah mempunyai sifat sangat khas terutama terhadap sifat kesuburan tanahnya antara lain retensi fosfat tinggi. Di lapangan sifat andic diduga dengan pengukuran pH NaF, estimasi kandungan gelas volkan, tekstur, dan sifat smeary. Andisols di daerah penelitian menempati daerah atas dan merupakan lahan kering. Andisols di daerah penelitian dijumpai pada landform volkan. Umumnya tanah ini diusahakan untuk kebun campuran. Andisol mempunyai warna tanah hitam karena mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi, berpenampang dalam 50cm, drainase baik, tekstur lempung berdebu sampai lempung liat berdebu, konsistensi sangat gembur sampai gembur lembab, tidak lekat dan tidak plastis basah. Tanah bereaksi agak masam pH 5,0-6,0. Ordo tanah ini diduga menurunkan sub grup tanah yaitu Typic Hapludands, dan Lithic Hapludands. 3 Alfisol Tanah di daerah penelitian yang sudah mempunyai perkembangan lanjut dicirikan oleh adanya horizon illuviasi liat silikat atau horizon argilik dengan kejenuhan basa pada subhorizon tersebut 35. Alfisol di daerah penelitian dijumpai pada landform karst dan tektonik yang berkembang dari sedimen kapur atau napal. Umumnya tanah ini diusahakan untuk pengembangan tanaman tahunan. Kondisi drainase baik, tekstur tanah liat, konsistensi teguh, lekat dan plastis basah, serta pH tanah dari agak masam sampai netral pH 5,5-6,5. Alfisol yang ditemukan umumnya bersolum dalam 50 cm dan diklasifikasikan Hapludalfs. Ordo Alfisol ini menurunkan subgrup Typic Hapludalfs. 4 Ultisol Tanah-tanah di daerah penelitian yang sudah mempunyai perkembangan lanjut dan dicirikan oleh adanya horizon illuviasi liat silikat baik sebagai horizon argilik maupun kandik diklasifikasikan sebagai Ultisol. Kejenuhan basa pada subhorizon tersebut 35 sebagian atau seluruhnya. Ultisol umumnya mempunyai warna merah kekuningan berpenampang dalam 50 cm, tekstur liat, konsistensi teguh, drainase baik, reaksi tanah masam, pH 4,0- 4,5. Tanah ini menurunkan Grup Paleudults dan Hapludults. Paleudults adalah ultisols yang dicirikan oleh adanya horizon argilik dengan KTK 16 me100 g liat. Tanah ini bersolum dalam, tekstur liat, gembur, lekat dan plastis. Sifat kimia tanah umumnya miskin unsur hara, akan tetapi mempunyai sifat fisik tanah yang baik. Hapludults adalah ultisols yang mempunyai kandungan bahan organik rendah, N total rendah sampai sedang, P 2 O 5 total rendah, K 2 5 Oxisol O total rendah, susunan kation basa Ca, Mg, K, Na rendah, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa rendah. Oxisol adalah tanah-tanah yang sudah mengalami pelapukan yang sangat lanjut, sehingga sifat-sifat kimia tanah buruk atau sangat buruk; atau tingkat kesuburannya rendah sampai sangat rendah. Hal ini dicirikan oleh KTK liat sangat rendah 16 me100 g liat. Dari pengamatan tekstur diperkirakan pada lapisan atas kandungan liat mencapai 40 atau lebih berdasarkan berat dalam fraksi tanah halus pada 25 cm teratas. Disamping itu dijumpai horison kandik yang memiliki sifat-sifat mineral mudah lapuk 10 di dalam 100 cm dari permukaan tanah. Dengan adanya sifat penciri tersebut maka, tanah di lokasi penelitian dikategorikan dalam ordo Oxisol. Ordo tanah ini menurunkan grup tanah Hapludox dengan ciri-ciri morfologi tanah berwarna kuning atau coklat kemerahan hingga merah, penampang tanah dalam 50cm, tekstur liat berdebu, konsistensi gembur, drainase baik, reaksi tanah masam sampai agak masam pH 4,5-5,5, kandungan bahan organik rendah, N-total rendah, P 2 O 5 total rendah, K 2 O total rendah, susunan kation basa Ca, Mg, K, Na rendah, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa rendah. Secara umum jenis tanah tidak dapat dihubungkan dengan tingkat degradasi lahan, karena jenis tanah memiliki sifat yang kompleks menyangkut karakteristik fisik, kimia, dan lingkungannya penggunaan lahan dan tindakan pengelolaannya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Firmansyah 2008 yang menyatakan tingkat degradasi lahan tidak berhubungan langsung dengan taksa tanah, akan tetapi sangat berhubungan dengan karakteristik lahannya. Dengan melihat karakteristik fisik lingkungan seperti di atas, di mana curah hujan sangat tinggi 2000 mmth, kondisi topografi berbukit sampai bergunung dengan lereng yang curam, bahan induk berupa volkan dan sedimen yang peka terhadap erosi, maka lahan di lokasi penelitian sangat berpotensi untuk terdegradasi Saba, 2001. Hal ini dapat dilihat dari data luas lahan kritis di lokasi penelitian yang cukup tinggi 3.448 ha atau 13 dari luas wilayah penelitian dan persentase batuan di permukaan serta singkapan batuan yang cukup tinggi 15.

f. Sifat Fisika-Kimia dan Kesuburan Tanah