Erosi Tanah TINJAUAN PUSTAKA

Metode yang paling fundamental untuk pengukuran degradasi lahan adalah bahwa degradasi lahan D merupakan fungsi dari iklim C, resistensi tanah S, faktor topografi T, vegetasi alami V, penggunaan lahan L, dan Manajemen M. Oleh karena itu, pada penggunaan lahan yang aktual, D = fC, S, T, V, L, M. Namun demikian metode untuk mengukur tingkat degradasi lahan masih terus dikembangkan dan terus diperbaharui, karena memang belum didapatkan suatu metode yang dapat digunakan untuk menilai tingkat degradasi lahan di suatu wilayah yang didasarkan pada hasil penelitian dan data-data yang akurat, sehingga kriteria yang digunakan masih kasar. Menurut Ballayan 2000, metode pengukuran degradasi lahan dapat didekati menggunakan metode prediksi erosi, dimana metode ini telah dikembangkan oleh Cook pada tahun 1936 dan kemudian diadopsi oleh Wischmeier tahun 1978. GLASSOD mengembangkan metode degradasi lahan di lahan kering untuk skala global yang bersifat umum mulai tahun 1990 dan didasarkan pada estimasi-estimasi para pakar secara kualitatif Sitorus, 2009.

2.6. Erosi Tanah

Erosi tanah merupakan suatu proses yang terdiri dari dua fase, yaitu: penghancuran atau pelepasan partikel secara individual dari masa tanah dan fase pengangkutan oleh suatu agen air Gardiner dan Miller, 2004. Apabila energi untuk mengangkut tersebut telah cukup menurun, maka akan terjadi proses berikutnya, yaitu deposisi. Terjadinya endapan lumpur di sungai-sungai dapat digunakan sebagai indikator erosi tanah yang semakin meningkat. Menurut Arsyad 2006 dan Sitorus 2009 secara umum erosi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu erosi geologi geologic erosion dan erosi dipercepat accelerated erosion. Erosi geologi merupakan ukuran besarnya tanah hilang yang masih dapat diperkenankan, sedangkan erosi dipercepat merupakan tingkatan erosi yang merusak. Erosi dipercepat pada saat ini merupakan masalah serius, dan erosi tersebut telah terjadi semenjak manusia mulai mengusahakan lahan. Banyak faktor yang mempengaruhi laju erosi tanah antara lain: curah hujan, aliran permukaan, angin, tanah, lereng, penutup tanah, jumlah penduduk dan ada atau tidaknya tindakan konservasi tanah. Arsyad 2006 mengemukakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi erosi adalah iklim i, topografi r, tumbuh-tumbuhan v, tanah t dan manusia m. Lebih lanjut dinyatakan dalam persamaan deskriptif sebagai berikut : E = fi, r, v, t, m Faktor-faktor yang mempengaruhi E erosi tersebut dapat digunakan sebagai indikator ada tidaknya kerusakan tanah di suatu wilayah. Faktor-faktor dalam persamaan di atas dapat dikelompokkan menjadi dua peubah, yaitu : 1 peubah yang dapat dipengaruhi manusia jenis tumbuhan di atas tanah, sebagian dari sifat tanah diantaranya adalah kesuburan tanah, ketahanan agregat, dan kapasitas infiltrasi, serta unsur topografi yaitu panjang lereng; 2 peubah yang tidak dapat dipengaruhi oleh manusia iklim, tipe tanah, dan kecuraman lereng atau kemiringan lereng, sedangkan faktor manusia sendiri tergantung dari aktivitasnya di atas tanah, yaitu berupa tata guna atau penggunaan lahan. Secara aktual, peristiwa erosi pada permukaan tanah yang berlereng tidak dapat dihindarkan. Atau dengan kata lain bahwa laju erosi tidak dapat diturunkan menjadi nol zero erosion pada lahan usahatani. Namun penilaian erosi tanah yang ada sampai saat ini kebanyakan masih kualitatif. Oleh karena itu, perlu dilakukan prediksi dengan model erosi yang telah tersedia. Salah satu diantaranya adalah model erosi yang biasa digunakan di daerah tropis, yaitu metode MUSLE Modified Universal Soil Loss Equation yang dikemukakan oleh Kinnel dan Risse 1998 dalam Arsyad 2006, dimana model ini dapat digunakan lebih baik dalam model AGNPS Agricultural Non Point Source of Pollution. Model persamaan tersebut dinyatakan dalam suatu hubungan matematis sebagai berikut : A e = R UMe x K UMe x L x S x C UMe x P dimana A UMe e adalah besarnya erosi tonhath, R UMe adalah indeks erosivitas hujan, K UMe adalah nilai erodibilitas tanah, L adalah panjang lereng, S adalah faktor kemiringan lereng, C UMe adalah faktor pengelolaan tanaman, dan P UMe R adalah faktor pengelolaan tanah tindakan konservasi tanah. Pada model MUSLE faktor curah hujan ditetapkan dengan menggunakan persamaan berikut: Ume = Q r .EI yang menyatakan Qr adalah rasio aliran permukaan kejadian hujan Qe terhadap besarnya curah hujan pada kejadian tersebut Be. Sesuai dengan perubahan 30 persamaan R nilai K yang menjadi K UMe MUSLE adalah suatu model erosi yang dirancang untuk meprediksi erosi rata-rata jangka panjang dari erosi lembar atau alur di bawah keadaan tertentu dengan memperhitungkan besarnya aliran permukaan pada setiap kejadian hujan Arsyad, 2006. Hasil prediksi erosi dapat digunakan untuk perencanaan pengelolaan lahan atau tindakan konservasi tanah yang mungkin akan dilakukan pada suatu bidang tanah tertentu. Secara skematis persaman MUSLE disajikan pada Gambar 2. pada tanah terbuka tanpa tanaman dan tindakan konservasi, dengan panjang lereng 22 m dan kecuraman lereng 9, dihitung menggunakan persamaan berikut : MUSLE merupakan modifikasi dari permasaaan erosi USLE Universal Soil Loss Equation yang dikembangkan oleh Wischmeier sejak tahun 1965 sampai 1978 Renard et al., 1996. MUSLE dikembangkan oleh Kinnel dan Risse pada tahun 1998 dimana pada tahun 1990 sudah dikuantifikasi ketidak pastiannya menggunakan model linier klasik atau analisis regresi Bayesian untuk menyempurnakan persamaan USLE yang dianggap masih terdapat kelemahan dalam memprediksi besarnya erosi di lapangan. Hal ini sesuai pendapat Gambar 2. Skema persamaan MUSLE BESARNYA EROSI YANG AKAN TERJADI ADALAH FUNGSI: HUJAN ENERGI A e = R UMe K UMe LS P UMe C UMe KEKUATAN PERUSAK HUJAN EI 30 dan Qr SIFAT TANAH KEMUNGKINAN EROSI TANAH PENGELOLAAN PENGELOLAAN LAHAN PENGELOLAAN TANAMAN Wischmeier 1976 yang menyatakan bahwa tingkat akurasi dari persamaan USLE baru sekitar 84. Sumber kesalahan dalam model erosi adalah pemilihan nilai dari suatu faktor secara tidak tepat. Lebih spesifik lagi Renard et al. 1994 dalam Parysow et al. 2001 menyatakan bahwa faktor K yang disajikan pada peta satuan lahan secara substansi berbeda dengan nilai aktual di lapangan. Menurut Risse et al. 1993, secara umum persamaan USLE, hasil prediksinya cenderung lebih tinggi pada plot erosi yang tingkat erosinya lebih rendah, dan hasil prediksinya lebih rendah pada plot erosi yang tingkat erosinya lebih tinggi.

2.7. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Degradasi Lahan