b. Bahan induk
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil interpretasi peta tanah di lokasi penelitian menunjukkan bahwa bahan pembentuk tanah lokasi penelitian
sebagian besar berasal dari batuan gunung berapi volkan dan sebagian dari batuan sedimen berupa bahan aluvium, batu pasir, batu liat dan batu kapur
terutama di Kecamatan Cigudeg dan Sukamakmur. Bahan volkan membentuk tanah dengan tekstur sedang sampai halus, tanahnya berwarna kuning kecoklatan,
dan mempunyai Bulk density BD relatif rendah, sedangkan tanah yang terbentuk dari batuan sedimen bertekstur halus sampai sangat halus, berwarna coklat
kemerahan, dan Bulk densitynya relatif tinggi. Jenis bahan induk di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Penyebaran bahan induk di lokasi penelitian
No Bahan induk
Cigudeg Babakan Madang
Sukamakmur ha
ha ha
1 Aluvium
1.175,3 7,7
572,7 5,8
716,3 5,0
2 Andesit
11.797,0 77,2
6.092,8 61,7
5.358,6 37,2
3 Batukapur
176,3 1,2
0,0 0,0
29,0 0,2
4 Batupasirbatu liat
1.660,6 10,9
2.605,2 26,4
8.296,1 57,6
5 Volkan campuran
468,8 3,1
0,0 0,0
0,0 0,0
6 Tuff volkan
0,0 0,0
600,2 6,1
0,0 0,0
Jumlah 15.278,0
100,0 9.871,0
100,0 14.400,0
100,0 Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bogor 2007.
Bahan induk volkan di lokasi penelitian didominasi batuan andesit 37,2- 77,2 dan sebagaian kecil tuff volkan dan volkan campuran. Batuan andesit
merupakan jenis batuan yang kaya dengan mineral yang mengandung besi dan Mg, dan plagioklas Ca yang mudah lapuk dan menghasilkan liat dan besi bebas dengan
status basa tinggi. Menurut Rachim 2007, batuan andesit memiliki kandungan kuarsa sangat rendah, akibatnya kandungan pasir yang terbentuk relatif rendah,
disamping itu tipe tanah yang terbentuk cenderung kaya akan liat, dengan sedikit pasir kuarsa. Horison permukaan pada umumnya bertekstur lempung atau lempung
berliat dengan warna tanah cenderung merah gelap atau coklat gelap karena
tingginya kandungan besi bebas. Status basa dan pH relatif tinggi, Al-dd rendah atau tidak terukur. Karena tingkat pelapukan di lokasi penelitian sudah cukup
lanjut, maka status basa dan pH menjadi rendah, warna tanah menjadi coklat kekuningan. Demikian juga dengan Al-dd, nilainya meningkat dan jenis mineral
liat yang terbentuk didominasi oleh montmorilonit. Bahan induk batuan sedimen di lokasi penelitian didominasi batu pasir dan
batu liat 10,9-57,6, disusul bahan aluvium 5,0-7,7 dan batu kapur. 0,2- 1,2. Bahan induk batuan sedimen ini terbentuk dari pecahan bahan mineral atau
batuan yang biasanya telah ditransportasikan dengan berbagai cara sebelum pada akhirnya dideposisikan. Tanah yang terbentuk dari bahan induk batu pasir biasanya
bertekstur kasar khususnya dipermukaan dan sangat permeabel, disamping itu status basa, unsur hara, dan pH rendah, terutama jika terbentuk di iklim lembab.
Namun demikian, jika batu pasir tersemen besi, warna tanah cenderung merah. Apabila feldspar 25 disebut sedimen berpasir akosik, dan bila feldspar sangat
tinggi disebut arkose. Tanah yang terbentuk dari sisa batuan tersebut cenderung bertekstur liat, karena feldspar melapuk membentuk liat, dengan kandungan hara
relatif tinggi akibat terlepas dari feldspar. Tanah yang berkembang dari sedimen batu liat pada umumnya bertekstur
liat relatif impermeabel, akibatnya pencucian sedikit dengan solum dangkal, status basa dan pH relatif tinggi. Di lokasi penelitian, tanah-tanah yang berkembang dari
batu liat pada umumnya jenis Ultisol. Hal ini ditunjukkan oleh basa-basa yang sudah banyak tercuci karena umurnya sudah cukup tua umumnya tertier
Rachim,2007. Bahan aluvium di lokasi penelitian adalah sedimen sekunder yang berasal
dari landskap yang telah dilapuk dan lebih tua. Sedimen ini terjadi di daerah dengan curah hujan dan suhu tinggi. Bahan asal biasanya masam, mineral mudah
lapuk rendah sampai sedang, dan tekstur bervariasi dari pasir hingga liat tergantung lingkungan deposisi. Sedimen ini mengandung liat tinggi dan dengan besi
membentuk agregat struktur granular dan gumpal halus dengan mineral liatnya biasanya kaolinit.
Bahan induk sedimen batu kapur dijumpai di Kecamatan Cigudeg dan Sukamakmur, sedangkan di Kecamatan Babakan Madang tidak dijumpai. Batu
kapur ini kaya dengan besi, sehingga menghasilkan tanah yang berwarna merah dan bersifat masam yang dikenal denan Alfisol atau dulu disebut Mediteran Merah
Kuning Rachim, 2007. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa bahan induk sangat
terkait dengan karakteristik tanah yang terbentuk baik sifat fisik maupun sifat kimianya. Menurut Kosmas et al. 1999, bahan induk dapat dijadikan sebagai
salah satu indikator dalam penilaian kualitas lahan. Mereka mengelompokkan bahan induk menjadi tiga kelas, yaitu : 1 baik, terdiri dari : shale, schist, basic
batuan bersifat basa, ultra basic batuan bersifat sangat basa, conglomerates konglomerat, unconsolidated batuan tidak padu; 2 sedang, terdiri dari :
limestone batu kapur, marbel, granit, rhyolite, ignibrite, gneiss, siltstone batu debu, sandstone batu pasir ; dan 3 jelek, terdiri dari : marl dan pyroclastics.
Kaitannya dengan degradasi lahan, Kurnia et al. 2007 mengelompokkan bahan induk menjadi tiga yaitu : 1 bahan induk yang tahan terhadap proses degradasi, 2
bahan induk yang agak tahan terhadap proses degradasi, dan 3 bahan induk yang peka terhadap proses degradasi. Jenis bahan induk untuk tiap kelompok dapat
dilihat pada Lampiran 1. Hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa tanah-tanah yang
berkembang dari bahan induk volkan seperti Ultisol, Inceptisol, Oxisol, dan Vertisol memiliki kepekaan tanah terhadap erosi sangat rendah sampai sedang.
Tanah yang berkembang dari bahan induk abu volkan seperti Andisol memiliki kepekaan tanah terhadap erosi sangat rendah sampai tinggi Dangler dan El-Swaify,
1976 dalam Dariah et al., 2004. Hasil penelitian Kurnia dan Suwardjo 1984, menunjukkan bahwa tanah-tanah di pulau Jawa yang berkembang dari bahan induk
tufa volkan sperti Ultisol dan Oxisol memiliki kepekaan tanah terhadap erosi sangat rendah. Tanah yang berkembang dari bahan induk batu liat dan batu liat berkapur
seperti Ultisol dan Entisol memiliki kepekaan tanah terhadap erosi yang rendah. Tanah yang berkembang dari bahan induk breksi berkapur dan napal seperti Alfisol
dan Vertisol memiliki kepekaan tanah terhadap erosi sedang. Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, maka jenis bahan induk tanah di lokasi penelitian yang
berasal dari bahan volkan dan sedimen akan membentuk tanah yang berpotensi untuk mengalami proses degradasi tergantung pada lingkungan pembentukannya.
c. Topografi