Tabel 2. Lanjutan
Parameter Kriteria
Skor Inputketerangan
Antrophogenic assessment 5. Jenis vegetasi
1. Hutantanaman ta- hunanagroforestry
5 Jenis tanaman
2. Semak belukar 4
Semak, kebun campuran 3. Padang rumput,
alang-alang 3
Rumput-rumputan 4. Tanaman semusim
2 Jenis tanaman
5. Tanpa vegetasi 1
Non-tanaman 6. Penutupan vegetasi
1. Rapat sekali 5
75 2. Rapat
4 50-75
3. Cukup rapat 3
25-50 4. Jarang
2 15-25
5. Tanpabera 1
15 7. Penerapan teknik
konservasi tanah 1. Baik
5 Terasering terpelihara,
alley cropping, sistem kontur
2. Sedang 3
Ada, tetapi tidak terpelihara
3. Jelek 1
Tak ada atau tidak sesuai kontur
Kelas lahan terdegradasi Kelas lahan terdegradasi
Total skor Ringan
25 Sedang
15 – 25 Berat
15
2.5. Metode Pengukuran Degradasi Lahan
Metode untuk penelitian degradasi lahan tergantung pada tipe degradasi lahannya yaitu degradasi fisik, kimia, atau biologi. Penelitian degradasi lahan
membutuhkan penelitian dari masing-masing komponen proses. Pendekatan degradasi lahan mulai dari observasi kualitatif sederhana di lapangan sampai
menggunakan model simulasi komputer dengan proses yang kompleksrumit. Menurut Herndanez 1999, metode penelitian degradasi lahan yang sudah
diadopsi adalah menggunakan pendekatan parametrik semi-kuantitatif, dengan alasan antara lain : 1 metode ini relatif cepat dan tidak mahal serta tidak memerlukan
desain penelitian lapangan yang memerlukan waktu yang lama dan penggunaan model simulasi komputer yang canggih; 2 tujuan utama dari penelitian degradasi
lahan ini adalah untuk menjelaskan mengenai gambaran tentang status degradasi lahan secara cepat, murah, dan efisien dengan sedikit membutuhkan keahlian khusus
dalam proses permodelan ataupun data yang sangat spesifik.
Metode yang paling fundamental untuk pengukuran degradasi lahan adalah bahwa degradasi lahan D merupakan fungsi dari iklim C, resistensi tanah S,
faktor topografi T, vegetasi alami V, penggunaan lahan L, dan Manajemen M. Oleh karena itu, pada penggunaan lahan yang aktual, D = fC, S, T, V, L, M.
Namun demikian metode untuk mengukur tingkat degradasi lahan masih terus dikembangkan dan terus diperbaharui, karena memang belum didapatkan suatu
metode yang dapat digunakan untuk menilai tingkat degradasi lahan di suatu wilayah yang didasarkan pada hasil penelitian dan data-data yang akurat, sehingga kriteria
yang digunakan masih kasar. Menurut Ballayan 2000, metode pengukuran degradasi lahan dapat didekati
menggunakan metode prediksi erosi, dimana metode ini telah dikembangkan oleh Cook pada tahun 1936 dan kemudian diadopsi oleh Wischmeier tahun 1978.
GLASSOD mengembangkan metode degradasi lahan di lahan kering untuk skala global yang bersifat umum mulai tahun 1990 dan didasarkan pada estimasi-estimasi
para pakar secara kualitatif Sitorus, 2009.
2.6. Erosi Tanah