Keterkaitan Klasifikasi Tingkat Degradasi Lahan dengan Erosi

menurut Arsyad 2006, tingkat akurasi surveipenelitian pada skala semi-detil sebesar 75-90. Tabel 36. Hasil pengujian ketepatan klasifikasi terhadap fungsi diskriminan skala semi-detil Tingkat degradasi Prediksi keanggotaan grup Total 1 2 3 Jumlah 1 2 3 26 1 27 1 16 3 20 1 1 11 13 1 2 3 96,3 3,7 0,0 100,0 5,0 80,0 15,0 100,0 7,7 7,7 84,6 100,0 Rata-rata keanggotaan grup yang diklasifikasikan dengan benar 88,3

5.3. Keterkaitan Klasifikasi Tingkat Degradasi Lahan dengan Erosi

Menurut Lal, et al. 1998, metode yang dikembangkan untuk penilaian tingkat degradasi lahan harus sederhana, murah, mudah digunakan, dan dapat menghubungkan antara tingkat degradasi lahan dengan produktivitas dan tingkat pengelolaan. Proses erosi sangat terkait dengan hal tersebut. Oleh karena itu, klasifikasi tingkat degradasi lahan yang dihasilkan dikaitkan dengan erosi yang terjadi. Besarnya erosi di lokasi penelitian dihitung menggunakan persamaan MUSLE Modified Universal Soil Loss Equation. Prinsip dari perhitungan prediksi erosi dengan MUSLE dalam penelitian ini adalah dengan memasukkan nilai Qr dalam perhitungan besarnya nilai erosifitas hujan, sedangkan faktor yang lain seperti K, LS, C dan P tidak ada perubahan mengingat keterbatasn data. Nilai Q R adalah nisbah besarnya aliran pada setiap kejadian hujan dalam satuan persen. Nilai Q R dalam penelitian ini tidak diukur langsung di lapangan, akan tetapi merujuk pada hasil penelitian orang lain karena keterbatasan waktu dan biaya. Besarnya nilai Q R diambil dari hasil penelitian Noeralam et al. 2003, yang menghitung nilai Q R berdasarkan pada beberapa kelas kelerengan dengan memperhatikan tindakan konservasi yang dilakukan dan vegetasi yang tumbuh di atasnya, di mana Nilai Q R 4,1 untuk kelas lereng 3-8, nilai Q R 4,5 untuk lereng 10-15, nilai Q R 4,6 untuk kelas lereng 20-25 dan nilai Q R 33 terhadap total hujan untuk lahan terbuka tanpa tindakan konservasi tanah dan tanpa tumbuhan. Banyak peneliti yang melakukan modifikasi terhadap prediksi erosi USLE, diantaranya adalah Dissmeyer dan Foster 1985, memodifikasi persamaan USLE untuk mengukur besarnya erosi pada pnggunaan lahan hutan yaitu dengan mengembangkan prosedur untuk mengestimasi nilai faktor C dengan melibatkan beberapa subfaktor diantaranya : 1 jumlah tanah tertimbun, 2 kanopi, 3 rekonsolidasi tanah, 4 kandungan bahan organik, 5 perakaran halus, 6 bekas lubang tanam, 7 simpanan depresi, 8 kecuraman lereng dan 9 pengolahan tanah menurut kontur. Cooley dan Williams 1985, juga memodifikasi USLE untuk memprediksi besarnya erosi di Hawai dengan modifikasi pada nilai faktor erosivitas hujan R yaitu mengubah faktor energi kinetik hujan dengan faktor runoff dengan persamaan Y = 11,8 Q x q p 0,56 KCPLS, dimana Y adalah hasil sedimentasi, Q adalah volume runoff, dan q adalah nilai maksimal runoff. Mutcher dan Murphree 1985, melakukan penelitian untuk membangun model MUSLE dengan melakukan modifikasi nilai faktor R, K dan C sehingga menghasilkan model erosi dengan persamaan A = RR c KK c LSC 1 C 2 C 3 C 4 C 5 Hasil perhitungan besarnya erosi di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6. Jika dikelompokkan berdasarkan klasifikasi degradasi lahan akibat erosi air menurut FAO 1979, maka erosi di lokasi penelitian dapat dikelompokkan menjadi empat kelas yaitu : 1 rendah, dengan nilai erosi berkisar 0,2 – 8,7 tonhatahun, 2 sedang, dengan nilai erosi sebesar 11,4 – 41,6 tonhatahun, 3 tinggi, dengan nilai erosi sebesar 75,5 – 173,4 tonhatahun, dan 4 sangat tinggi, dengan nilai erosi sebesar 285,4 – 5792,3 tonhatahun Tabel 37. P. Semua model prediksi erosi yang dikembangkan tersebut masih harus dievaluasi dan dapat diterima oleh ahli-ahli konservasi yang menggunakan USLE. Dalam penelitian ini, model prediksi erosi yang digunakan mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kinnel dan Risse 1998 dalam Arsyad 2006 karena model ini sudah diaplikasikan dalam bentuk program komputer yang dikenal dengan AGNPS Agricultural Non Point Source of Pollution. Tabel 37. Klasifikasi erosi di lokasi penelitian berdasarkan kriteria FAO 1979 yang dikaitkan dengan klasifikasi degradasi lahan Kode Kelas Erosi Kriteria FAO tonhatahun Erosi di lokasi penelitian tonhatahun 1 Rendah 10 0,2 – 8,7 10,0 2 Sedang 10 - 50 11,4 – 41,6 11,7 3 Tinggi 50 - 200 75,5 – 173,4 16,7 4 Sangat Tinggi 200 285,4 – 5792,3 61,7 Berdasarkan Tabel 37 di atas, dapat diketahui bahwa besarnya erosi yang terjadi di lokasi penelitian tergolong rendah sampai sangat tinggi, dan hampir 61,7 tergolong sangat tinggi. Tingginya erosi di lokasi penelitian disebabkan karena besarnya nilai erosivitas hujan, nilai K, nilai C dan Nilai P-nya. Nilai erosivitas hujan di lokasi penelitian sangat ditentukan oleh tingginya curah hujan yaitu di atas 2.000 mmtahun dengan jumlah dan intensitas yang tinggi, dengan kemiringan lereng di atas 8, nilai C 0,3, dan nilai P 0,4 maka sangat mendorong terjadinya erosi yang cukup besar meskipun nilai kepekaan tanah erodibilitas di lokasi penelitian tergolong rendah nilai K 0,02-0,28. Hal ini sesuai dengan pendapat Dariah et al. 2004 yang menyatakan bahwa besarnya erosi tanah bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah saja, namun ditentukan juga oleh faktor-faktor erosi lainnya, yaitu erosifitas, topografi, vegetasi, fauna dan aktivitas masnusia. Jadi, suatu tanah yang memiliki erodibilitas rendah, mungkin mengalami erosi yang berat jika tanah tersebut berada pada lereng yang curam dan panjang, serta curah hujan dengan intensitas hujan yang selalu tinggi. Rendahnya nilai K di lokasi penelitian disebabkan oleh bahan induk di lokasi penelitian didominasi oleh batuan andesit yang tahan terhadap degradasi tanah Kurnia et al., 2007, disamping itu dengan tekstur tanah yang didominasi liat menyebabkan tanah dapat membentuk agregat yang lebih mantap dan tahan terhadap erosi Dariah et al., 2004. Adanya mineral liat kaolonit di lokasi penelitian terutama pada tanah Oxisol yang kaya sesquioksida, bersifat tidak mengembang bila basah dan hanya sedikit plastis bila basah, dan membentuk agregat yang stabil sehingga tidak peka terhadap erosi. Banyaknya lahan kering dengan kemiringan lereng di atas 8 yang diusahakan untuk budidaya tanaman ubikayu secara monokultur dan diolah secara sempurna tanpa usaha konservasi yang baik, menyebabkan nilai C dan P yang cukup tinggi, sehingga memperbesar proses erosi di lokasi penelitian. Hasil penelitian Noeralam et al. 2003, menunjukkan bahwa besarnya aliran permukaan pada tanah terbuka tanpa pengendalian dan tanpa tumbuhan mencapai 33, sedangkan menurut hasil penelitian Irianto et al. 1999 mencapai 40. Apabila dilakukan penanaman dengan pola tanam dan teknik pengendalian yang baik berupa pola tanam jagung-kedelai-jagung dan kacang tanah-jagung-kedelai dengan tindakan konservasi rorak+gulud, secara nyata mampu mengurangi aliran permukaan sampai 88. Hasil penelitian lain di Cina menunjukkan bahwa dengan perlakuan tanam sistem kontur dengan tanpa olah tanah, mampu ngurangi erosi dan aliran permukaan masing-masing sebesar 62 dan 55. Jika dihubungkan dengan hasil klasifikasi tingkat degradasi lahan yang telah dihasilkan baik skala tinjau dan semi-detil, menunjukkan adanya korelasi antara besarnya erosi dengan tingkat degradasi lahan meskipun korelasinya rendah baik pada skala tinjau maupun skala semi-detil r = 0,347 dan r = 0,393. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam memasukkan nilai faktor dalam model prediksi erosi MUSLE. Disamping itu menurut Wischmeier 1976, bahwa model prediksi erosi USLEMUSLE hanya digunakan untuk memprediksi besarnya erosi untuk erosi jenis lembar dan alur, sedangkan di lokasi penelitian di samping erosi lembar dan alur terdapat juga erosi parit, sehingga ada data yang bias dalam model tersebut. Besarnya erosi pada masing-masing tingkat degradasi lahan skala tinjau berturut-turut dari tingkat degradasi ringan sampai berat yaitu 306 thath, 1211 thath dan 2169 thath, pada skala semi-detil yaitu 1125 thath, 1195 thath dan 1280 thath. Jika dilihat besarnya nilai erosi, ada kecenderungan meningkatnya tingkat degradasi lahan sejalan dengan meningkatnya erosi. Gambaran erosi pada tiap tingkat degradasi lahan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 14. Erosi lembar pada lahan terdegradasi ringan Erosi alur pada lahan terdegradasi ringan Erosi parit pada lahan terdegradasi ringan Gambar 14. Gambaran erosi lembar, erosi alur, erosi parit pada lahan dengan berbagai tingkat degradasi lahan di lokasi penelitian Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana antara variabel bebas x jumlah erosihatahun dengan variabel tergantung Y tingkat degradasi lahan, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut Gambar 15 dan 16: 1. Skala tinjau persamaannya : Y = 0,003x +26,87 dengan r = 0,347 2. Skala semi-detil persamaannya : Y = 0,002x + 24,17 dengan r = 0,393 Gambar 15. Grafik hubungan antara jumlah erosi dengan tingkat degradasi lahan pada skala tinjau Gambar 16. Grafik hubungan antara jumlah erosi dengan tingkat degradasi lahan pada skala semi-detil y = 0.003x + 26.87 r = 0,347 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 0,00 2000,00 4000,00 6000,00 8000,00 S k o r D e g rad as i Lah an Erosi tonhatahun y = 0.002x + 24.17 r = 0,393 10 20 30 40 50 60 70 0,0 2000,0 4000,0 6000,0 8000,0 S k o r D e g rad as i Lah an Erosi tonhatahun Jika dilihat dari nilai r-nya yang sangat kecil, maka persamaan regresi di atas tidak dapat dijadikan untuk menentukan keterkaitan tingkat degradasi lahan dengan besarnya erosi yang terjadi ditempat lain. Dari hasil analisis regresi sederhana tersebut hanya dapat menunjukkan bahwa ada indikasi keterkaitan tingkat degradasi lahan dengan besarnya erosi yang terjadi baik pada skala tinjau maupun semi-detil meskipun menurut Usman dan Akbar 2008 tingkat korelasinya rendah.

5.4. Pembahasan Umum