Degradasi Lahan TINJAUAN PUSTAKA

6 Mudah mengalami penurunan kadar air karena kapasitas menyimpan air rendah sekali, yaitu 0,10 – 0,15 fraksi volum, bahkan dapat hanya 85 mmm. 7 Peka terhadap erosi karena lapisan permukaan mudah mengalami pemadatan oleh tekanan beban yang menyebabkan laju infiltrasi lambat dan permeabilitas rendah. Kendala tanah oxisol antara lain : 1 Kejenuhan Al tinggi 2 KTK Kapasitas Tukar Kation rendah sekali 3 Sangat miskin hara dan cadangan mineral mudah lapuk rendah 4 Sering kahat S, B dan Mo 5 Daya mengikat P dan anion lain kuat 6 Tekstur yang sangat porous menyebabkan kelembaban tanah rendah dan pencucian kuat. Meskipun potensi tanahnya rendah, tetapi karena potensi luasnya sangat besar, lahan kering harus dipandang sebagai suatu aset nasional yang perlu diperhatikan dan dimanfaatkan. Perhatian dan pemanfaatannya lebih perlu lagi kalau diingat bahwa lahan sawah lowland yang berpotensi baik sudah semakin banyak pemanfaatannya, tidak hanya untuk pertanian tetapi juga untuk keperluan non-pertanian.

2.2. Degradasi Lahan

Degradasi lahan merupakan salah satu masalah yang paling krusial saat sekarang, dan masalahnya terus meningkat di seluruh dunia, terutama di negara- negara tropis yang masih berkembang Kertez, 2009. Sementara itu, masalah degradasi lahan baru mendapat perhatian yang sangat sedikit dari pemerintah dan masyarakat. Apabila pemerintah dan masyarakat kurang peduli terhadap kelestarian sumberdaya lahan, khususnya dalam pengelolaannya maka proses degradasi lahan akan terus meningkat dan mgancam kelestarian sumberdaya alam sebagai alat pemenuhan kebutuhan huidup. Menurut Ballayan 2000, pengelolaan tanah yang berkelanjutan dengan menerapkan tindakan konservasi tanah yang baik merupakan kunci pengelolaan lahan berkelanjutan diantaranya dapat melindungi sumberdaya tanah, meningkatkan efisiensi penggunaan air dan yang sangat penting dapat mengurangi efek kekeringan di daerah semi-arid. Degradasi lahan didefinisikan sebagai berkurangnya kemampuan tanah untuk berproduksi jangka panjang yaitu dalam kaitannya dengan kuantitas, kualitas dan penghasil barang atau jasa pada masa sekarang dan masa yang akan datang Sitorus, 2009, termasuk berkurangnya atau hilangnya produktivitas biologis dan fungsi tanah sebagai ekosistem Hudson dan Ayala, 2006; Acharya dan Kafle, 2009. Degradasi lahan secara kuantitatif meliputi : kehilangan tanah karena erosi, gerakan massa tanah dan larutan tanah, atau secara kualitatif meliputi : penurunan kesuburan tanah, berkurangnya hara tanaman; perubahan struktur; perubahan aerasikadar kelembaban tanah; berubahnya unsur mikro, seperti kadar garam dan senyawa alkalin; polusi beberapa campuran bahan kimia; perubahan flora dan fauna tanah Sitorus, 2009. Degradasi lahan dapat terjadi secara alami, seperti: penghanyutan tanaherosi, pembentukan fragipan, pembentukan lateritplintit, atau pun karena pengaruh manusia anthropogenic Haridjaja, 2008. Proses degradasi lahan secara alami sering dipercepat oleh aktivitas manusia seperti deforestasi penggurunan, pengolahan tanah, penggunaan lahan yang intensif, dan lain-lain Las et al., 2006. Tingkat degradasi lahan tergantung pada kecepatan proses degradasi lahan, penggunaan lahan, lamanya penggunaan lahan, dan tindakan pengelolaan management Acharya dan Kafle, 2009. Proses degradasi lahan menurut Kertez 2009 dan Tan 2009 dapat dikelompokkan atas lima kelompok, yaitu : 1 soil sealing, yang terjadi akibat kegiatan pembuatan konstruksi jalan, kereta api, ataupun bangunan sehingga permukaan tanah menjadi padat dan tidak dapat berfungsi dengan benar apalagi tanpa vegetasi di atasnya ; 2 erosi tanah, termasuk proses-proses seperti erosi percikan, erosi permukaan, erosi parit, dan macam-macam bentuk bergeraknya massa tanah longsor dan banjir lumpur; 3 pencemaran tanah, terjadi akibat penggunaan bahan-bahan kimia pupuk, pestisida, dan limbah pertanianindustri menyebabkan asidifikasi dan eutrofikasi; 4 Salinisasi, yaitu adanya akumulasi garam dipermukaan tanah terjadi melalui evaporasi terutama di daerah kering dan dekat pantai; 5 pemadatan tanah, terjadi pada daerah pertanian yang pengolahan tanahnya, budidaya, dan pasca panennya menggunakan mesinalat berat.. Degradasi lahan dapat terjadi akibat dari bencana alam atau karena penggunaan lahan tidak sesuai dan praktek-praktek pengelolaan lahan yang tidak tepat, serta faktor-faktor bencana alam mencakup iklim dan topografi tanah seperti lereng yang curam, sering banjir, bertiupnya angin berkecepatan tinggi, hujan dengan intensitas tinggi, pencucian kuat di daerah lembab dan kondisi kekeringan di daerah arid. Deforestasi yang parah, penebangan vegetasi yang berlebihan, perladangan berpindah, ladang penggembalaan yang berlebihan, penggunaan pupuk yang tidak seimbang dan tidak adanya adopsi teknik konservasi tanah dan air, pemompaanpengambilan air tanah berlebihan yang melebihi kapasitas untuk mengisi ulang adalah beberapa faktor-faktor yang datang karena campur tangan manusia yang menyebabkan erosi tanah yang berujung pada degradasi lahan Ballayan, 2000. Salah satu bentuk degradasi lahan adalah lahan kritis. Lahan kritis adalah lahan yang pada saat ini tidak atau kurang produktif ditinjau dari penggunaan pertanian, karena pengelolaan dan penggunaannya tidak atau kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah. Pada lahan ini terdapat satu atau lebih faktor penghambat yang kurang mendukung dalam usaha-usaha pemanfaatan kegiatan pertanian Sitorus, 2004. Lahan dapat dikategorikan lahan kritis apabila lahan tersebut mengalami kerusakan dan kehilangan fungsi secara fisik kimia, hidroorologi, dan sosial ekonomi. Lahan kritis secara fisik adalah lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga untuk perbaikannya memerlukan investasi yang besar, sedangkan lahan kritis secara kimia adalah lahan yang bila ditinjau dari tingkat kesuburantoksisitasnya tidak lagi memberikan dukungan positif terhadap pertumbuhan tanaman bila lahan tersebut diusahakan sebagai areal pertanian. Fungsi hidroorologi lahan berkaitan dengan fungsi tanah dalam mengatur tata air. Hal ini berkaitan dengan kemampuan tanah untuk menahan, menyerap, dan menyimpan air. Lahan kritis secara hidroorologi berkaitan dengan berkurangnya kemampuan lahan dalam menjalankan salah satu atau lebih dari ketiga kemampuannya tadi. Lahan kritis secara ekonomi adalah lahan yang sebenarnya masih mempunyai potensi untuk usaha pertanian dengan tingkat kesuburan relatif baik, tetapi karena adanya faktor penghambat sosial ekonomi misalnya sengketa pemilikan lahan, sulit pemasaran hasil atau harga produksi sangat rendah, maka lahan tersebut ditinggalkan penggarapnya sehingga menjadi terlantar. Degradasi lahan kering di Indonesia umumnya disebabkan oleh erosi air hujan. Hal ini sehubungan dengan tingginya jumlah dan intensitas curah hujan, terutama di Indonesia bagian Barat Dariah et al., 2004. Oleh karena itu, Sitorus 2009 menggolongkan proses degradasi lahan menjadi dua yaitu : degradasi erosif dan degradasi non-erosif. Degradasi erosif berhubungan dengan pemindahan bahan atau material tanah oleh air dan angin. Hasil penelitian Kurnia et al. 2000, menunjukkan bahwa besarnya erosi pada Ultisol Lampung berlereng 3 berkisar antara 97,7-144,5 tonhatahun atau rata-rata 1,5 cmtahun, sedangkan erosi pada Ultisol Sumatera Selatan dengan lereng 15 sebesar 423,6 tonhatahun atau rata-rata 5 cmtahun. Hilangnya tanah lapisan atas setebal 1,5- 5,0 cm tersebut akan mempercepat penurunan produktivitas tanah, karena dalam waktu relatif singkat lapisan tanah atas yang tebalnya terbatas akan cepat hilang.

2.3. Faktor-Faktor Penyebab dan Dampak Degradasi Lahan